Seorang seniman biasanya memiliki ruangnya sendiri untuk mereka berproses dalam membuat karya. Umumnya juga bukan hal mustahil untuk menemukan sekelompok seniman jalanan yang berkumpul atau berkolaborasi di tempat umum demi menciptakan ide-ide baru yang belum terpikirkan sebelumnya. Mereka biasa menjadikan publik sebagai sarana unjuk rasa dengan menciptakan grafitti, poster, mural, atau bahkan karya berbentuk video. Seniman seperti ini selalu mencoba mengkomunikasikan pikirannya dengan setiap orang untuk dapat menangkap kebebasan dalam mengambil resiko.Â
Di Surakarta, khususnya sepanjang Jalan Gatot Subroto (Gatsu) bukan hal asing jika menemukan banyak seniman dari berbagai macam kalangan yang berasal dari kelompok mahasiswa, professional, bahkan anak muda yang memiliki bakat seni secara otodidak. Di sini pengunjung bisa dengan bebas menikmati setiap jejeran karya yang dipamerkan, mulai dari berbagai jenis lukisan, sketsa, manik-manik, barang antik, bahkan performance art seperti musik yang mempertemukan langsung antara musisi dan penonton. Fakta menariknya adalah tempat ini akan nampak jauh lebih indah di malam hari.Â
Eksistensi lukisan mural cukup menjadi visual yang hampir ditemukan di sepanjang koridor Gatsu. Bahkan hampir semua pintu-pintu toko dilukis mural dengan variasi tersendiri berdasar gaya penciptanya. Selain sebagai estetika, mural itu sendiri mampu menangkap sejarah kota Solo secara dinamis. Beberapa disuguhkan dengan peristiwa sejarah bahkan merembet ke tokoh-tokoh politik berdasar periodisasi kehidupan mereka. Tak sampai di situ, seniman dan sastrawan terkemuka juga turut dilukiskan melalui mural. Hal ini tentu memiliki konsep dan pesan yang beragam, yang mana ingin diceritakan secara tidak langsung oleng sang perupa.Â
Keberadaan karya-karya itu sendiri menciptakan sesuatu yang khas bagi para penikmat seni ketika berkunjung ke kota Solo. Masyarakat akan merasa lebih ikut berperan dalam sistem sosial kemasyarakatannya melalui penggambaran lukisan tersebut. Karena pada hakikatnya, seni dan manusia tidak dapat dipisahkan. Seni sebagai bentuk ekspresi jiwa dan tujuan hidup manusia yang akan selalu berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain. Tanpa perupa, seni tidak akan ada. Tanpa penikmat karya, seni itu tiada makna.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H