Mohon tunggu...
Delianur
Delianur Mohon Tunggu... Penulis - a Journey

a Journey

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Spritualitas yang Melahirkan Matematikawan Jenius dalam Film "The Man Who Knew Infinity"

7 Maret 2018   08:37 Diperbarui: 7 Maret 2018   09:11 1197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Srinivasa Ramanujan sepertinya bukan hanya terlahir untuk mengeksplorasi dunia matematika, tetapi dia memang keajaiban dalam dunia matematika. Seorang lelaki asal Madras India yang hidup daerah miskin, bisa merumuskan teorema matematika yang membuat Prof Hardi dan Prof Littlewood, duo Matematikawan dari Cambridge University, terpukau.

Ramanujan sendiri memang mengirimkan teorema nya ke Prof. Hardi di Cambridge, karena Ramanujan tidak ingin temuannya ini tidak terpakai dan dibawanya mati. Cita-citanya ini ternyata terwujud. Rumus dari Ramanujan tidak hanya dipakai para matematikawan dalam memahami fenomena blackhole, tetapi merupakan salah satu terobosan dalam dunia matematika.

Menurut Hardi sendiri, kejeniusan Ramanujan bukan hanya bisa disejajarkan dengan Euler, tapi juga dengan Isaac Newton dan Archimides. Karenanya Hardi dan Littlewood tidak hanya melibatkannya dalam pekerjaan di Cambridge University pada masa Perang Dunia I, tetapi juga membuat mereka mengusulkan Ramanujan sebagai anggota Fellow Royal Society (FRS). Sebuah komunitas akademik elite Inggris yang berisi orang-orang ternama seperti Bertrand Russel. Sayangnya Ramanujan berumur pendek. Dia meninggal dalam umur 32 tahun.

Ada banyak hal yang menarik dari perjalanan hidup Ramanujan ini. Seperti betapa muda nya Ramanujan ketika mendapat FRS, matematikawan jenius yang setia dan mencintai istrinya yang buta huruf, usaha Ramanujan memahami dan merumuskan teorema nya di kuil, autodidaknya Ramanujan, sampai dengan temuannya dalam Matematika yang kemudian hari dipakai banyak kalangan.

Tetapi diantara hal yang menarik adalah pertemuan Ramanujan sebagai seorang penganut Hindu yang sangat taat, dengan Prof. Hardi yang atheis. Meskipun Hardi sangat meyakini kalau teorema dari Ramanujan itu benar, tetapi matematika selalu membutuhkan pembuktian. Inilah yang menjadi kesulitan bagi Ramanujan.

Menurut Ramanujan, teorema-teorema yang dia buat seolah datang begitu saja menghampiri dirinya. Ramanujan melihat Matematika seperti orang melihat pasir dimana dia tidak hanya melihat bentuk kasar pasir, tapi juga sampai partikel-partikel terkecil dalam pasir itu sendiri. Sebuah penjelasan yang tentunya tidak bisa diterima Hardi.

Tapi tuntutan adanya pembuktian teorema dari Hardi, pada akhirnya bisa dijawab dengan baik oleh Ramanujan dan kebenarannya terkonfirmasi oleh matematikawan lain di Cambridge. Hal inilah yang membuat Hardi mengajukan Ramanujan sebagai FRS dan diterima oleh anggota FRS lainnya.

Usai menerima FRS, akhirnya Ramanujan menjelaskan kepada Hardi asal teorema yang dia temukan. Menurut Ramanujan, dia merasa teorema itu seperti diperlihatkan begitu saja oleh Tuhan di bibirnya ketika dia berdoa atau di lantai kuil ketika dia memakai lantai kuil sebagai tempat menulis rumus-rumus matematik. Hardi yang atheis, tentu sangat sulit menerima penjelasan seperti itu. Meskipun Hardi tidak pernah bisa menolak kebenaran rumus matematika yang dibuat Ramanujan.

Bila kita membaca tentang Psikologi Agama, bahkan terakhir hal ini sudah menjadi kajian neuroscience, banyak ritus-ritus keagamaan yang bila dijalankan secara konstant dan serius, ternyata sering menstimuli manusia untuk meraih pencapaian yang dalam banyak hal secara teoritis sering diluar batas kemampuan dirinya.

Momen kontemplatif dalam ritus keagamaan seperti ketika waktu berdoa atau sembahyang (secara khusus orang beberapa cendikiawan muslim sering mengingatkan ibadah shalat malam sebagai sebuah momen kontemplatif yang sangat efektif) secara psikis sering membangkitkan potensi besar manusia yang terkubur dalam dirinya.

Seperti Ramanujan yang dalam usia sangat muda, hidup di daerah miskin, pendidikan seadanya, tapi bisa menemukan teorema matematika yang diapresiasi guru besar matematika Cambridge University, disejajarkan dengan Newton, dan menjadi alasan dirinya diterima menjadi anggota FRS.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun