Mohon tunggu...
Delicia
Delicia Mohon Tunggu... profesional -

GP, White Lily

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pembapaan (Fathering)

3 Februari 2017   09:17 Diperbarui: 3 Februari 2017   20:37 1800
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mendengar istilah pembapaan (fathering) ada sebagian orang tiba-tiba saja menjadi alergi. Ada sebagian yang  dadakan menjadi paranoid. Semestinya justru keadaan itu membuat kita terpacu untuk mencari tahu apa sih sebenarnya pembapaan (fathering) itu?

Pembapaan sebetulnya bukanlah sesuatu yang baru sebab prakteknya sudah dijalankan pada jemaat mula-mula. Sebagian orang yang masih asing dengan istilah ini, merasa tahu padahal hanya mereka-reka dengan pemikiran sendiri tanpa mau menggali lebih dalam. Mereka menutup diri untuk sesuatu yang dianggap baru. Pelayanan pembapaan adalah model pelayanan yang dilakukan Yesus di bumi, dan merupakan esensi dari Injil. Kalau kita mencermati pola Allah, Allah suka dengan hubungan yang bersifat personal atau relasional dan bukan yang institusional. Kerinduan Allah pada awalnya adalah berjalan dengan Adam dan berbicara dengannya dari hati ke hati tapi sayang manusia pertama itu jatuh dalam dosa dan menjadi berjarak dengan Allah. Allah kita adalah tipe Allah Bapa-Anak dan sifat sejatinya ini yang ingin direproduksikan dalam gereja. Oleh sebab itu ada yang mengatakan bahwa pembapaan generasi adalah Kirbat anggur yang baru bagi gereja, dimana pola kepemimpinan, pelayanan, dan kehidupan jemaat bersifat relasional mengadopsi pola bapa anak, bukan pada kelembagaan. Pembapaan, sama sekali tidak berbicara soal gender jadi jangan buru-buru menganggap ini sebagai diskriminasi bagi kaum ibu. Juga bukan bentuk mendewakan, memberhalakan ataupun mentuhankan manusia.

Pada ayat terakhir dari kitab perjanjian lama, di dalam Maleakhi 4:5-6 tertulis " Sesungguhnya Aku akan mengutus nabi Elia   kepadamu  menjelang datangnya  hari TUHAN yang besar dan dahsyat itu. Maka ia akan membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya  dan hati anak-anak kepada bapa-bapanya supaya jangan Aku datang memukul bumi sehingga musnah". Merinding setiap kali saya membaca ayat ini. Ayat ini mengandung sebuah janji, nubuatan, dan juga kutuk yang mengancam. Sebelum kedatangan Tuhan yang kedua kali nubuatan ini harus digenapi. Siapa yang dimaksud dengan Nabi Elia pada ayat tersebut, apakah Elia yang diangkat ke surga itu akan turun kembali sebelum kedatangan Tuhan?. Baca di dalam Lukas 1:17, ternyata bukan Elia secara fisik yang dimaksud tapi adalah jenis pelayanannya. Di dalam Lukas, yang berjalan mendahului Tuhan dan menyiapkan jalan bagiNya adalah Yohanes, yang memiliki roh dan kuasa Elia. Maleakhi 4:5-6 di tuliskan bahwa menjelang kedatangan yang kedua ada jenis pelayanan yang sama, membawa roh dan kuasa Elia. Bukan soal mukjizat tapi lebih pada hubungan dan pengurapan pembapaan. Tujuannya adalah untuk memulihkan keadaan, mengembalikan hati umat Allah kepada Kristus, menyiapkan umat yang layak menjelang kedatanganNya. Lalu mengapa Elia yang disebutkan di sana, kehidupan di dalam Alkitab yang juga menggambarkan pola bapa anak secara jelas bukankah juga bisa dilihat dari hubungan Paulus-Timotius, Musa-Yosua, atau tokoh-tokoh lain?. Mengapa harus Elia?. Oleh karena Elialah yang berhasil mengalihkan pengurapan seorang bapa dengan kekuatan dua kali lipat kepada anak (Elisa) yang dilahirkan dalam iman dan pelayanannya. Sungguh dahsyat bukan?.

Pembapaan adalah pola yang efektif pemuridan yang sejati. Selama ini informasi mengenai pembapaan masih terbatas tetapi di hari-hari terakhir saya percaya akan semakin banyak yang terpanggil dan diberikan karunia, urapan dalam pelayanan pembapaan. Pembapaan adalah  jawaban kebutuhan generasi, terutama bagi generasi tanpa ayah. Berapa banyak setiap tahunnya orang-orang terjerumus dalam prilaku negatif, terlibat kejahatan, seperti free sex, narkoba, dan lain-lain. Ternyata sejumlah penelitian membuktikan bahwa penyimpangan-penyimpangan itu sangat erat kaitannya dengan keadaan tanpa bapa. Iblis merusak generasi salah satunya adalah dengan merusak figur bapa sehingga memunculkan generasi galau yang kehilangan tujuan hidup, kehilangan arah dan akhirnya terhilang. Ayah atau bapa yang adalah representasi Allah, seharusnya memberi rasa aman, penerimaan, identitas, kasih dan motivasi pada anak tidaklah berfungsi. Gagal mempresentasikan, sehingga generasi mengalami kesulitan mengenal Tuhan sebagai Bapa yang mengasihi mereka. Bahkan sebagian orang ketika mendengar Bapa, malah menjadi momok yang menakutkan. Muncul generasi yang mendurhaka, pemberontak yang mendukakan hati Bapa di surga. Tetapi  menjelang kedatangan Tuhan, banyak hati dipulihkan dan berbalik kepada Tuhan, penuaian jiwa terbesar akan terjadi melibatkan pelayanan para bapa rohani.

Bapa rohani yang mewakiliNya di dunia bekerja keras untuk membesarkan anaknya, membayar harga mahal dan bercucuran air mata demi membuka jalan, menudungi dan memastikan anaknya bertumbuh. Membimbing, mengajar, dan mendorong anak-anak tumbuh serupa dengan Kristus. Memberi teladan hidup kekristenan sejati. Memberikan hati dan memberikan dirinya. Saya melihat bagaimana bapa rohani saya yang berjuang susah payah untuk kami anak-anak rohaninya, dan sempat muncul pertanyaan dihati saya "untuk apa harus memikul tanggung jawab sebagai bapa, harus begitu susah payah dan bukankah ini sangat berat?". Anda mungkin akan mempertanyakan hal yang sama seperti saya ketika anda masih "anak-anak", tetapi ketika anda beranjak dewasa, anda akan paham dan  kemudian diberi satu hati yang berbeda, hati seperti mereka. Kita meneladani kehidupan yang ada dalam Alkitab seperti yang dikatakan oleh Paulus "Saudara-saudara, ikutilah teladanku dan perhatikanlah mereka, yang hidup sama seperti kami yang menjadi teladanmu" (Filipi 3:17). Mari kita meneladani yang Alkitabiah dan memberikan teladan.

Semoga bermanfaat. 

Salam dari ruang praktekku, Jumat 3 Februari 2017.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun