Mohon tunggu...
Delianur
Delianur Mohon Tunggu... Penulis - a Journey

a Journey

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Kampanye Stay at Home di YouTube

18 April 2020   08:52 Diperbarui: 18 April 2020   09:18 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada 27 November 2018, Kurt Hugo Schenider bersama dengan 30 artist di Amerika remake video "We Are The World" nya Michael Jackson di Studio A Capitol Studions Hollywood, Los Angeles. Melalui lagu ciptaan Michael Jackson, Quincy Jones dan Lionel Richie ini Channel Aid ingin menunjukan bahwa dunia online telah mempermudah manusia di seluruh dunia manakala harus bergandengan tangan untuk menghadapi masalah penting Seperti membantu anak-anak yang kurang beruntung di seluruh dunia.

Account Channel Aid Youtube sendiri adalah sebuah account Charity yang dibuat FABS Foundation untuk mengumpulkan donasi untuk anak-anak, anak muda dan masyarakat penyandang disability di dunia ini. Konsep account ini sederhana. Seluruh video ini sudah di monetize oleh YouTube. Dengan menonton video, orang otomatis telah memberikan donasi kepada bagi FABS Foundation yang menangani penyandang disabilitas. Orang tidak perlu mengeluarkan uang untuk berdonasi. Menonton berarti berdonasi. Slogannya adalah "You Click, We Donate"!...

Remake video "We Are The World" bersama 30 artist, adalah diantara upaya untuk meraih donasi dari masyarakat. Menurut catatan mereka, dari 30 artis yang terlibat remake video ini, ada 50 juta subscriber dan 8.5 millir views di YouTube mereka. Menurut Channel Aid "The recording of We Are The World embodied the same enthusiasm, sense of purpose and generosity as the original recording 33 years ago. Every one of the artists who participated, regardless of genre or generation, walked into the room with their hearts and souls completely open to coming together to raise donations for a good cause!  

Ketika remake video ini, Channel Aid tiak menyangka bahwa 15 bulan kemudian dunia menghadapi masalah bersama yang harus diselesaikan bersama ; wabah Covid-19. Caranya adalah dengan tinggal di rumah, Stay At Home. Merasa bahwa konsep video lalu masih ada kaitannya, Channel Aid pun membuat versi baru "We Are The World" nya. Bersama ke-30 artist itu, membuat video baru dengan tema baru dan hash tag baru; #WeAreTheWorld # TogetherAtHome #Covid19. Karenanya dengan menonton dan membagikan video ini, kita sudah melakukan tiga hal sekaligus. Berdonasi untuk para penyandang disabilitas, ikut berkampanye stay at home dalam rangka memutus mata rantai penyebaran SARS-CO-2 dan bergembira.

Saya tidak tahu apakah ide diatas itu original, terinspirasi oleh orang lain atau memang ada gerakan bersama untuk membuat video seperti ini. Tapi tanpa sengaja saya pun menemukan remake video Michael Jackson lainnya yang dikaitkan dengan Covid-19. Misalnya dalam account YouTube bernama Michael Jackson, ada video berjudul Michael Jackson -- Heal The World (2020). 

Dalam video ini tidak hanya ditampilkan ketika Michael Jackson menyanyikan lagu ini di depan ribuan penggemarnya di sebuah konsert, tapi diselipkan juga bagaimana situasi dunia sekarang dalam menghadapi wabah Covid-19. Seperti kota yang sepi, usaha keras para medis, dan juga tentunya kondisi anak-anak.

Mungkin yang agak membuat saya terenyuh adalah ketika melihat video berjudul  : Heal The World : Covid-19 Stifling Humanity 2020 (Michael Jackson -- Heal The World) dari account Mawitea_13 yang dipublish pada tanggal 27 Maret lalu. Video tidak menampilkan aksi panggung Michael Jackson, namun dari awal sampai akhir mengumpulkan cuplikan video dan gambar dari berbagai dunia ketika menghadapi Covid-19. Mulai dari kota-kota di dunia yang sepi, suami istri yang mesti berpelukan dan berciuman tapi mesti memakai masker, orang tua yang terpapar, dan tentunya para tenaga medis di dunia.

Di tengah Covid-19 sekarang ini, para tenaga medis bukan hanya mesti menangani pasien yang terjangkit wabah, tapi mereka juga mesti menyisihkan waktunya untuk memberikan edukasi publik tentang pentingnya berdiam diri di rumah. Bahkan di Indonesia kalau kita mau menelusuri lebih detail ke rumah sakit, para tenaga medis mempunyai tugas tambahan; mengumpulkan donasi untuk pembelian APD. Tugas yang tidak ringan. Karena di satu sisi tenaga kesehatan berjibaku menangani wabah, sementara disisi lain pendapat para pakar kesehatan tidak menjadi rujukan strategi penanganan wabah. Teriakan pentingnya social distancing, seperti terbentur tembok.

Tapi kembali lagi ke video diatas.

Apa yang digambarkan oleh video diatas bukan hanya kota, masyarakat dan tenaga medis di Amerika dan Eropa, tapi juga di China. Tenaga medis dan masyarakat China juga menghadapi hal yang sama dengan kita dan seluruh dunia. Mereka sama ikut merasakan beratnya masa penyebaran wabah Covid-19 ini. Mereka juga sama berusaha keras untuk menangani wabah ini. Mereka sama dengan kita dalam masa kritis seperti sekarang. Kita perlu mendudukan dengan lebih jelas sentimen negatif terhadap China seperti sekarang.

Maka dalam konteks ini juga saya memahami statemen orang paling dipercayai Presiden dalam penanganan wabah sekarang ini, Mentri Investasi dan ESDM. Saya setuju bahwa China itu tidak kurang ajar seperti asumsi yang beredar sekarang ini. Mereka sama seperti kita. Ada yang kurang ajar, ada yang baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun