Mohon tunggu...
Delianur
Delianur Mohon Tunggu... Penulis - a Journey

a Journey

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Antara yang Matematis dan yang Manusiawi dalam Film "Sully"

15 Februari 2018   11:56 Diperbarui: 16 Februari 2018   19:54 2361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: imax

Dengan segala macam data yang mereka miliki, NTSB pada awalnya bersikap keras terhadap Sully. Mereka menganggap Sully sudah ceroboh dengan mendarat di Hudson. Simulasi yang dilakukan di 20 komputer, yang tentunya sudah memasukan berbagai alternatif penghitungan, menunjukan bahwa pendaratan di Bandara akan lebih aman. Hasil ini tidak jauh berbeda dengan simulasi yang dilakukan langsung oleh pilot dalam pesawat simulator. Terlebih data awal menunjukan bahwa mesin pesawat tidak sepenuhnya mati seperti yang disebutkan Sully. 

Sully tentu saja menolak temuan itu. Bagi Sully, diatas langit dia merasakan langsung bagaimana kedua mesin pesawat mati dan sudah tidak mempunyai daya dorong. Berdasar pengalamannya dan juga perhitungannya, Sully juga meyakinkan NTSB kalau pendaratan di bandara menjadi sesuatu yang sangat tidak mungkin dan sangat berbahaya. 

NTSB yang menganalisa berdasar data, angka, simulasi komputer, dan simulasi pesawat simulator yang kesemuanya berasal dari segala macam perhitungan matematika atau algorithma yang sangat akurat, berhadapan dengan Sully sebagai pelaku dan orang yang mengalami langsung kejadian tersebut di lapangan. Sully kesulitan meyakinkan NTSB kalau apa yang dia lakukan itu sudah benar.

Tetapi akhirnya Sully bisa menunjukan kekeliruan NTSB. Menurut Sully, segala macam simulasi itu mengabaikan sisi kemanusian Pilot. Tidak memasukan variable kemanusiaan pilot pada sebuah peristiwa kemanusiaan, bagi Sully adalah sebuah kekeliruan besar. Disamping itu, Sully juga mengingatkan bahwa pilot yang melakukan simulasi di pesawat simulator adalah pilot yang sudah dipersiapkan untuk menghadapi situasi dan kondisi yang dialami Sully diatas. Tidak ada tekanan psikologis dalam pesawat simulator. 

Pilot di pesawat simulator, sudah tahu persis apa yang akan terjadi sehingga responnya menjadi sangat cepat. Berbeda dengan Sully yang mengalami langsung kejadian di pesawat. Sebagai pilot, dia pastinya sudah waspada dengan segala kemungkinan tetapi dia tetap saja tidak tahu apa yang akan terjadi. Di kejadian langsung, Sully juga pastinya menghadapi tekanan psikologis yang sangat besar. 

Kunci kekeliruan segala macam simulasi komputer dan simulasi pesawat simulator itu menurut Sully adalah pada durasi waktu. Sully mempertanyakan durasi waktu yang dipakai dalam simulasi semenjak pesawat menabrak burung dengan keputusan kembali ke bandara. Ketika NTSB mengatakan durasi waktunya 17 detik, Sully dan peserta hearing NTSB menghela nafas. Karena Sully sendiri membutuhkan waktu 208 detik. 

Masalah menjadi terang benderang ketika durasi waktu respon dalam senua simulasi dirubah menjadi 40an detik. Ketika setting waktu dirubah, ternyata hasilnya berbeda. Dalam simulasi pesawat diperkirakan akan jatuh dan hancur bila mendarat di kedua Bandara. 

Terlebih ketika data akurat terbaru tentang kondisi mesin muncul. Berdasar penelitian langsung pada bangkai pesawat, kondisi mesin pesawat memang betul-betul seperti yang digambarkan Sully : mati. Ditambah dengan usulan Sully supaya semuanya mendengarkan rekaman langsung apa yang sudah terjadi di ruang kokpit, supaya bisa merasakan langsung apa yang terjadi ketika itu, semuanya mafhum bahwa Sully sudah benar dengan keputusan itu. 

Pertarungan antara dimensi matematis yang dikenal begitu logis dan mempunyai tingkat akurasi tinggi dengan dimensi kemanusiaan, inilah yang menjadi salah satu menarik dari peristiwa ini. Sampai akhirnya NTSB yang semula keras terhadap Sully mengakui kalau Sully benar. Salah satu anggota NTSB mengakui bahwa segala macam persamaan matematik dan alghorithma yang dipakai untuk melihat peristiwa ini, terhapus oleh faktor Sully. 

Tidak salah bila orang Arab menyarankan "Isal jaariban wa laa tasal aliman" bahwa bertanya itu pada orang yang pernah mencoba dan melakukan (berpengalaman) bukan pada orang yang cukup tahu. Karena mencoba dan melakukan, selalu menuntut hampir semua unsur dalam diri manusia bukan hanya otak saja.

Selain dari itu, ada hal yang penting tentang angka. Mungkin dalam beberapa dekade kedepan ketika hidup kita sudah dibentuk dan digerakan oleh berbagai algorithm matematik, maka sesuatu yang sangat manusiawi seperti instuisi, sensasi, naluri, sebagaimana yang ditunjukan Sully, akan menjadi sesuatu yang sangat mahal. Terlebih ketika sekarang disebut sebagai era Big Data. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun