Sudah dipublikasikan di situs ini oleh penulis yang sama --sudahbacadotcom--
Anggap saja selain ada organisasi profesi bernama IDI, Ikatan Dokter Indonesia, di Indonesia ada juga organisasi profesi bernama IDN. Ikatan Dukun Nasional. Kedua organisasi profesi ini diakui, eksis dan aktif memberikan bantuan kepada masyarakat.
Meski sama-sama ingin menyembuhkan masyarakat yang sakit, pasti mereka mempunyai cara yang berbeda ketika bekerja. Karena keduanya mempunyai cara pandang yang berbeda dalam melihat masyarakat dan penyakit.
Karena para dokter menganggap kebersihan, keramahan dan kenyamanan adalah bagian dari upaya menyembuhkan orang sakit, maka mereka akan memakai baju putih ketika praktek, rambut disisir rapih, ramah dan senyum ketika berkomunikasi, juga menyemprot ruangannya dengan parfum atau aroma terapi. Sebaliknya karena para Dukun memandang kemisteriusan, keangkeran dan keghaiban sebagai hal yang sangat penting, maka mereka akan memakai baju hitam ketika praktek, rambut tidak perlu rapih, ruangan digelapkan dan membakar kemenyan.
Karena dokter melihat penyakit sebagai fenomena fisikal, maka solusinya adalah obat untuk memperbaiki fisik. Bila dokter melihat ada fenomena diluar fisik yang menjadi penyebab, maka dia akan menyarankan supaya itu juga diselesaikan. Seperti menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Sementara dukun yang melihat penyakit sebagai fenomena non-fisik, maka solusinya adalah mantra atau jimat. Bila penyakit nya itu kiriman, maka mantra atau jimat itu akan dikirimkan kepada orang yang mengirim penyakit tersebut. Begitu seterusnya.
Namun diantara sekian perbedaan dokter dan dukun, pangkalnya ada pada pada landasannya. Bila landasan kerja seorang dukun adalah dunia mistik, maka landasan kerja seorang dokter adalah dunia sains.
Kedokteran adalah diantara dunia yang lahir dari perkembangan sains. Kedokteran adalah hasil riset untuk pengembangan ilmu pengetahuan yang terus berkembang tanpa putus. Hasil dari riset itu diajarkan secara formal dan massif di lembaga-lembaga pendidikan. Berbeda dengan dunia perdukunan. Hasil dari berdiam diri di tempat-tempat keramat beserta ritual-ritual khusus lalu diajarkan secara individual dan informal.
Karenanya siapapun yang ingin menjadi seorang dokter, maka dia harus pergi ke sekolah dan menuntaskan pendidikannya dari awal sampai akhir. Sementara siapapun yang ingin menjadi dukun, maka dia tidak perlu ke sekolah. Karena di sekolah tidak diajarkan perdukunan.
Sains yang menjadi pijakan dunia kedokteran inilah yang menjadi titik pangkal sikap IDI untuk memecat DR. Terawan. Praktek kedokteran yang diterapkan DR. Terawan, sangat bertentangan dengan prinsip-prinsip Sains di dunia kedokteran. Bila pola DR. Terawan dibiarkan, bukan hanya merusak landasan kerja dunia kedokteran, tapi juga berbahaya bagi keselamatan pasien. Karena itu IDI harus bersikap. Bukan hanya untuk tetap menjadikan Sains sebagai prinsip dunia kedokteran, tapi juga menyelematkan nyawa orang.
Upaya IDI ini tidak berbeda dengan upaya organisasi profesi yang lain. Seperti organisasi profesi wartawan yang akan menghukum setiap anggotanya yang terbukti melanggar prinsip-prinsip kerja jurnalistik. Hal itu dilakukan untuk menyelamatkan orang banyak. Karena kerja jurnalistik juga seperti kerja dunia kedokteran. Berkaitan erat dengan keselamatan dan nasib orang banyak.