Mohon tunggu...
Delianur
Delianur Mohon Tunggu... Penulis - a Journey

a Journey

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Rukun Serangan Fajar

15 April 2014   17:16 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:39 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teman saya direktur sebuah lembaga pemantau pemilu merilis tentang makin tingginya kuantitas dan kualitas serangan fajar. Saya sendiri sebagai caleg, merasakan betul bagaimana ramainya politik uang pada saat serangan fajar. Seorang teman yang juga menjadi caleg menceritakan tentang tetangganya yang bisa mendapat uang Rp 2 Juta lebih dari serangan fajar.

Pada malaman akhir menjelang pemilihan, iseng-iseng politik salah seorang tim sukses hilir mudik membawa mobil saya di daerah pemilihan. Ternyata meskipun itu mobil pribadi yang tidak diberi logo Delianur, panwas dan beberapa aktivis politik mengenal mobil saya tersebut. Seperti yang diperkirakan, kemanapun mobil saya bergerak, kesana juga orang menguntit. Disangkanya di mobil saya ada berkarung-karung uang yang akan dibagikan ke masyarakat.

Serangan fajar adalah diantara cara meraih suara konstituen. Terlihat sangat simple dan mudah dilakukan. Tetapi sebetulnya politik uang pada serangan fajar tidak lah semudah yang diperkirakan. Ada banyak faktor tekhnis dan non teknis yang perlu diperhatikan bila ingin sukses melakukan serangan fajar. Kecuali bila hanya sekedar ikut-ikutan melakukan serangan fajar. Banyak faktor mengiringi kesuksesan serangan fajar seperti faktor jumlah uang, orang, zona juga timing yang tepat.

Misalkan seorang caleg sudah punya uang untuk serangan fajar. Dari jumlah uang yang ada meski dihitung targetan suaranya berapa. Setelah itu pecahan rupiah berapa yang akan dibagi. Apakah 5 ribuan, 10 ribuan, 20 ribuan atau 50 ribuan. Bila hitungannya sudah ada, maka segera si caleg mesti mencari Bank atau toko emas untuk menukarkan uang. Bayangkan bila pecahan uang yang dimiliki caleg itu 100 ribuan sementara yang mau dibagi itu 10 ribuan. Karena begitu banyaknya caleg yang menukarkan uang ke Bank atau Toko Emas, bagaimana kalau anda tidak mendapat pecahan uang itu?Anda ingin menukarkan uang jadi pecahan 20 ribu, tetapi sudah keduluan caleg lain sehingga yang tersisa pecahan 50 ribu. Otomatis target pembagian per orang dan target suara jadi berubah

Jadi menukar uang ke Bank atau ke Toko Mas juga mesti cepat-cepat. Karena masa-masa menjelang serangan fajar adalah masa-masa Bank dan Toko Mas didatangi banyak tim sukses yang ingin menukarkan uang. Sekali kita tertinggal, maka pecahan uang yang dicari dipastikan sudah habis. Menjelang hari H memang seperti menjelang lebaran. Orang hilir mudik menukar uang ke pecahan kecil untuk dijadikan angpau. Jadi sebetulnya yang bisa tahu bagaimana intesitas serangan fajar bukan hanya lembaga pemantau, tapi para pegawai Bank dan Toko Mas.

Kembali ke awal, katakanlah pecahan uang yang dicari sudah didapat. Langkah selanjutnya memilih orang yang mendistribusikan dan membagikannya di lapangan. Ini juga bukan perkara mudah. Mesti ada kriteria yang ketat untuk merekrut orang yang bisa dipercaya dan diandalkan. Selain itu Fee buat pembagi pun mesti memenuhi angka psikologis aman. Jangan sampai yang dibagikan uang 100 juta tapi fee nya hanya 100 ribu. Sekali kita salah memilih orang dan keliru manajerial reward buat eksekutor, alih-alih uang dibagikan ke masyarakat tidak sedikit timses yang membawa lari uang tersebut.

Uang sudah ada, para kurir sudah stand by bila tidak dilengkapi dengan target area yang berbasis analisa yang kuat maka serangan fajar akan gagal total. Seorang caleg dari partai islam yang melakukan serangan fajar ke basis suara partai nasionalis dipastikan tidak akan berefek elektoral. Seorang caleg yang melakukan serangan fajar ke tempat caleg lain yang juga melakukan serangan fajar, juga dipastikan tidak efektif. Karena adadua serangan fajar di satu tempat. Atau seorang caleg melakukan serangan fajar dengan uang 10 ribuan di area yang “bertarif” 50 ribuan, maka itu juga menjadi mubazir. Maka dari sinilah diperlukan intelijen politik sehingga serangan fajar tidak serampangan.

Hal yang juga mesti dilihat dalam serangan fajar adalah pola distribusi uang nya itu sendiri. Misalkan anda mempunyai uang 1 milyar dan akan melakukan serangan fajar di daerah pemilihan yang mimiliki berpuluh-puluh kecamatan. Diperlukan siasat distribusi yang tepat sehingga uang itu selamat sampai tujuan. Beberapa waktu lalu ada berita tentang uang sekarung berjumlah Rp 500 Juta lebih tetapi tidak ada yang mengaku memilikinya. Sementara didalamnya ada gambar salah seorang caleg.

Terakhir dan sangat penting adalah timing serangan fajar. Namanya serangan fajar pasti dilakukannya waktu fajar. Tapi kapan itu dilakukan, mesti ada momentum yang pas. Bila dalam satu area ada 2 atau 3 caleg yang akan melakukan serangan fajar, maka apakah kita lebih dahulu menyerang atau terakhir sangatlah menentukan. Bayangkan bila kita melakukan serangan fajar 20 ribu, sementara kompetitor kita menyerang dengan 30 ribu rupiah.

Inilah lima rukun bagi setiap caleg yang ingin melaksanakan serangan fajar. Bila rukun serangan fajar ini tidak terpenuhi, dipastikan uang untuk serangan fajar akan sia-sia dan ujung-ujung nya bila caleg tidak marah-marah dan meminta uang serangan fajar dikembalikan, maka dia akan stres. Uang yang dikeluarkan tidak sesuai dengan suara yang didapat.

Dari rukun serangan fajar inilah kemudian saya melihat setidaknya ada 3 gaya caleg dan tim sukses dalam melakukan serangan fajar. Ketiga gaya itu adalah; gaya serangan fajar serampangan atau amburadul, gaya serangan fajar terarah dan gaya serangan fajar sistematis.

Serangan Fajar Serampangan. Ini gaya serangan fajar yang tidak mempunyai pola dan strategi sama sekali. Dilakukan tanpa kalkulasi dan prediksi, yang penting masyarakat ditembak dan suaranya diraih. Tidak ada analisa “tarif area”, target area serampangan dan eksekutor tidak terseleksi dengan baik. Menghadapi serangan fajar masyarakat tinggal duduk-duduk di depan gang aja pasti mendapat banyak amplop. Malahan dengan gaya serampangan seperti ini tim sukses lawan pun bisa kebagian amplop serangan fajar. Tidak aneh kalau kita mendengar ada masyarakat yang bisa mendapatkan amplop dari 4-5 caleg. Bahkan teman saya bercerita tentang tetangganya yang bisa mendapat uang sampai Rp 2 Juta rupiah gara-gara serangan fajar.

Akurasi dari serangan fajar seperti ini sangatlah rendah. Perkiraan saya berhasil 10 persen saja sudah bagus. Selain tidak efektif karena tidak sesuai “tarif area”, berbenturan dengan serangan fajar tim ses caleg lain dan dalam banyak kasus juga karena uang dibawa lari oleh eksekutornya. Dari pola serangan fajar seperti inilah lahir caleg yang stress atau yang meminta kembali uang serangan fajar nya ke masyarakat atau tim sukses.

Serangan Fajar Terarah. Ini gaya serangan fajar yang relatif memiliki metode. Caleg dan timses mengetahui betul “tarif area” nya berapa, eksekutor nya siapa dan zona mana yang mesti dibidik. Timses tidak akan serampangan membidik zona yang menjadi target. Makanya di area sekitaran rumah saya tidak ada serangan fajar, karena sekitaran rumah saya adalah saudara, yang note bene nya relatif pemilih fix, sehingga mubazir dibombardir dengan uang serangan fajar.

