Mohon tunggu...
Delianur
Delianur Mohon Tunggu... Penulis - a Journey

a Journey

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Harari; Manusia sebagai Makhluk Biologis

7 April 2020   10:33 Diperbarui: 7 April 2020   11:08 391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa kali di timeline muncul pembicaraan tentang Yuval Noah Harari. Mungkin karena tuntutan pekerjaan atau sedang memikirkan hal lain, jadinya belum ada hasrat mencari tahu siapa Hariri. Sejarawan yang pemikirannya sedang digandrungi itu. Sehingga World Economic Forum dan Marc Zuckerberg mesti mengundangnya berbicara dan orang seperti Obama dan Bill Gates merasa perlu merekomendasikan orang untuk membaca bukunya. 

Virus corona lah yang membuat saya menyempatkan diri mencari informasi tentang Harari. Bukan hanya karena tertarik membaca tulisan Harari di time yang membicarakan pandemic Covid-19 dalam perspektif sejarawan, tetapi karena corona juga yang membuat saya mesti lock down di rumah dan berkesempatan mencari informasi.

Mungkin diantara pidato Harari yang menarik bagi saya adalah ketika dia membicarakan Algorithm dan Bio-Algorithm (Sepertinya sedang membicarakan bukunya yang ke-2; Homo Deus). Sebagaimana pandangan keumuman, Harari juga mempunyai pandanga bahwa masa depan kehidupan manusia ada pada Big Data, Artificial Intellegence dan Algorithm. Hal-hal yang disebutkan tadi, pada saat ini dan masa yang akan datang akan menjadi faktor determinan pembentuk kehidupan manusia.

Harari mencontohkan tentang seorang artis Amerika yang menurut diagnosa dokter dikatakan sehat. Namun ternyata berdasar Big Data, ritme kehidupannya menunjukan bahwa dia adalah penderita kanker. Karenanya artis tersebut disarankan untuk segara melakukan berbagai treatmen mencegah kanker sebelum penyakitknya berkembang ke stadium lanjut. Ujung cerita dari artis tersebut ternyata menyebutkan bahwa si Artis mempercayai Big Data dan dia memang sedang menderita kanker. Big Data dengan setting Algorithmanya telah menyelamatkan artis tersebut dari ancaman kanker yang mematikan.

Namun menurut Harari, pada dasarnya tanpa Big Data dan Algorithma yang dikelola komputer, manusia pada dasarnya adalah makhluk yang pada tubuhnya sudah memiliki algorithma tersendiri. Sebagai makhluk biologis, badan manusia secara reflek sering memberikan respon-respon pada setiap stimulus yang datang dari luar dirinya. Seperti ketika dia silau oleh sinar matahari, maka tangannya akan dengan secara refleks melindungi matanya. 

Tubuh-tubuh manusia selalu aktif memberi sinyal kapan dia mesti makan, mesti minum, mesti buang air besar atau penyakit apa yang sedang dideritanya. Bio-Algorithma, begitu Harari menyebutya. Karenanya apa yang disebut dengan algorithm yang menjadi pegangan masyarakat digital sekarang, pada dasarnya adalah pengulangan dari Bio-Algorithm yang dulu pernah menjadi pegangan kehidupa manusia.

Mungkin dalam kehidupan sehari-hari, kita bisa menganalogikan penjelasan Harari ini dari cara kita mengendarai mobil. Ketika mobil belum dilengkapi teknologi seperti persneling otomatis, rear camera, dan hill start assist, maka respon biologis adalah senjata utama mengendarai mobil. 

Ketika parkir mobil, manusia butuh kepekaan untuk mengukur apakah bemper belakang mobilnya sudah menyentuh pembatas atau belum. Seorang supir butuh kepekaan biologis untuk tahu kapan harus menginjak pedal gas dan menarik pedal kopling ketika menanjak. 

Sekarang peran-peran itu sudah diambil alih oleh rear parking camera dan hill start assist sehingga kepekaan biologis manusia berkurang digantikan teknologi. Pada masa yang akan datang, ketika teknologi self driver mobil menjadi pegangan, maka otomatis semua Bio-Algorithm itu akan diganti oleh Algorithm.

Ketika Harari yang dikenal sebagai sejarawan itu memperkenakan istilah Algorithm dan Bio Algorithm itu, saya jadi ingat pandangan Emha Ainun Nadjib tentang sejarah. Menurut Cak Nun, kekeliruan manusia adalah memandang bahwa sejarah itu berjalan linear. Padahal sejarah itu pada dasarnya berjalan secara siklikal, berputar. 

Sejarah hidup manusia itu bukan seperti yang digambarkan oleh para industrialist yang bergerak linear dari Industri 1.0 ke Industri 4.0, atau seperti para teknokrat Jepang yang mengatakan bahwa sejarah manusia itu bergerak dari Society 1.0 ke Society 5.0. Sejarah itu siklikal, berputar. Apa yang terjadi pada saat sekarang, kerap pengulangan apa yang terjadi pada masa lalu. Hanya saja dalam format yang berbeda.

