Suatu kali dalam sebuah pertemuan warga Indonesia di salah satu kota di Arab Saudi, ada lelaki yang memiliki ekspresi berbeda dengan warga Indonesia lainnya. Meskipun lelaki ini juga terlihat familiar dan akrab dengan warga yang hadir.
Sebagaimana keumuman pertemuan sesama warga Indonesia di tanah rantau, orang yang datang cenderung berwajah ceria. Meskipun dibalik wajah ceria tersebut tersimpan beban pekerjaan dan tekanan hidup yang tidak ringan.Â
Bertemu bersama warga Indonesia, berbicara dengan bahasa Indonesia, dilengkapi santapan sajian khas Indonesia, adalah obat dari segala tekanan yang mereka hadapi di tanah rantau.
Warga Indonesia yang masih bekerja di Saudi pun bukan berarti tidak ingin pulang atau merasa sreg sepenuhnya dengan pekerjaan yang dijalani.Â
Namun kebutuhan hidup dan tidak adanya kesempatan bekerja di tanah air, menjadikan Saudi sebagai tempat paling mungkin bagi mereka untuk bekerja. Bukan kembali ke tanah air.
Situasi khas yang dihadapi warga Indonesia yang bekerja di luar negeri. Â
Namun rumus ini seperti nya tidak berlaku untuk laki-laki tersebut. Pekerjaan yang sangat berat, membuatnya tidak bisa ikut ceria seperti warga Indonesia lainnya. Kebutuhan hidup yang bertambah besar pun tidak menyurutkan keputusannya untuk kembali ke tanah air.
Lelaki tersebut relatif tidak mempunyai masalah imigrasi seperti warga Indonesia lainnya. Dia datang dengan dokumen lengkap. Bukan pendatang illegal yang menjadi buruan petugas imigrasi. Gaji dari perusahaan pun berjalan lancar.
Masalahnya terprediksi ketika ditanya mengenai pekerjaan yang dijalaninya. Katanya dia bekerja di sektor konstruksi. Sektor yang tidak dijamah warga Indonesia.Â
Sepertinya dari sekian warga yang sedang berkumpul, hanya dialah yang menjadi pekerja konstruksi. Lainnya adalah tenaga kesehatan, terapis, supir pribadi, asisten rumah tangga, guru, ahli perminyakan atau pelatih bulu tangkis.