Biasanya serangan fajar yang terarah dan dan terlatih seperti ini tidak hanya dilakukan untuk menggemukan suara, tapi menggembosi suara lawan. Selain zona yang dipilih adalah zona yang bukan basis lawan, biasanya basis suara lawan yang dianggap masih keropos dan bisa diterobos juga menjadi target. Dalam sepakbola ini seperti meraih skore seri di pertandingan away. Meskipun tidak menang, tetapi cukup signifikan untuk memukul basis suara lawan

Hitungan saya akurasi dari pola serangan fajar seperti ini tidak lebih dari 50 persen. Pasalnya hampir semua caleg sekarang sudah mahir melakukan serangan fajar. Hal ini karena sebetulnya serangan fajar relatif sudah terjadi berkali-kali di tengah masyarakat dan aktor-aktornya itu-itu saja. Mulai dari pemilihan ketua RW, kepala desa, Pilkada juga Pilbup. Jadi serangan fajar sudah menjadi sesuatu yang sudah membudaya serta tips dan trik nya relatif sudah diketahui masyarakat banyak

Dari pola serangan fajar seperti ini biasanya lahir caleg yang untung dan buntung. Untung dan menjadi anggota legislatif karena serangan fajar nya efektif. Buntung karena strategi serangan fajar nya berbenturan dengan tim lawan sehingga hasilnya tidak maksimal. Satu hari setelah pencoblosan tidak sedikit caleg yang memegang kepalanya dengan rambut acak-acakan. Serangan fajar nya tidak efektif karena kalah masif, kalah strategi dan kalah jumlah dengan kompetitornya

Serangan Fajar Sistematis. Ini betul-betul serangan fajar yang terencana dengan baik. Gerakan politik yang tahapannya jelas, terarah, terukur dan segala faktor nya sudah dihitung dengan cermat. Caleg dan timses tahu betul “tarif area” nya berapa, kesesuaian kesediaan uang dengan target suara, zona mana saja yang dipilih, kriteria eksekutornya seperti apa, distribusi uang nya bagaimana dan kapan timing pembagian uang nya..

Bisa dikatakan prinsip costumer satisfaction betul-betul terpenuhi oleh sang caleg dan timses. Tidak ada masyarakat yang mengejek karena jumlah uangnya kecil. Konstituen tidak lupa untuk memilihnya karena pilihan waktu serangan fajar nya tepat. Kompetitor segan untuk melawan karena takut kalah beradu metode dan jumlah uang serangan fajar. Para eksekutor pun jarang yang melarikan uang karena selain mereka memiliki loyalitas, fee mereka sebagai eksekutor juga layak. Jadi tidak ada eksekutor yang diberi fee 100 ribu sementara tugasnya membagikan uang 100 juta.

Serangan fajar sistematis biasanya bukan sebuah gerakan politik yang tunggal atau seketika. Serangan fajar menjadi sebuah bagian dari rencana menyeluruh sang caleg dan timses nya. Biasanya sebelum ada serangan fajar, caleg juga melakukan gerakan lain untuk menancapkan namanya dalam memory masyarakat. Gerakan itu bisa dengan cara melakukan kegiatan sosial, hiburan atau donasi. Serangan fajar betul-betul menjadi gerakan akhir untuk mengikat masyarakat supaya memilih dirinya. Tidak peduli apakah sang caleg kembali lagi ke dapilnya atau tidak ketika dia sudah terpilih.

Pola distribusi dan pembagian uang ke konstituen pada pola ini pun sudah tertata dengan rapi. Beberapa hari sebelum eksekusi, uang sudah tersimpan di masing-masing pos menunggu instruksi pembagian. Begitu waktu sudah tepat, eksekutor bergerak secara sistematis membagikan uang. Tenang, santai dan tepat sasaran. Berbeda dengan yang berpola serampangan melakukan serangan fajar. Uang datang malam menjelang pencoblosan. Dari uang yang sudah disimpan di plastik hitam, para eksekutor langsung berhamburan ke luar mobil membagikan uang kepada siapa saja yang dia temui. Seolah targetnya hanya supaya uang habis.

Biasanya dari sinilah lahir caleg yang digdaya. Berhasil meraih kursi DPR RI karena ada kesesuaian antara isi otak dengan isi kantong. Tapi merusak setelah terpilih karena harus mengembalikan modal menjadi caleg.

Waallahu’alam bishawab

Bandung, 15 April 2014

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun