Di belahan dunia manapun, ketika kita berbincang tentang musik dan menyebutkan nama The Beatles, hampir semua orang mengetahuinya meskipun hanya sekadar tahu nama dan beberapa lagu, atau bahkan lebih jauh memahami soal The Beatles. Premis inilah yang ingin coba diangkat oleh sineas asal Inggris, Daniel Francis Boyle (Danny Boyle) dalam film terbarunya yang berjudul Yesterday.
"Apa yang terjadi jika The Beatles tidak pernah ada? Dan bagaimana pengaruhnya terhadap musik yang ada di dunia?"
Berapa dekade lalu, The Beatles merupakan roh dari musik rock maupun pop dunia. Bahkan banyak band era selanjutnya yang hanya menjadi epigon semata, karena terasa dibayang-bayangi oleh kelegendarisan The Fabs Four, yakni John, Paul, George, dan Ringo.
Melalui Yesterday, sutradara berumur 62 tahun yang sebelumnya pernah sukses mendapat banyak penghargaan dalam film Slumdog Millionaire, atau film lainya yang juga cukup terkenal seperti Trainspotting, The Beach, 127 Hours, atau Steve Jobs, mencoba mengangkat hal yang cukup unik dengan penggalan kisah yang cukup absurd atau atau dapat dikatakan seperti menciptakan semesta alternatif sendiri.
Plot awalnya sangat sederhana, menampilkan perjuangan seorang musisi bernama Jack Malik (diperankan oleh Himesh Patel) yang sedang bernyanyi di tengah pusat keramaian. Keadaan yang ia alami hampir sama seperti kisah-kisah seorang musisi pemula yang tidak terlalu diperhatikan orang di sekitarnya. Hanya saja sedari awal Jack memiliki malaikat penyemangat di sisinya, yaitu Ellie Appleton (Lily James) yang juga merangkap sebagai manager pribadinya.
Kisah pun terus berlanjut hingga suatu ketika di tengah kejenuhannya, Jack merasa ambisi bermusiknya tidak akan mampu menyelematkan hidupnya. Di sinilah konflik terus bergulir menjadi suatu hal yang absurd.
Mendadak malam itu seisi dunia mengalami pemadaman lampu selama 12 menit. Hal anehnya justru cendrung pada fragmen di mana Boyle tidak menerangkan sama sekali alasan lampu yang mendadak padam di muka bumi. Atau mungkin, ia ingin menunjukkan bahwasanya ada konstelasi lain dari semesta alternatif yang ia ciptakan.
Premis awal di sini masih berjalan baik dan bahkan semakin menarik, ketika Jack yang mengendarai sepeda di tengah kegelapan tiba-tiba ditabrak bus. Saya sendiri menganggap ini awal mula keajaiban dan absurditas yang sedang dimainkan oleh Boyle sebagai sutradara.
Konflik yang sederhana itu berawal dari sini, selepas siuman dari insiden tersebut, mendadak semuanya berubah. Beberapa hal penting di masa lalu tidak terjadi di muka bumi, sehingga mengubah realita masa sekarang yang sedang dijalani oleh Jack Malik dan beberapa orang lainnya.
Beberapa hal menjadi berbeda, bahkan ketika ia menyanyikan lagu milik The Beatles di hadapan teman-temannya, ia mengatakan "Apa kalian tidak ada yang mengenal lagu ini? Lagu The Beatles, Paul McCartney," ujarnya saat bertanya kepada teman-temannya. Namun teman-temannya benar-benar tidak tahu siapa atau bahkan apa itu The Beatles, begitupun musiknya. Ternyata itu tak hanya tentang The Beatles, karena ada beberapa hal yang juga turut hilang, seperti Coca-Cola, rokok dan band Oasis. Untuk Coca-Cola dan rokok mungkin ini hal baik, setidaknya bagi kesehatan orang banyak, sementara Oasis sudah tentu hilang karena band mereka ada terinspirasi dari The Beatles.
Membingungkan memang, namun di sinilah poin utama yang hendak ditampilkan sang sutradara. Walau kita pasti akan terus meraba-raba apa jadinya dunia tanpa musik The Beatles, Â saya pribadi memilih untuk mengabaikannya. Karena satu hal yang saya lihat, alih-alih menampilkan dampak kehilangan musik The Beatles, dan di sini Boyle ingin mengembankan tanggung jawab kepada sang protagonis untuk kembali menyenandungkan lagu-lagu band legendaris tersebut.