Alloanamnesa sering dilakukan oleh dokter ketika mendapat pasien anak, balita, batita atau bayi. Untuk memperoleh keterangan mengenai riwayat atau perjalanan penyakit pasien mungilnya, dokter akan mengorek banyak informasi dari orang terdekat sikecil. Banyak yang berpikir pasti ibunya ataupun ayah sikecillah yang paling tahu dan paling tepat jika dimintai keterangan berhubungan dengan kondisi anaknya.
Penilaian itu nampaknya kian hari kian bergeser, yang paling banyak memberikan keterangan ketika dokter melakukan alloanamnesa justru bukan kedua orangtuanya melainkan pengasuhnya atau pembantunya, yang dalam keseharian dikenal dengan panggilan si mbak atau si mbok ini. Walaupun sang ibu atau sang ayah harus menanggalkan kesibukannya dan menemani sang buah hati untuk periksa ke dokter, terkadang hanya membantu dalam proses pembayaran selama dikasir saja.
Ketika sang dokter bertanya tentang riwayat sakit sikecil maka si ibu instant atau ayah instant akan segera melemparkan pertanyaan dokter untuk dijawab oleh si mbak atau si mbok. Sampai-sampai terkadang dokter merasa lebih enak langsung bertanya kepada si mbak atau si mbok dari pada menanti pertanyaan dilempar terlebih dahulu oleh si ibu/si ayah untuk pengasuh atau pembantunya baru kemudian si mbak/si mbok ini menjawabnya. Bahkan ketika harus mengambil obat untuk buah hatinya, penjelasan dari apoteker cukup hanya perlu disimak oleh si mbak atau si mbok saja. Ayah atau Ibu akan segera membayarnya begitu si mbak/si mbok mengangguk tanda mengerti tentang cara pemberian obat yang dijelaskan oleh apoteker.
Bersyukur jika pengasuh dan pembantu anda pintar, cerdas, dan tidak tulalit...nah jika kebalikannya, apakah ibu atau ayah instant telah siap menerima resikonya buat kesehatan si kecil?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H