Mohon tunggu...
Delicia
Delicia Mohon Tunggu... profesional -

GP, White Lily

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Depresi Berat Dan Percobaan Bunuh Diri

19 Juli 2015   09:58 Diperbarui: 19 Juli 2015   09:58 963
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tadi malam sekitar jam 20.00 wib, saya dikejutkan dengan hiruk pikuk di depan klinik. Dengan sigap sayapun berlari ke depan, benar saja ada kasus gawat darurat yang harus segera ditangani. Seorang pemuda berlumuran darah menangis meraung seperti seseorang yang sudah benar-benar tidak ingin meneruskan hidup. Seorang laki-laki sekitaran 40-an yang membawa sipemuda datang juga menangis sambil terus membujuk dan menutup luka dipergelangan tangan anak muda yang terus saja mengucurkan darah dengan menggunakan sehelai baju kaus putih yang juga sudah dipenuhi darah. 

Saya segera berteriak supaya si bapak yang bersama anak muda itu agar membawa ke rumah sakit terdekat. Kasus seperti ini tidak mungkin dipaksakan untuk ditangani di klinik, apalagi saya hanya sendirian tanpa didampingi perawat, bidan dan asisten. Anak muda itu, nampak sudah lemah tapi ia tetap berontak saat mau dibawa kerumah sakit. Ia menjatuhkan dirinya seperti seekor ayam yang baru saja digorok lehernya, ia menggelepar sementara banyak mata mengawasi dari seberang jalan di depan klinik tanpa bisa berbuat apa-apa.

[caption caption="Image: Google"]Saat saya mendekatinya hendak membalut dan mengikatkan lengan yang mengucurkan darah itu, ia berteriak keras " ngapain...ngapain kau pegang-pegang aku!". Dia bahkan mau menyerang saya, dengan sorot mata yang sangat marah dan tampak sisa air mata ada di sana. Dalam kondisi seperti itu saya tidak mau mati konyol, saya meninggalkan pemuda yang sepertinya sedang depresi berat itu. Seseorang yang dalam kondisi depresi berat akan melakukan hal-hal diluar dugaan, ia bisa memilih menghabisi hidupnya dengan cara bunuh diri. Oleh karena itu, pelajaran bagi kita jika ada anggota keluarga yang sedang mengalami depresi berat jangan sekali-kali ditinggalkan sendirian, lingkungan disekitarnya harus benar-benar aman jauh dari benda-benda tajam, obat-obatan, racun serangga, cairan pembersih baju, pembersih toilet atau benda dan bahan-bahan lain yang bisa mengancam keselamatan.

Akhirnya sipemuda rambut cepak dicat pirang itupun segera dibawa ke rumah sakit dengan paksaan. Kami tidak tahu apa persoalan yang dialami pemuda tersebut namun kami berdoa dan berharap ia selamat dan nyawanya dapat tertolong di rumah sakit.

Survei yang dilakukan Persatuan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa (PDSKJ) menyebutkan sekitar 94 persen masyarakat Indonesia mengidap depresi dari mulai tingkat ringan hingga paling berat. Ini angka yang sangat mencengangkan bukan?. Sehat bukan saja menyangkut soal fisik yang tidak sakit tetapi juga kondisi mental dan sosial. Oleh karena itu ada baiknya kita belajar mengenal sepintas tentang depresi.

Menetapkan diagnosa gangguan depresi  dengan menggunakan PPDGJ (Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa) mencakup:
Gejala Utama :
· Perasaan tertekan
· Kehilangan minat dan kegembiraan
· Mudah lelah (rasa lelah yang nyata setelah melakukan sedikit pekerjan saja) dan menurunnya aktivitas

Gejala Lainnya :
· Konsentrasi dan perhatian berkurang
· Harga diri dan rasa percaya diri berkurang
· Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
· Pandangan masa depan yang suram dan pesimistik
· Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
· Tidur terganggu
· Nafsu makan berkurang

Depresi dapat dibagi dalam bentuk ringan, sedang, dan berat. Dikatakan seseorang mengalami depresi berat jika:
· Ditemukan tiga gejala utama
· Ditambah minimal 4 ‘gejala lainnya’ dan beberapa diantaranya berintensitas berat
· Minimal telah tampak selama dua minggu, namun jika gejala-gejala yang tampak benar-benar menunjukkan tingkat intensitas yang parah, dapat dikategorikan sebagai depresi berat meskipun belum tampak selama dua minggu.
· Penderita sangat tidak mungkin untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan rumah tangga lainnya kecuali pada tingkat yang sangat terbatas.

Dalam kondisi seperti ini penderita harus selalu didampingi, dibawa berobat ke dokter dan disirami hal-hal yang bersifat rohani. 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun