Selain di Masjid yang ada di tengah masyarakat, kita akan melihat pengaturan seperti ini di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Sepengatahuan kami, praktis hanya Masjid Quba di Madinah yang menyandingkan lafadz Allah dengan Muhammad.
Belum diketahui kenapa masyarakat Saudi mengatur seperti ini. Hanya sebuah perkiraa saja bahwa ini berkaitan juga dengan kebiasaan orang Saudi yang sangat berhati-hati dengan segala hal yang berkaitan dengan Aqidah.
Penyandingan lafadz Allah tanpa lafadz Muhammad sepertinya bagian dari kehati-hatian itu. Meski Nabi Muhammad adalah orang yang sangat mulia, tapi mesti dijaga bahwa Nabi Muhammad tetaplah Rasulullah bukan Allah itu sendiri.
Dalam riwayat Islam, hal ini pernah terjadi ketika Nabi Muhammad wafat dan respon para sahabat yang tidak bisa menerima kenyataan itu. Diantaranya adalah salah seorang sahabat dekat Nabi, Umar bin Khattab. Peringatan Abu Bakar lah yang menyadarkan Umar bahwa Nabi Muhammad adalah Rasulullah bukan Allah itu sendiri.
Hal berbeda dengan Masjid di Turki. Masjid di Turki bukan hanya memasang lafadz Allah dan Muhammad sekaligus, tapi juga menambahkan dengan nama-nama Khulafaur Rasyidin serta dua cucu Nabi.
Jadi di Masjid Turki akan kita temukan ornamen bertuliskan lafadz Allah, Muhammad, Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Hasan dan Husein. Semuanya dipasang di sekeliling Kubah. Lafadz Allah dan lafadz Muhammad bersanding di bagian paling depan diatas tempat Imam memimpin shalat Jamaah.
Pengaturan seperti tidak hanya ditemukan di masjid di tengah masyarakat, tapi juga di Masjid Biru dan Hagia Sophia. Dua masjid yang sangat ikonik dan bersejarah.
Entah kenapa orang Turki orang Turki mengatur Masjid nya seperti ini. Apakah ini berkaitan dengan Turki dahulu yang ingin menjadi juru damai dalam silang sengketa antara muslim Sunni dan Syiah, atau yang lainnya.
Hanya saja bila pola ini diterapkan di Indonesia, besar kemungkinan akan menimbulkan resistensi di tengah masyarakat.
Namun diatas itu semuanya, Turki dikenal mempunyai Mazhab Fiqih berbeda dengan Indonesia dan Saudi. Bila Indonesia bermazhab Syafi'i dan Saudi adalah Hambali, maka Turki bermazhab Hanafi.
Karena perbedaan Mazhab inilah Turki tidak menjadi tujuan utama masyarakat Indonesia yang ingin belajar Islam. Utamanya belajar Syari'at atau Fiqih. Meski di Turki banyak mahasiswa Indonesia belajar ilmu umum, namun belajar Ilmu Agama belum menjadi pilihan.