Mohon tunggu...
Deli
Deli Mohon Tunggu... Mahasiswa - Deli Melia

KPI '18

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Let's Fight Trash

15 Juni 2021   00:00 Diperbarui: 14 Juni 2021   23:58 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Dokumentasi Pribadi

Pantai Kuta adalah salah satu ikon pariwisata di Bali. Pantai ini dikenal sebagai pantai Matahari Terbenam karena keindahan panorama matahari terbenamnya. Tetapi pantai Kuta juga dikenal karena paintainya yang kotor dan jorok.

Tetapi sampah yang biasanya tersebar sepanjang pantai sekarang sudah terlihat berkurang dan hampir tidak ada. Air laut pun terlihat lebih indah dan jernih. Dipadukan dengan pemandangan matahari terbenam, membuat pantai ini menjadi lebih memukau dan mampu menyegarkan mata.

Sampah-sampah di pantai Kuta biasanya muncul karena masih banyak wisatawan dan masyarakat yang kurang menyadari pentingnya kebersihan dengan tidak membuang sampah sembrangan.

Semenjak pandemi Covid-19 dan diberlakukannya PKM oleh pemerintah Bali, pantai Kuta juga ditutup sehingga tidak bisa dikunjungi. Meskipun penutupan tersebut cukup merugikan ekonomi penduduk, tetapi dengan minimnya wisatawan di pantai Kuta menjadikan pantai ini menjadi lebih bersih. Hal ini tentu menyadarkan kita tentang betapa pentingnya membuang sampah pada tempatnya.

Sampah tidak hanya menjadi ancaman untuk umat manusia. Tetapi seluruh makhluk di bumi. Pantai Kuta menjadi salah satu pantai yang dijadikan para Penyu untuk menyimpan telur. Populasi penyu di dunia saat ini sudah hampir punah. Dengan banyaknya sampah yang ada disepanjang pantai dan laut tentu akan semakin menyulitkan mereka untuk berkembang biak.

Permasalahan sampah ini bukan hanya tanggungjawab pemerintah. Perlu kesadaran di setiap wisatawan dan juga masyarakat terkait permasalahan ini karena seluruh dampak baik dan buruk kita semua yang akan merasakan dan menanggungnya. Tentu kita tidak ingin merasakan dampak buruk akibat ulah kita sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun