Pembunuhan adalah tindakan yang menyebabkan kematian seseorang dengan sengaja dan melawan hukum. Tindakan ini sering kali melibatkan niat untuk menghilangkan nyawa orang lain. Salah satu kasus tragis yang baru-baru ini terjadi adalah pembunuhan yang dilakukan oleh seorang remaja berinisial MAS (14) terhadap ayah dan neneknya di Lebak Bulus, Jakarta Selatan, pada November 2024. Kasus ini membuka mata kita akan pentingnya memahami faktor-faktor yang memicu kekerasan, termasuk masalah kesehatan mental yang tidak teratasi dan tekanan keluarga yang berkelanjutan. Lantas, apa yang seharusnya kita lakukan untuk mencegah kekerasan yang melibatkan remaja? Bagaimana kesehatan mental dan dukungan keluarga dapat berperan dalam pencegahan tragedi serupa?
Kekerasan sering kali muncul akibat emosi yang tidak terkendali, yang dipicu oleh tekanan keluarga, sosial, atau gangguan mental yang tidak ditangani dengan baik. Dr. Paul Gilligan, seorang ahli psikologi, menjelaskan bahwa faktor-faktor tersebut dapat memicu tindakan berbahaya, seperti yang terlihat dalam kasus MAS. Tekanan akademik yang berat dan konflik keluarga yang berkepanjangan diduga menjadi faktor utama yang mempengaruhi perilaku kekerasan tersebut. Hal ini menunjukkan pentingnya menangani akar masalah emosional untuk mencegah terjadinya tindakan kekerasan.
Masalah kesehatan mental di kalangan remaja Indonesia semakin menjadi perhatian. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, lebih dari 20% remaja mengalami gangguan kesehatan mental, namun hanya sebagian kecil yang mendapatkan bantuan. Stigma terhadap gangguan mental yang masih tinggi, ditambah dengan terbatasnya akses ke layanan konseling, menghalangi mereka untuk mencari dukungan. Survei dari BPS menunjukkan bahwa sekitar 40% remaja mengalami stres berat akibat masalah keluarga atau akademik. Sayangnya, banyak di antara mereka yang tidak tahu harus mencari bantuan ke mana.
Dari perspektif hukum, pembunuhan tanpa alasan yang sah dikenakan sanksi pidana yang berat. Pasal 338 dan Pasal 340 KUHP mengancam pelaku dengan hukuman penjara hingga hukuman mati untuk tindakan pembunuhan yang disengaja atau direncanakan. Di sisi agama, Islam melarang keras pembunuhan. Dalam QS. Al-Isra: 33, Allah berfirman, "Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah, kecuali dengan alasan yang benar." Pembunuhan tanpa alasan sah merupakan dosa besar dan pelanggaran hak asasi manusia.
Untuk mencegah tragedi seperti yang dialami oleh MAS, kita membutuhkan kolaborasi antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Berikut adalah langkah-langkah yang perlu diambil:
1. Peran Keluarga
- Komunikasi yang Terbuka: Orang tua harus menyediakan waktu untuk mendengarkan keluh kesah anak tanpa menghakimi. Pendekatan ini menciptakan ruang bagi anak untuk berbicara secara terbuka tentang perasaan dan masalah yang dihadapi.
- Hindari Tekanan Berlebihan: Fokus pada kesejahteraan mental anak, bukan hanya pada prestasi akademik. Stres yang berlebihan akibat tuntutan akademik sering kali menjadi pemicu masalah kesehatan mental.
- Peka terhadap Tanda Bahaya: Jika anak menunjukkan gejala seperti sering murung, marah, atau menarik diri, penting untuk segera mencari bantuan dari seorang profesional. Deteksi dini dapat mencegah masalah menjadi lebih parah.
2. Peran Masyarakat
- Edukasi tentang Kesehatan Mental: Lingkungan sekitar, baik itu teman sebaya atau masyarakat, perlu dilatih untuk lebih peka terhadap gangguan kesehatan mental remaja. Penghapusan stigma terhadap gangguan mental sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang mendukung.
- Ciptakan Ruang Aman untuk Remaja: Masyarakat dapat membangun komunitas yang peduli pada kesehatan mental remaja, seperti forum diskusi atau kelompok dukungan, di mana remaja merasa aman untuk berbagi masalah mereka.
3. Peran Pemerintah
- Program Rehabilitasi untuk Anak yang Bermasalah: Anak-anak yang terlibat dalam kasus kekerasan memerlukan bimbingan dan rehabilitasi. Program ini harus fokus pada pemulihan mental dan emosional mereka, serta memberikan mereka keterampilan untuk mengelola emosi dengan lebih baik.
- Kampanye Kesadaran Kesehatan Mental: Pemerintah perlu menggalakkan kampanye kesadaran tentang pentingnya kesehatan mental di kalangan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Menyediakan informasi yang jelas tentang bagaimana mengakses layanan kesehatan mental dapat mencegah masalah menjadi lebih besar.
Kasus kekerasan remaja, seperti yang terjadi pada MAS, menunjukkan betapa pentingnya perhatian terhadap kesehatan mental dan dukungan emosional. Agama melarang keras pembunuhan, dan hukum memberikan sanksi berat bagi pelaku, namun pencegahan jauh lebih utama. Keluarga, masyarakat, dan pemerintah harus bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang aman melalui komunikasi yang baik, layanan konseling yang memadai, dan penghapusan stigma terhadap gangguan mental.
Dengan kolaborasi yang erat antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah, kita dapat mencegah tragedi serupa terjadi di masa depan. Namun, sudahkah kita benar-benar peduli terhadap kesehatan mental anak-anak di sekitar kita? Jika tidak, apakah kita siap menghadapi risiko tragedi yang lebih besar? Mari bersama-sama melindungi generasi muda dari kekerasan dengan memberikan perhatian dan dukungan yang mereka butuhkan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H