Namun ketika saya mengkaitkan pandanga Harari dengan seorang agamawan, bukan berarti pemikiran Harari akan diterima para agamawan. Bahkan mungkin sebaliknya. Pemikiran Harari akan banyak ditolak para agamawan. Utamanya karena Harari melihat sejarah kehidupan manusia adalah sejarah sebuah evolusi. Harari bersepakat dengan teori evolusi Darwin yang banyak ditentang banyak agamawan. 

Dalam melihat dunia, Harari adalah pro-evolution yang banyak menjadi pegangan banyak ilmuwan, bukan pro-creation yang menjadi pegangan banyak agamawan. Namun ada yang menarik dalam pandangan evolutionist Harari

Diantara pandangan pro-evolution Harari terlihat dari cara pandangnya dalam melihat Deklarasi Kemerdekaan Amerika. Sebagaimana diketahui, deklarasi kemerdekaan Amerika dicanangkan di Philadelphia pada 4 Juli 1776 untuk melepaskan diri dari penjajahan Inggris.

Salah satu premis utama dalam deklarasi ini adalah bahwa manusia itu diciptakan sama. Karena manusia diciptakan sama, maka manusia mempunyai hak sama. Tidak boleh ada kolonialisme yang mengekalkan perbedaan antar manusia. Karena manusia itu diciptakan sama.

Menurut Harari, Deklarasi Kemerdekaan Amerika ini sangat dipengaruhi pandangan para Agamawan. Dalam hal ini adalah Agama Kristen yang melihat manusia itu diciptakan. Karena dia diciptakan, maka statusnya sama. 

Sementara secara biologis, manusia itu bukan diciptakan, tapi dia berevolusi. Karena titik evolusi manusia itu berbeda, maka manusia juga berbeda-beda. Tidak sama seperti yang diucapkan dalam Deklarasi Kemerdekaan Amerika. Karena menurut evolusi, ada manusia yang ototnya lebih besar dari otaknya, ada juga yang otaknya lebih besar dari ototnya. 

Dalam evolusi, ketika manusia sudah mengenal api, maka gigi manusia cenderung lebih kecil dan lunak dibanding sebelumnya. Karena tugasnya menggigit menjadi lebih ringan dibanding sebelumnya. Ekstrak makanan yang sebelumnya lebih banyak dirubah menjadi otot, sekarang ada yang menjadi pembentuk otak.

Namun meski Harari berpandangan seperti itu, kita mesti berhati-hati untuk tidak mengatakan bahwa Harari adalah seorang anti Agama. Karena sebetulnya dalam banyak hal, Harari secara tidak langsung mengatakan bahwa yang menjadikan manusia makhluk superior dibanding segala makhluk yang ada di bumi, karena berpegangan pada hal-hal yang abstrak. Sementara Agama dalam banyak hal disebut sebagai hal yang abstrak. Hal ini bisa dilihat dari pandangan Harari yang membedakan manusia dan binatang dengan simpase sebagai contoh.

Berbeda dengan simpanse yang berpikir objektif, manusia itu selain berpikir objektif dia juga berpikir subjektif. Ketika seekor simpanse diberikan sebuah pisang, maka yang ada di kepala simpanse hanyalah pisang saja. Tidak lebih. 

Namun ketika manusia diberikan pisang, maka yang ada di kepalanya bukan hanya pisang, tetapi juga berpikir hal-hal yang abstrak seperti kebersamaan, kebaikan dan surga. Kapitalisme, keadilan sosial, komunisme adalah hal-hal abstrak yang ada dalam pikiran manusia dan tidak dipikirkan binatang. Berpikir abstrak inilah yang menjadi pembeda manusia dengan binatang dan yang membuat manusia eksis sampai sekarang mengusai dunia.  

Bila kita melihat di forum apa saja dan oleh siapa saja Harari berbicara, maka yang menarik dari Harari sebagai sejarawan, adalah kemampuannya menjadikan sejarah bukan hanya sebagai catatan kejadian. Harari bisa menjadikan sejarah sebagai catatan kehidupan manusia yang pada akhirnya akan berkaitan dengan banyak hal dalam kehidupan manusia. Karenanya tidak aneh bila forum ekonomi dunia merasa perlu mendengar uraiannya. Sebagaimana Zuckerberg perlu berbicara panjang dengannya mengenai teknologi.

Mungkin yang menjadi pertanyaan bagi Harari adalah caranya menjadi seorang generalis. Dimasa orang berlomba-lomba menjadi spesialist, bahkan sub spesicalist, Harari tampil menjadi seorang generalis dalam sejarah. Memotret sejarah hidup manusia dari zama pembentukan sampai masa depan. Padahal dalam sebuah interview Harari mengakui, bahwa spesialist dia di Oxford adalah tentang medieval history. Sejarah abad pertengahan

Note:

Ini hanya pandangan sekilas saja. Bukan pandangan utuh dan tidak bisa jadi pegangan. Hanya beberapa Speech Harari yang saya dengar di YouTube. Buku Harari yang saya baca, baru yang pertama. Itupun baru bab-bab awal. Jangan jadi pegangan. Menulis hanya pengisi waktu mengisi masa isolasi diri karena corona virus

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun