Lingkar Tanah Lingkar Air;
Indonesia dan Gegar Politik Tahun 50-60an
Dunia komunikasi mempunyai satu prinsip dasar yang ringan, mudah difahami namun sulit dipraktekan. Prinsip itu adalah irreversiblitas. Bahwa Komunikasi itu hakekatnya irreversible, tidak bisa ditarik kembali. Jadi bayangkan seseorang memanggil temannya dengan kata-kata bintang. Orang tersebut mungkin bisa meralat ucapan tersebut seketika, namun hakikatnya kata-kata binatang itu sudah masuk ke memori lawan bicaranya. Bahwa dia sudah dianggap binatang meski sudah diralat.
Namun bagi Hannah Arendt irreversibilitas itu bukan hanya prinsip komunikasi saja, tetapi juga prinsip dasar tindakan manusia. Bahwa tindakan manusia pada dasarnya tidak dapat ditarik kembali. Sudah berlalu dan sudah terjadi sehingga tidak bisa diubah atau direvisi. Â
Hannah merumuskan pandangan irreversibilitas tindakan manusia berdasar pengamatannya pada kehidupan manusia. Menurut Hannah, manusia itu pada dasarnya menjalani dua hidup, yaitu Vita Activa dan Vita Contemplativa. Bila Vita Contemplativa adalah berpikir (Thinking), berkehendak (Willing) dan memutuskan (Judging), maka Vita Activa adalah manusia yang bekerja (Labour), berkarya (Work), dan bertindak (Action)
Kerja (Labour), adalah aktivitas natural manusia sehari-hari sebagaimana. Manusia yang makan ketika lapar, minum ketika haus dan istirahat ketika lelah. Aktivitas yang tidak membutuhkan cara berpikir yang rumit, hanya cukup dijalani. Sementara Karya (Work) adalah aktivitas yang menghasilkan sesuatu. Seperti ketika manusia membuat mobil untuk menopang mobilitas keseharian atau membangun rumah untuk tempat berlindung. Itulah Work. Sesuatu yang dilakukan manusia dalam kapasitasnya sebagai homo faber, manusia sebagai pekerja.
Sementara tindakan, action, adalah ketika manusia sebagai makhluk politik berkomunikasi dan merancang hidup dengan orang lain. Bagi Arendt, tindakan adalah aktivitas manusia paling tinggi. Selain membutuhkan pemikiran serius dan mendalam, tindakan juga sesuatu yang dilakukan di ruang publik. Orang tidak bisa semena-mena melakukan segala hal karena di sekelilingnya ada orang lain yang mesti dipertimbangkan keberadaannya. Tindakan adalah inti eksistensi manusia. Melalui tindakan lah kita bisa melihat jati diri seorang manusia.
Hanya saja menurut Arendt tindakan manusia itu mempunyai dua kelemahan. Unpredictable dan irreversible. Unpredictable karena semua tindakan manusia tidak bisa diramalkan hasil atau konsekuensinya. Karenanya orang kerap takut bertindak. Untuk keluar dari masalah undpredictability ini, maka dibutuhkan komitmen atau janji. Melalui komitmen atau janji inilah hal yang akan terjadi di maa yang akan datang bisa diprediksi.
Tindakan juga irreversible, tidak bisa ditarik kembali. Karena sudah terjadi dan tidak bisa dikembalikan pada titik nol. Untuk keluar dari problem irreversibilitas ini, maka orang membutuhkan forgiveness atau pengampunan. Pengampunan bukan hanya akan membebaskan manusia, tapi juga membuka kesempatan bagi setiap orang untuk memulai sesuatu yang baru. "Forgiveness is a key to action and freedom." Begitu kata Arendt Â
Ucapan Arendt tentang irreversiblitas dan forgiveness sendiri bukan sekedar ucapan normatif pemanis bibir. Karena kehidupan Arendt sendiri erat kaitannya dengan dua kata itu. Arendt adalah feminist yang memberikan "Forgiveness" karena sebuah tindakan yang tidak bisa ditarik kembali.
Ketika muda, Hannah Arendt dikenal sebagai mahasiswi pintar dan cantik. Namun Arendt justru jatuh cinta kepada orang yang lebih tua, Martin Heidegger dosennya. Salah satu filsuf kenamaan Jerman abad XX. Karena cintanya, Arendt rela menjalin hubungan dengan Heidegger yang sudah beristri.