Perbedaan Respon Barat Terhadap Ukraina dan Negara-Negara Islam
Meski Presiden Ukraina mengatakan merasa ditinggal dunia Barat dalam menghadapi invasi Russia, namun dibanding apa yang dialami negara-negara Islam, respon Barat terhadap perang Ukraina relatif lebih memadai. Bahkan bisa dikatakan lebih.
Barat mungkin tidak merespon Perang Ukraina dengan mengirimkan tentara untuk membantu Ukraina menghalau serbuan pasukan Russia. Namun respon Barat dengan memberikan berbagai macam sanksi yang mengancam kehidupan ekonomi di Russia, adalah respon yang sangat mewah dibanding yang diterima negara-negara Islam.
Barat mungkin hanya melakukan demonstrasi massal dan bergelombang di beberapa kota-kota utama Eropa untuk mengecam Russia yang memicu Perang Ukraina. Namun demonstrasi massal yang bergelombang seperti itu, bisa dikatakan tidak pernah diperlihatkan ketika Negara-Negara Islam mengalami hal serupa dengan Ukraina. Ada perbedaan respon Barat terhadap Perang Ukraina dan perang yang terjadi di beberapa Negara Islam.
Pastinya ada banyak penjelasan kenapa Barat bisa menunjukan standar ganda seperti ini. Kejadian yang bisa dikatakan mirip, tapi direspon secara berbeda. Ada yang bisa menunjuk kepada kepentingan politik dan ekonomi yang berbeda. Ada yang menunjuk pada perbedaan ras dan juga agama. Semuanya benar, karena memang faktanya seperti itu.
Namun mungkin diantara faktor yang sepertinya signifikan yang menjadi pemicu munculnya standar ganda dari Barat, adalah faktor kedekatan. Barat bukan hanya dekat secara geographis dengan Ukraina, tetapi juga dekat secara Psikologis. Karena dekat juga merasa lebih dekat, maka apa yang terjadi di Ukraina lebih menyedot perhatian dibanding apa yang terjadi Palestina.
Bila kita lihat secara sekilas, setidaknya ada tiga penyebab sebuah negara menjadi hancur. Penyebab pertama adalah karena negara dikelola dengan salah dan memicu peperangan. Perpaduan antara kekeliruan mengelola negara dan peperangan inilah yang kemudian menghancurkan negara-negara tersebut. Kita bisa lihat hal itu di negara-negara Afrika.
Pada sisi lain ada juga negara yang tidak pernah mengalami peperangan yang berat, tapi tetap saja hancur. Pangkal nya karena bukan hanya karena dikelola secara amatir, tapi juga penuh dengan manipulasi. Ada banyak negara yang kelihatannya saja damai, tidak ada peperangan, namun didalamnya banyak terjadi silang sengketa yang menghancurkan kehidupan masyarakat. Kita bisa melihat tipikal negara-negara seperti ini di Asia.
Pada sisi lain ada juga negara yang sudah dikelola dengan benar. Apakah karena sistemnya yang kokoh atau karena memang penyelenggaranya yang bisa dipercaya. Tetapi negara tersebut pada suatu waktu tiba-tiba bisa hancur berantakan. Pangkalnya adalah perang. Perang bisa meluluh lantakan semua tatanan yang sudah dibangun sedemikian rupa.
Barat, utamanya Eropa, sepertinya ada pada kategori terakhir. Eropa adalah benua yang sudah memiliki sistem yang kuat dan rapih dalam mengatur warganya. Ancaman terbesar kehancuran mereka bukan pada buruknya sistem dan penyelenggara yang tidak capable, tetapi bahaya perang yang bisa terjadi setiap saat. Terlebih perang dingin telah memungkinkan negara-negara adikuasa untuk menanam nuklir di setiap tempat yang bisa diluncurkan kapan saja bilamana diperlukan.
Pada titik inilah kemudian bisa difahami kenapa Eropa memberikan perhatian lebih terhadap kejadian di Ukraina. Mereka tidak ingin apa yang terjadi di Ukraina, akan menjalar ke negerinya. Negeri yang sudah mereka tata sedemikian rupa sehingga nyaman untuk ditinggali, bisa hancur berantakan karena ada Perang di tetangga.