Saya dibuat berpikir-pikir tentang kalimat "saya mau". Setiap orang memang harus memiliki kemauan, maka akan muncul jalan. Dimana ada kemauan disitu ada jalan. Tanpa ada kemauan, semuanya akan tetap sama hari ini dengan hari kemarin. Kita tidak akan melangkah kepada sesuatu yang lebih baik.
R.A Kartini sosok yang cerdas, wanita berwawasan luas. Semakin membaca suratnya maka kita akan dibuat semakin kagum kepadanya. Tidak salah kalau surat-suratnya menarik minat seorang Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda Mr. J.H. Abendanon membukukannya. Buku yang sangat terkenal sampai hari ini dan masih disebut-sebut yaitu buku yang berjudul "Habis Gelap Terbitlah Terang" atau yang dalam bahasa aslinya " Door Duisternis tot Licht".
Saya bertanya "dari manakah Kartini muda ini mendapat banyak pengetahuan?".Mengingat masa itu, anak perempuan hanya akan dipingit di dalam rumah dan tidak boleh bersekolah. Ternyata Kartini gemar membaca, ia membaca banyak buku. Hobby inilah yang mendobrak tembok kebodohan. Selain itu Kartini sangat suka menulis, dengan menulis ia telah berhasil merubah banyak hal dengan menstransfer apa yang ada di dalam kepalanya. Jadi hari ini, jangan malas membaca dan menulis ya.. supaya kita bisa cerdas seperti Kartini dan bisa mengubah banyak hal di sekitar kita ke arah yang lebih baik.
Kata Kartini dalam suratnya "Rampaslah semua harta benda saya, asalkan jangan pena saya". Ketika banyak orang memandang remeh kekuatan sebuah pena, bagiku justru penalah perpanjangan tangan, kaki dan lidahku.
Saya juga anak kampung, tetapi Tuhan bersamaku menembus tembok yang namanya kemustahilan di mata manusia. Di mana ada kemauan di sana Tuhan pasti tunjukkan jalan. Masalahnya adalah apakah kamu benar-benar mau, seperti semboyannya R.A Kartini atau tidak. Pilihan selalu ada di dalam tangan kita.
Ingat perkataan kakekku dahulu: "Kami bekerja dengan cangkul sebab hanya kekuatan ototlah yang dapat kami andalkan, tapi kelak kamu harus bekerja dengan pena..". Impian kakekku tercapai, saya lulus dari bangku fakultas kedokteran tahun 2004 dan saat ini masih banyak bergelut dengan pena dari ruang praktekku.
dr. Herlina DeliciaÂ
21-4-2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H