Mohon tunggu...
Dominique Delicia Donata
Dominique Delicia Donata Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi di Telkom University

Saya adalah orang yang suka menjelajah hal-hal baru dan saya suka konten tentang budaya ataupun kasus-kasus kriminal terutama pembunuhan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengulik Pengaruh Asing terhadap Pakaian Adat Jawa Barat di Museum Sri Baduga, Bandung

11 November 2023   16:18 Diperbarui: 11 November 2023   16:24 687
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pakaian Adat Santana di Museum Sri Baduga, Bandung (Foto: Delicia Donata)

Jawa Barat memang pantas diakui menjadi salah satu gudang dari banyak nya seni dan juga budaya yang ada di Indonesia. Pakaian Adat merupakan salah satu elemen budaya yang penting karena bisa dibilang menjadi "wajah" sebagai wujud representasi. Namun, taukah kalian bahwa beberapa pakaian adat yang ada di Jawa Barat memiliki pengaruh dari Eropa? Untuk selengkapnya simak penjelasan hingga selesai, ya!

Museum Sri Baduga adalah salah satu wadah daripada peninggalan sejarah yang berada di Kawasan Jawa Barat yang berada di Jalan BKR No. 185, Kota Bandung. Museum ini sendiri buka setiap hari kecuali di hari Senin dengan jam operasional yang berbeda. Pada hari Selasa -- Jumat, museum ini beroperasi dari jam 08.00 -- 16.00 WIB, sedangkan untuk hari Sabtu dan Minggu, beroperasi dari jam 08.00 -- 14.00 WIB, dengan harga tiket masuk sebesar Rp3.000 untuk dewasa dan Rp2.000 untuk anak kecil. Bangunan ini memiliki 3 lantai yang masing-masing lantai memiliki kategori nya sendiri. Lantai pertama berisikan peninggalan bebatuan, prasasti, hingga penemuan kerangka, Lantai ke-dua berisikan tentang masuknya pengaruh asing ke Jawa Barat, dan lantai ke-tiga berisikan tentang industri kerajinan tangan, kesenian, dan kebudayaan yang ada di Jawa Barat.

Fokus pembahasan mengenai pakaian adat sendiri berada di lantai 2, yang dimana adanya pengaruh asing ke Jawa Barat. Dalam museum ini, sebenarnya ada 3 tingkatan untuk membagi jenis pakaian adat yaitu pakaian adat kaum cacah, kaum santana, dan juga kaum menak. Namun, pakaian adat yang terbilang memiliki pengaruh dari Eropa sendiri jatuh kepada pakaian adat santana dan juga pakaian adat menak karena pakaian adat cacah bisa tergolong ke arah pribumi dan masih belum terpengaruhi oleh pihak luar karena mengingat zaman dahulu kaum pribumi masih belum memiliki baju untuk dipakai dan masih menggunakan semacam karung goni untuk menutupi nya. Simak Penjelasan lebih lanjut!

1.Pakaian Adat Santana
Pakaian adat ini merupakan pakaian yang biasanya digunakan untuk golongan bangsawan kecil yang dimana pakaian ini hasil dari perkawinan antara seorang raden dengan yang lebih rendah tingkatan nya. Efek daripada pengaruh Eropa sendiri dapat terlihat dari sisi perempuan nya yang dimana sudah memakai payung dengan ala Eropa, selain itu dapat terlihat dari warna baju juga, karena warna kebaya nya sudah mulai memiliki warna yang bermacam yang bisa dipadukan dengan kain batik, karena sebelum adanya pengaruh Eropa sendiri, warna kebaya dalam golongan ini hanya ada hitam dan putih saja. Namun, jika dilihat dari sisi khas Jawa Barat nya sendiri, masih ada kain batik dan juga kebaya yang asalnya dari Jawa Barat beserta dengan kain jarik juga masih masuk dalam khas Jawa Barat. Sedangkan untuk laki-laki nya sendiri, pengaruh kental dari sisi Jawa Barat masih dapat dilihat dari ikat kepala nya atau yang biasa disebut sebut oleh orang sunda dengan sebutan "bendo" yang dimana masih ada motif motif batik Jawa Barat. Sedangkan untuk pengaruh daripada Eropa sendiri, terlihat pada pemakaian jas yang sudah terpengaruh oleh budaya Eropa dan juga terlihat dari aksesoris seperti kalung nya sendiri yang juga sudah terpengaruh dari luar.

2.Pakaian adat Menak
Pakaian adat ini merupakan pakaian yang biasa digunakan untuk golongan bangsawan atas yang dimana penampilan berbusana nya sudah terlihat lebih megah dan juga mewah dibandingkan dengan kaum santana. Dalam pakaian ini, terdapat perpaduan kebudayaan antara lokal dengan kebudayaan asing yang dimana perpaduan ini ada juga efek nya dari pengaruh Hindia-Belanda. Dalam pakaian ini, efek dari pihak asing nya sendiri dapat terlihat dari baju nya yang dimana baik perempuan maupun laki-laki memakai baju yang sama dengan model kain beludru dan keduanya juga sama-sama sudah beralih menggunakan selop sepatu yang terlihat elegan dan cantik dengan perpaduan berwarna emas juga. Seperti hal nya dengan kaum sentana, pihak laki-laki disini terpengaruhi oleh budaya Eropa yaitu dibagian model baju yang dimana menggunakan jas, dan untuk aksesoris nya sendiri tambah lebih ramai lagi dibandingkan sentana yang hanya memakai kalung, kalau kaum menak sendiri memakai emas juga sampai pada penggunaan sabuk dan juga motif daripada baju juga dibuat dengan percampuran warna emas nan elegan yang sangat mencerminkan kaum elite. Maka tak heran, pakaian ini biasanya hanya untuk orang-orang terpandang seperti bupati dan orang-orang penting lain nya. Sama hal nya dengan lelaki, perempuan juga disini sudah beralih menggunakan perhiasan emas ataupun berlian seperti anting, kalung, gelang, cincin, bros dan lain sebagainya. Meskipun banyak pengaruh dari budaya Eropa, masyarakat Jawa Barat tidak lupa untuk selalu membanggakan apa yang dipunya, ini dapat terlihat dari segi motif-motif yang dipakai dalam blangkon ataupun kain nya yang menggunakan motif batik. Pada era ini juga, sudah dikenal banyak barang-barang antik seperti ada gramophone, jam dinding, ada meja rias, meja marmer, dan lain sebagainya.

Pakaian Adat Menak di Museum Sri Baduga, Bandung (Foto: Delicia Donata)
Pakaian Adat Menak di Museum Sri Baduga, Bandung (Foto: Delicia Donata)

Melalui Museum Sri Baduga sendiri sebagai wadah untuk mengenal pakaian adat berdasarkan tingkatan nya, maka dapat dilihat, nilai sejarah yang ada dalam pakaian adat sendiri masih melihat dari status dan hierarki yang dimana pakaian adat ini masih dibuat dengan melihat status sosialnya karena pakaian yang mungkin sedikit rumit dan tidak simple dan menggunakan bahan mahal, hanya dapat ditemukan oleh kaum bagsawan saja. Selain itu, nilai yang bisa diambil adalah bahwa pakaian adat ini bisa dijadikan pertahanan identitas di tengah masa globalisasi, karena pakaian adat sendiri bisa menjadi simbol ketahanan dari suatu budaya yang akan terus diturunkan secara turun temurun sehingga meskipun sudah banyak budaya yang masuk dan keluar, pakaian adat tetap menjadi patokan dalam keberagaman. 

Selain dari sisi nilai sejarah, nilai komunikasi antar budaya sebagai pelajaran juga dapat terlihat dari pakaian adat sendiri yaitu sebagai ekspresi identitas dan kebanggaan yang dimana memang mengajarkan kita untuk menghargai dan mempertahankan indentitas budaya kita sendiiri. Selain itu juga kita diajarkan untuk melihat penting nya suatu detai dan keseimbangan dalam pakaian adat karena biasanya desain pakaian adat sendiri mengajarkan penting nya suatu kreativitas dan memang butuh perhatian penuh untuk melihat suatu keestetikaan dalam suatu pakaian untuk menyampaikan komunikasi budaya. Selanjutnya juga ada yang namanya pelajaran sejarah dan tradisi yang dimana dalam pakaian adat sendiri dapat mengkomunikasikan tentang sejarah daripada busana tersebut yang dikomunikasikan secara visual terhadap khalayak umum, jadi memang dapat membantu pemahaman lebih lagi terkait peristiwa historis yang berkembang dari waktu ke waktu untuk mengkomunikasikan suatu komunikasi budaya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun