Mohon tunggu...
Delianur
Delianur Mohon Tunggu... Penulis - a Journey

a Journey

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Nabi Muhammad yang Ummi Bukan Nabi Muhammad yang Buta Huruf

3 September 2023   09:13 Diperbarui: 3 September 2023   09:18 1684
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nabi Muhammad Yang Ummi Bukan Nabi Muhammad Yang Buta Huruf

Selain kerap disebut mempunyai empat sifat utama (Shiddiq, Amanah, Tabligh, Fathonah), Nabi Muhammad saw., juga kerap disebut sebagai Nabi Ummi. Nabi yang tidak bisa membaca dan menulis.

Beberapa kalangan berkesimpulan bahwa yang dimaksud dengan Nabi Yang Ummi adalah Nabi yang betul-betul tidak bisa membaca dan menulis. Buta tulisan dan bacaan atau yang dalam masyarakat sekarang disebut dengan butu huruf.

Makna diatas dianggap sesuai dengan kebiasaan masyarakat Arab dahulu yang dikenal sebagai bangsa penghafal. Orang Arab adalah orang yang mempunyai daya ingat yang sangat kuat. Daya ingat kuat itu, masih terasa dalam kehdiuapan masyarakat Arab terkini. Seorang pelayan toko bisa dengan mudah mengenal kembali salah seorang pelanggannya.

Makna ini juga diangap sesuai bila dikaitkan dengan misi Nabi Muhammad saw., sebagai penyampai wahyu Allah. Bahwa apa yang disampaikan Nabi Muhammad betul-betul berasal dari Allah swt., langsung. Bukan berdasar pada bacaan-bacaan sebelumnya.

Namun Imam Ath-Thabari mempuyai pandangan lain perihal Nabi yang Ummi ini. Menurut Tafsir Ath-Thabari, Nabi Muhammad saw., yang Ummi bukanlah berarti Nabi yang tidak bisa membaca dan menulis atau buta huruf seperti yang dimaknai sekarang.

Ummi memang berarti tidak bisa membaca. Tapi itu merujuk kepada situasi Arab Pra-Islam ketika mereka belum mepunyak Kitab Scu. Orang Arab yang pagan, berbeda dengan orang Yahuid dan Nasrani yang sudah mempunyai Ktiab Suci sebagai panduan kehidupan mereka.

Nabi Muhammad yang Ummi adalah Nabi yang tidak pernah membaca Kitab Suci. Karena Muhammad hidup dalam masyarakat Arab Pra-Islam yang belum mempunyai Kitab Suci.

Hal ini selaras dengan pembabakan sejarah Arab Pra-Islam. Bahwa yang dimaksud dengan zaman Jahiliah bukanlah zaman kebodohan dimana masyarakatnya tidak tahu apa-apa. Atau kehidupan masyaraka tanpa peradaban. Zaman Jahiliah adalah zaman ketika masyarakat tidak mempunyai otoritashukum dan Kitab Suci sebagai panduan kehidupan mereka.

Dalam catatan Buku History of Arabs yang ditulis Philips K. Hitti, hal serupa juga disinggung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun