Mohon tunggu...
Delia Puspita
Delia Puspita Mohon Tunggu... Penulis - SMAN 1 PADALARANG

Pelajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kesedihan Terdalam ketika Maut Memisahkan

20 September 2019   13:20 Diperbarui: 21 September 2019   10:27 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sang pemberani, pintar,berbakti pada orang tua, namanya Bulan.Anak yang pandai, karismatik, rajin, dan sayang pada keluarga. Saat itu Bulan kelas 2 SMA,ia tinggal bersama seorang adik laki laki dan kedua orang tuanya,mereka hidup dengan kesederhanaan.Rumah Bulan lumayan jauh jaraknya dengan sekolah.Bulan harus menempuh 2 km dari rumahnya.Ia bersekolah di SMAN 1 Juara,dan adiknya bersekolah di SMPN 1 Juara,tempat sekolah mereka sama hanya berbeda kelas dan tentunya angkatan,namanya Bintang. Terkadang mereka naik angkutan umum untuk pergi ke sekolah,namun kadang kadang karena tidak punya uang mereka pergi jalan kaki.

"Ayah,kami pergi dulu.Ibu mana ya yah?," tanya Bulan pada ayahnya sambil melihat ke kiri dan ke kanan.

"Mamah kamu lagi mengantarkan cucian dulu." Jawab ayah Bulan dan Bintang.

Lalu Bulan dan Bintang pergi menuju sekolah.

"Kak, Kok ayah enggak ngasih kita uang jajan ya?" tanya Bintang.

"Mungkin ayah sedang tidak punya uang." Jawab Bulan.

"Oh gitu,tapi kenapa ya kak. Ayah sama Ibu selalu ga punya uang.Padahal teman teman ku itu uang jajannya banyak loh kak,ada yang 25 ribu,30 ribu berarti orang tua mereka punya uang banyak ya kak?tapi kok Ayah sama Ibu ga punya uang terus," tanya Bintang Sambil cemberut.Bulan hanya diam membisu.

"Udah sampai nih,gih kamu masuk kelas jangan lupa berdoa yaa.."

"Oke kakak," jawab Bintang ceria.

Hari itu adalah hari dimana Bulan ujian kenaikan kelas.Ketika itu dia sungguh ragu-ragu untuk masuk ke dalam kelas, bukan karena belum siap tapi karena dia tahu bahwa dia belum bayar SPP.Dengan penuh harapan,Bulan masuk ke dalam kelas. Pengawas menyuruh para siswa untuk jujur dalam mengerjakan tes dan tes pun segera dimulai.Namun ketika ujian sedang berlangsung.Tiba tiba seorang laki-laki berkumis tebal menghampiri kelas. Ia mengatakan bahwa ada beberapa orang yang belum bayar SPP sehingga siswa tersebut sementara tidak diperbolehkan untuk mengikuti tes, karena mereka tidak memiliki kartu ujian. Bulan yang sudah menduga kejadian tersebut segera keluar meninggalkan soal dan lembar jawabannya.

"Maaf Bulan,orang tua kamu belum membayar SPP.Seperti yang kamu tahu itu adalah kewajiban orang tua kamu untuk membayar.Jadi tolong kamu katakan pada orang tua kamu,bahwa mereka harus membayar SPP segera." Kata pak kepala sekolah.Itu membuat Bulan bersedih, jika ia mengatakan ini pada orang tuanya.Ini akan menjadi beban untuk mereka,namun jika ia tidak mengatakan ini pada orang tuanya apa yang harus ia lakukan agar ia bisa membayar SPP dan bisa mengikuti ujian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun