Saya lahir di tanah Nusantara, Tanah para raja yang dulu membangun negeri ini dengan keterbatasan ilmu teknologi namun tak pernah meninggalkan pengetahuan alam, karena kesadaran para leluhur bangsa ini, bangsa Indonesia akan pentingnya alam dan pertanda-pertanda yang diberikan Tuhan lewat alam kepada manusia. Bangsa Indonesia yang terdiri dari beberapa suku dan mencakup kebudayaanya. Saya lahir di pulau jawa dan menjadi bagian dari tanah Nusantara ini. Sebagai orang jawa saya percaya akan tradisi dan kebudayaan yang ditinggalkan oleh leluhur-leluhur orang jawa tanpa saya harus meninggalkan agama saya. Kepercayaan akan pertanda-pertanda yang diberikan alam untuk kehidupan manusia.
Banyak orang menganggap kebudayaan dan kepercayaan yang menjadi tradisi leluhur orang-orang jawa itu tidak masuk akal, sebagian menilai itu hal-hal yang tidak berTuhan. Sisa-sisa jaman kerajaan di Indonesia memang sebagian menunjukkan adanya animisme dinamisme, namun begitu kebudayaan yang ditinggalkan para leluhur kita tidaklah selamanya bersifat negatif. Tidak ada di dunia ini yang selalu salah dan selalu benar. Selalu keduanya berjalan beriringan.
Jika anda pernah membaca literature-literatur tentang budaya jawa, tentang kepercayaan orang jawa, dan anda mampu menyimpulkannya dengan bijak pasti anda akan membaca suatu kebenaran yang telah dipikirkan dan dipelajari oleh leluhur-leluhur kita. Yang dipelajari tidak dari buku maupun lewat tekhnologi canggih seperti internet, tetapi melalui alam. Dan ilmu alam ini hanya akan dapat dipelajari oleh orang-orang yang peka, yang hati dan pikirannya peka terhadap pertanda-pertanda yang diberikan alam, terhadap hal apapun yang mungkin akan terjadi. Mereka pada dasarnya tidak memiliki ilmu-ilmu gaib, mereka hanya mengandalkan kepekaan alam pikiran dan batin (insting). Dan pada dasarnya, setiap manusia terlahir dengan insting yang kuat, hanya saja manusia terlalu sibuk dengan cara mempertahankan hidupnya, terlalu larut dengan kemegahan duniawi sehingga insting mereka tidak terasah.
Beberapa orang bersikap acuh dan mengejek ketika disodori sebuah buku yang disebut primbon jawa, buku yang sebenarnya merupakan bagian dari tradisi dan kepercayaan orang jawa, yang didapat tidak dengan cara-cara yang gaib, tapi dengan pikiran dan penelitian dengan bantuan insting. Orang jawa menyebutnya ilmu titen, titen berarti hafal. Mereka melakukan aktivitas menghafal dari setiap kejadian-kejadian yang terjadi, dan aktivitas tersebut bisa dikatakan sama halnya dengan sebuah penelitian sederhana, dimana seseorang mengamati kejadian-kejadian dan akibat dari hal-hal yang terjadi. Hanya saja, karena keterbatasan kemampuan orang-orang jaman dahulu, maka tidak pernah ada alasan yang tepat dan bisa diterima oleh logika ketika kesimpulan dari hasil observasi leluhur kita menjadi sebuah aturan. Suatu contoh, tafsir mimpi, setiap orang pasti pernah memimpikan hal yang sama meskipun adegan-adegan dan karakter subjek nya berbeda. Semisal, bermimpi buang air besar adalah pertanda orang akan kehilangan materi / benda yang bernilai(uang atau perhiasan). Dari mimpi-mimpi yang sama namun terjadi pada orang yang berbeda, dan kejadian besar yang menjadi pusat perhatian pada orang-orang tersebut akhirnya disimpulkan sebagai sebuah pertanda yang diberikan Tuhan lewat mimpi tersebut. Ada lagi sebuah mitos yang memang bisa dikatakan tak masuk akal, namun ternyata ada hal logis yang bisa menjelaskan mitos peninggalan leluhur jawa meskipun waktu antara penciptaan mitos tersebut dengan waktu penemuan alasan yang lebih logis terpaut cukup jauh. Mitos orang jawa adalah tidak boleh terlalu banyak makan kecambah bagi perempuan, karena bisa melahirkan anak yang banyak. Dan tidak ada alasan dibalik semua mitos tersebut, namun baru-baru ini saya membaca di situs berita online, bahwa ilmuwan dari luar negeri telah melakukan sebuah penelitian baru pada kecambah yang ternyata mampu meningkatkan kadar hormon estrogen pada perempuan, bahasa sederhananya menyuburkan kandungan perempuan dan sayangnya saya lupa situs online yang mana karena saya terlalu banyak membaca artikel online dan melupakan dimana saya membacanya, jadi saya tidak bisa mencantumkannya disini, namun anda bisa mencari nya di mesin pencari google, nah dari sini bisa kita simpulkan bahwa sebenarnya leluhur kita (terutama bagi orang jawa) tidak sepenuhnya menciptakan mitos, namun juga ilmu pengetahuan yang tidak bisa mereka jelaskan secara lebih karena keterbatasan.
Itu hanyalah contoh-contoh kecil dari penjelasan terhadap mitos-mitos orang jawa. Dan kepercayaan seperti ini juga saya yakini meskipun tidak sepenuhnya saya setuju dengan mitos-mitos yang ditinggalkan orang jawa jaman dahulu kepada generasi nya seperti saya, jika saya bisa mendapatkan kesimpulan yang lebih logis maka saya bisa menerimanya begitu juga sebaliknya.
Saya sendiri juga sering mengalami hal-hal yang tidak bisa dijelaskan dengan logika seperti mimpi-mimpi yang tidak bisa saya tafsirkan apa artinya. Namun ada hal yang cukup menjadikan saya semakin percaya akan kekuatan insting para leluhur, seperti beberapa bulan yang lalu saat saya bermimpi melihat bulan dan bintang di langit, bercahaya merah menyala. Dan saat saya coba untuk iseng membuka primbon dengan harapan itu adalah pertanda bagus bagi kehidupan pribadi saya, namun yang saya baca dari primbon peninggalan kakek saya itu bukanlah pertanda bagi kehidupan saya pribadi namun pertanda bagi bangsa ini. Bulan / matahari dengan cahaya yang terang adalah pertanda bahwa akan ada pertarungan dan perebutan tahta. Dan akhirnya saya mempercayai apa yang dikatakan buku primbon kepada mimpi saya tersebut benar setelah beberapa minggu yang lalu terjadi persaingan yang cukup kuat untuk menduduki kursi kepresidenan di Negeri ini. Pilpres. Pilpres yang terjadi tanggal 9 juli kemarin adalah bukti nyata tentang mimpi saya. Bahwa sedang terjadi perebutan tahta oleh kedua raja yang cukup kuat. Namun selanjutnya saya tidak akan pernah mengerti apa yang akan terjadi nanti, karena saya hanya manusia biasa yang hidup di tengah-tengah modernisasi dan aktivitas-aktivitas duniawi yang semakin membuat saya tidak memiliki waktu untuk sekedar mengasah insting. Entahlah, masa depan memang hanya Tuhan yang tahu, namun manusia berhak memprediksi untuk mengantisipasi kejadian-kejadian buruk yang akan terjadi. Namun, ada hal yang tidak biasa dari kejadian pilpres dimana salah satu pihak yang dinyatakan kalah jutru menggunakan dan memanfaatkan hal-hal yang bersifat mitos dan takhayul, yakni ilmu perdukunan untuk menuntut ketidakpuasan atas kekalahansalah satu capres tersebut. Lantas apa kegiatan tersebut layak dipuji dan didukung? Bagi saya tidak!!!! banyak leluhur jawa mungkin kita dengar memiliki kemampuan-kemampuan mengkontrol hal-hal gaib, kebenaranya pun hanya dipercaya oleh sebagian orang. Namun, kejadian capres kalah memanfaatkan dukun ini menurut saya hal yang salah. Leluhur orang jawa bukan 100% benar maupun salah, di dunia ini ada orang jahat dan orang baik. Akan tetapi menggunakan ilmu perdukunan tersebut karena rasa amarah, obsesi, hasrat, ketidakpuasan dan hal-hal negative lainnya sama sekali tidak dibenarkan, manusia tidak diperkenankan mengkontrol alam dan segala isinya (termasuk makhluk gaib bagi orang yang percaya) untuk kepentingan pribadi, dan apalagi pilpres adalah hal rasional yang seharusnya ditandingi dengan hal rasional juga. Bagi saya, para leluhur suku dan bangsa manapun menciptakan sebuah pandangan yang didapat dari bantuan insting dan lewat alam tidak untuk kepentingan yang jahat, namun untuk kepentingan baik, untuk kepentingan seluruh alam semesta termasuk manusia. Dari situ manusia akan menyadari bahwa semua ini adalah milik alam dan alam adalah ciptaan Tuhan YME. Dan Tetaplah, mensyukuri anugerah Tuhan dengan menghargai dan menjaga alam semesta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H