Ketika membahas budaya Jawa dan demokrasi politik, budayawan dan sejarawan (Alm) Prof. Kuntowijoyo memperkenalkan istilah Parent-Centered Family dan Child-Centered Family.Â
Menurut Alm, dalam arsitektur Jawa ada rumah Jawa utama yang disebut Joglo. Bangunan yang terdiri dari pendhapa (beranda), pringgitan (ruang antara), dalem (dalam), senthong (kamar dalam), gandhok (ruang berangin-angin) dan lain-lain. Di dalam Joglo, anak-anak tidur di dalem dan bapak-ibu tidur di kamar dalam (senthong).Â
Rumah harus menghadap ke utara atau selatan dan makin ke dalam dan ke tengah makin suci. Seperti dilambangkan dengan senthong tengah yang terletak di bagian tengah ruangan tempat menyimpan pusaka, benda-benda sesaji dan barang lain yang dikeramatkan.
Dalam Joglo anak-anak yang belum menikah, tidur bersama-sama sehingga terjalin rasa kesamaan dan kebersamaan diantara mereka. Dalam struktur bangunan seperti itu, pada waktu tidur pastinya anak-anak selalu berada dibawah pengawasan orang tuanya.
Namun pengawasan juga terjadi pada waktu makan. Ketika makan, bagian paling enak, yaitu ekor ayam yang berlemak, akan jatuh pada ayah.Â
Anak-anak dilarang makan ekor (brutu) dengan alasan mereka akan menjadi pelupa. Anak-anak yang sudah besar akan dicarikan jodoh oleh orang tuanya dan tidak boleh membantah. Tidak hanya itu, orang tua juga akan bertanggung jawab membuatkan rumah anak yang sudah dikawinkan.
Dalam struktur bangunan dan struktur interaksi seperti itu, tercipta hubungan yang disebut parent-centered family. Orang tua adalah yang utama, karena dia menentukan segalanya. Ayah mempunyai kedudukan penting. Dia harus mencari nafkah.Â
Seorang ibu akan dipanggil sesuai kedudukannya suami. Ibu juga harus dapat menyesuaikan dirinya dengan kedudukan ayah. Wanita adalah suwarga nunut, neraka katut (surga turut, neraka ikut). Artinya, dia masuk surga atau neraka bergantung pada suaminya. Inilah akar Politik patron-client yang kita ributkan sekarang ini.
Perubahan hubungan keluarga terjadi ketika ada perubahan rumah. Rumah-rumah yang dibangun mulai tahun 1950an, tidak lagi seperti Joglo tetapi rumah gedhong atau gedong. Bentuk rumah yang berbeda dengan konsep lama. Gedong, bisa menghadap kemana saja, yang penting fungsinya. Tidak adalagi ruangan yang dianggap keramat, semua tempat didesain sama pemakaian.
Rumah gedong terdiri dari kamar-kamar yang dibatasi dengan tembok-tembok. Tempat untuk kamar tidur, kamar tamu, dan kamar makan, pemakaiannya terserah pada keperluan setiap keluarga.Â