Rutinitas tertentu yang dijalani setiap hari terkadang menimbulkan kejenuhan, banyak yang kemudian mencari-cari hari libur untuk sekedar berjalan-jalan atau melakukan sesuatu sekedar untuk refreshing. Bagi kaum ibu yang kesehariannya bekerja di dalam dan di luar rumah pasti akan tertarik dengan upaya yang sering dikenal dengan istilah "cuci mata". Cuci mata menimbulkan satu semangat baru, ngirit dan asyik. Namun hobi yang satu ini, meskipun kedengarannya simple dan menyenangkan, tapi tidak demikian bagiku. Hanya slogan saja ketika keluar rumah saya katakan kalau saya hanya akan keluar sebentar untuk sekedar cuci mata. Karena pada kebanyakan kasus slogan cuci mata yang disandang dari rumah akan berakhir dengan belanja seabrek-abrek. Lalu apakah itu yang disebut cuci mata ngirit?, tentu saja tidak...saya malah terkadang takut melihat kembali struk belanja yang diberikan beserta kembalian uang dari kasir. Terkadang enggan membawa uang banyak ketika hendak cuci mata, namun apa boleh buat ketika tergiur dengan sesuatu...malah keluar kartu ATM jitu  yang hanya tinggal digesekkan saja. Alhasil cuci mata kembali menjadi slogan semata.
Namun, kesibukan yang mulai memadat belakangan ini sedikit membantu untuk mengusir setan belanja yang sering beratasnamakan cuci mata itu. Jaga di klinik 18 jam...(kedengarannya sangat membosankan bukan?), tapi tetap saja siang-siang saya masih bisa ngeluyur. Namun tidak lagi sesering dulu....
Ketika amat bosan saya tidak akan memaksa diriku untuk tetap bekerja, karena ketika kejenuhan ada bersamaku...saya tahu bahwa saya yang cenderung moody tidak akan bisa menjadi pendengar yang baik, tidak akan maksimal memberikan senyum, saran dan penanganan maksimal. Pelayanan kesehatan dari petugas medis seperti pekerjaan yang saya geluti selama beberapa tahun ini butuh ketulusan, butuh keramahan dan yang terpenting adalah pelayanan dari hati. Bukan karena sekedar pelayanan yang dituntut kewajiban belaka.
Pasien yang datang ke klinik sebagian besar adalah menderita ISPA, obatnya pun yang dikeluarkan juga hanya itu-itu saja, obat demam, obat batuk, pilek...lama-lama jenuh gak ya?. Sepanjang ruang tunggu terdengar suara batuk-batuk para pasien. Bulan ini, kebanyakan pasien menderita diare...jadi obat diare laris manis. Diare lagi dan diare lagi..., demikian yang didengungkan perawat yang bertugas siang kemarin. Sembari menunggu-nunggu, saat tidak ada pasien saya bisa membuat tulisan ala kadarnya untuk dipublish di kompasiana. Cuci matanya jangan sering-sering, bisa-bisa jadi cuci dompet. Ah...lebih baik buka fb dan kompasiana ajalah. Lalu apa lagi yang bisa saya kerjakan untuk membuat diriku tidak jenuh dalam rutinitas pekerjaan?, saya punya hobi sedikit tidak biasa untuk dokter pada umumnya. Dokter satu ini, kerajinan amat sih?...demikian kata sejawat saya malam minggu lalu. "Yah iyalah...diriku kan bukan dirimu" he...he...he.
Dari SLTP saya amat suka membuat accesoris (gelang,cincin, kalung), aneka ikat rambut, bingkai foto, hiasan rumah, sulaman, origami, dan lain sebagainya. Karya saya dari SLTP selalu dihargai nilai A atau A+, pernah waktu SLTA saya berjualan hasil-hasil karyaku dan hasilnya laris manis. "Unik dan elegan" demikian pendapat teman-teman yang memesan hasil kreasiku. Di lingkungan tempat saya tinggal kini, banyak ibu-ibu yang terpaksa bekerja siang dan malam di PT (perseroan terbatas), mereka berupaya untuk bisa mencukupi kebutuhan keluarganya karena biaya hidup di Batam yang tergolong besar. Ibu-ibu ini kerap menitipkan anak-anaknya dari yang usia bayi sampai yang beranjak remaja, ke tetangga-tetangganya. Biaya penitipan anak yang tergolong mahal di Batam, tidak menjadi pilihan dan bukan solusi terbaik untuk memecahkan permasalahan keluarga.
Saya belakangan ini mulai berencana akan membuat satu usaha rumahan yang akan melibatkan ibu-ibu ini dengan satu usaha guna penyaluran bakat, dan membantu agar mereka bisa berbagi waktu dengan keluarganya dan mempunyai kemampuan untuk berkarya serta bisa membantu keuangan keluarga mereka. " Orang-orang kreatif tidak akan mati, akan tetap bisa bertahan hidup dalam berbagai kondisi " demikian slogan yang akan saya tanamkan di benak-benak para ibu ini nantinya.
Sesungguhnya ada satu keprihatinan yang dalam ketika saya kerap menjumpai para ibu yang datang membawa bayi/anaknya dengan uraian air mata. Sering mereka mengeluh tidak bisa memberi waktu buat buah hatinya, tidak bisa mengurus anaknya dengan baik, meskipun ketika anaknya sakit berat ia tidak bisa menemaninya karena pekerjaan tak bisa ditinggalkan. Ada denda kerja dan terancam PHK jika ia tidak masuk kerja. Ketika ibu yang bekerja ini sakit tentu dokter bisa memberinya surat sakit (surat keterangan istirahat), nah kalau anaknya yang sakit bagaimana dokter bisa memberi ibu ini surat sakit?, karena yang sakit adalah anaknya bukan ibunya.
Berangkat dari keprihatinan itulah saya berpikir kelak jika ada tempat yang memadai saya akan membina sendiri dan memberi bekal berkenaan dengan hobi kreatif yang selama ini saya geluti dan memberi mereka lapangan pekerjaan baru yang lebih ringan dan lebih mudah bagi mereka untuk menjadi Ibu rumah tangga yang baik sekaligus bisa menopang perekonomian keluarganya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H