Suara-suara di televisi bergema:Â
"Empat kabupaten dilanda kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau."Â
"Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan itu pun mulai menyelimuti Kota Pekanbaru."Â
"Sejak awal pekan ini kabut asap makin pekat berkabut."Â
"Beberapa warga pun dilaporkan terdampak ISPA."
Nukilan kalimat di atas merupakan rangkaian beragam narasi dari video pemberitaan nasional tentang dampak kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Provinsi Riau yang berhasil ditangkap seorang musisi bernama Gedoy.
Tak luput dari kreasi si pembuat video, simbolisasi penempatan gambar anak sekolah bersepeda menggunakan masker di tengah serbuan asap tak sehat, lalu seorang anak kecil lain memakai masker memagang kertas bertuliskan #SayaTerpaparAsapdiManaTanggungJawabNegara?
Melalui video dan lagunya, Gedoy mencoba menempatkan kembali seni sebagai kritik sosial terhadap kecenderungan yang tak terjamah oleh kita semua. Lelaku hidup negara yang selama ini mulai bisa diterka arahnya, hingga korporasi-korporasi besar yang memicu terjadinya pembakaran hutan dan lahan.
Apa ini demi semboyan #SawitBaik?
Langkah kaki Gedoy pun berjalan di tengah situasi gersang akibat kebakaran. Menuju lahan sawit yang hening dan tampak gersang itu, tubuh kurusnya ia dudukan pada akar-akar pohon tua yang mederita karena ulah makluk economicus yang menamakan diri mereka manusia.