Ketika orang Islam bisa menaklukan Kota Alexandria di Mesir, diriwayatkan bahwa orang Islam sempat terkagum-kagum melihat Kota Alexandria. Mereka bingung bagaimana caranya orang Alexandria bisa menata kota nya sedemikian apik. Seperti kekaguman orang Islam melihat Mercusuar tiga susun Alexandria yang kerap dianggap sebagai salah satu keajaiban dunia zaman kuno.
Kekaguman dan kebingungan yang bisa dipahami. Karena waktu itu orang Islam belum mengenal Sains dan Alexandria sudah maju dengan Sains nya. Mereka bukan hanya tahu cara membuat Mercusuar yang sangat ikonik, tapi juga tahu cara membuat terowongan sebagain bagian dari kehidupan di sebuah Kota.
Alexandria sendiri adalah Kota Tua di pesisir Utara Mesir. Kota terbesar kedua setelah Kairo dan sempat menjadi Ibu Kota Mesir selama 1.000 tahun sebelum dipindahkan ke Kairo.
Sesuai namanya, Alexandria adalah Kota peninggalan Alexandre The Great. Raja dari Makedonia yang menguasai hampir sepertiga dunia. Di kota inilah ilmuwan-ilmuwan besar seperti Archimides dan Euclides meletakan dasar-dasar Ilmu Pengetahuan bagi umat manusia yang dijadikan rujukan sampai sekarang. Dari Kota ini juga kisah cinta Ratu Mesir yang kecantikan nya melegenda, Cleopatra, dengan Kaisar Romawi, Julius Caesar berasal.
Waktu pun berlalu. Sampai beberapa abad kemudian situasi berbalik. Orang-orang Monggolia yang juga belum mengenal Sains, bisa menaklukan kekuasaan Dinasti Abbasyiyah di Baghdad. Kota yang dikenal pusat pengembangan Ilmu Pengetahuan. Di Kota ini orang-orang Islam bukan hanya menterjemahkan filsafat Yunani untuk dipelajari, tapi juga mengembangkan Sains. Di Baghdad inilah Al-Khawarizmi mempelajari Aritmetika peninggalan tradisi India sampai kemudian merumuskan Ilmu Matematika baru tentang persamaan dan pertidaksamaan. Orang sekarang menyebutnya sebagai Al-Jabbar. Disiplin Ilmu Matematika yang bersama Calculus menjadi tonggak utama berkembang nya dunia digital.
Seperti juga orang Islam ketika menaklukan Alexandria, modal orang Monggolia menaklukan Bahdad adalah keterampilan berperang. Sebagai bangsa yang hidup di Padang Savana yang sangat luas, orang Monggolia juga seperti orang Islam Arab yang hidup di Padang pasir. Mereka bukan hanya terampil menggunakan Kuda, tapi tahu formasi berkuda yang tepat di setiap situasi yang berbeda. Karenanya mereka bisa bergerak tanpa lelah dari Asia sebelah Timur, menyusuri Asia Tengah sampai kemudian memasuki Asia Barat untuk menaklukan Baghdad. Padahal di sepanjang rute itu ada banyak deadliest road. Rute mematikan yang bahkan truk-truk buatan pabrikan Eropa dan Amerika sekarang sering gagal melewatinya.
Hanya saja ada perbedaan signifikan antara orang Islam dari Arab dan orang Monggolia. Meski ketika menaklukan Alexandria orang Islam belum mengenal Sains, tetapi mereka tidak menghancurkan temuan-temuan Sains di Alexandria. Orang Islam bukan hanya tidak menghancurkan Mercusuar Alexandria yang sangat iconic, tetapi juga menjaga perpustakaan Alexandria yang dibangun Ptolemaic.
Sebaliknya, diantara momen menyedihkan ketika pasukan Monggolia memasuki Kota Baghdad adalah pembakaran perpustakaan Baitul Hikmah. Saking banyak nya buku yang dibakar, disebutkan bahwa sungai Tigris yang menjadi tempat pembuangan abu pembakaran buku, air nya menjadi hitam.
Dari riwayat penalukan dan sikap terhadap Ilmu Pengetahuan diatas lah sepertinya kita bisa melihat posisi Ilmu Pengetahuan dalam kehidupan manusia.
Orang-orang Arab Islam dan Monggolia sama-sama belum mengenal Sains ketika menaklukan Alexandria dan Baghdad. Sementara Sains waktu itu sedang berkembang pesat di dua kota tersebut.
Seperti orang Islam, orang Monggolia juga dikenal sebagai bangsa penakluk. Sama-sama bisa menaklukan sebuah bangsa yang waktu itu sangat berkuasa. Namun karena penghormatan dan pengembangan terhadap Ilmu Pengetahuan, orang Islam bukan hanya dikenal sebagai penakluk tapi juga sempat menjadi penguasa dunia. Ada banyak temuan pengetahuan dari Baghdad yang menjadi landasan pengembangan kehidupan manusia sampai sekarang. Sementara pada sisi lain, kita hanya mengenal bangsa Monggolia sebagai bangsa penakluk saja.