Dalam dunia bisnis yang semakin kompleks di era modern ini, saya melihat bahwa Sistem Pengendalian Internal Manajemen (SPIM) menjadi sangat penting untuk menjaga keberhasilan dan kepercayaan suatu organisasi, dimana berfungsi sebagai kompas untuk mengarahkan organisasi dalam mencapai tujuan strategisnya sekaligus menjaga menuju integritas dan akuntabilitas dalam setiap aktivitasnya. Sistem ini tidak hanya berperan dalam memastikan efisiensi operasional, tetapi juga dalam mencapai tujuan bisnis secara efektif. Melalui serangkaian prosedur, kebijakan, dan praktik yang dirancang khusus, sebuah organisasi dapat memastikan bahwa sumber daya yang dimiliki digunakan dengan optimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Menurut pandangan saya, seperti yang diungkapkan oleh Robert N. Anthony, seorang akademisi dan penulis buku manajemen terkemuka, pengendalian internal merupakan upaya untuk memastikan bahwa sumber daya organisasi digunakan secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya pengelolaan sumber daya dalam sebuah organisasi untuk mencapai kesuksesan jangka panjang.
Tujuan utama pengendalian intern adalah memberikan jaminan yang memadai bagi perusahaan dalam berbagai aspek kritis operasional dan manajemen. Menurut Hary, tujuan-tujuan ini sangat jelas dan relevan dalam menjaga keberlanjutan dan kredibilitas perusahaan. Pertama, pengendalian intern bertujuan untuk memastikan bahwa aset perusahaan telah diamankan dan digunakan secara eksklusif untuk kepentingan perusahaan, bukan untuk kepentingan individu atau kelompok tertentu. Saya sangat setuju dengan hal ini karena pengelolaan aset yang buruk dapat membuka pintu bagi penyelewengan, pencurian, dan penyalahgunaan yang merugikan. Pengendalian intern yang kuat memastikan bahwa semua aset perusahaan terlindungi dengan baik, sehingga tidak ada oknum yang dapat mengambil keuntungan pribadi dari sumber daya perusahaan.
Kedua, yakni menyediakan informasi akuntansi yang akurat dan dapat diandalkan. Dalam pengalaman saya, informasi akuntansi yang tepat sangat penting untuk pengambilan keputusan yang efektif. Pengendalian intern berperan dalam memperkecil risiko kesalahan penyajian laporan keuangan, baik yang disengaja (kecurangan) maupun tidak disengaja (kelalaian). Dengan adanya pengendalian yang baik, perusahaan dapat menghasilkan laporan keuangan yang mencerminkan kondisi sebenarnya, sehingga stakeholder dapat mempercayai data yang disajikan.
Terakhir, karyawan harus mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku. Saya melihat bahwa kepatuhan ini adalah fondasi penting bagi integritas perusahaan. Tanpa pengendalian intern yang memadai, perusahaan berisiko melanggar peraturan yang bisa berakibat pada sanksi hukum dan reputasi yang buruk. Pengendalian intern memastikan bahwa semua karyawan menjalankan tugas mereka sesuai dengan hukum dan peraturan, sehingga perusahaan dapat beroperasi dengan aman dan bertanggung jawab.
Perlu kita ketahui bahwa sistem pengendalian internal tidak dirancang untuk menghindari semua kemungkinan kesalahan atau penyelewengan yang akan terjadi, namun setidaknya perusahaan dapat menekan kemungkinan adanya kesalahan tersebut. Dengan sistem manajemen dan keuangan yang baik, sistem pengendalian ini akan membuat operasi perusahaan berjalan lancar dan terkendali. Pengendalian internal  yang memadai termasuk struktur organisasi dapat mewujudkan adanya pembagian fungsi yang tepat dan sistem pemberian yang sah serta prosedur pencatatan yang tepat. Henry Fayol, seorang tokoh manajemen klasik, menekankan pentingnya pembandingan kinerja aktual dengan rencana yang telah ditetapkan. Menurut saaya dengan melakukan pembandingan ini, sebuah organisasi dapat mengidentifikasi penyimpangan dan mengambil tindakan korektif yang diperlukan untuk memastikan bahwa tujuan tetap tercapai.
Menurut Commite of Sponsoring Organizations of Treadway Commission (COSO) (2013:56), Pengendalian Internal mempunyai lima komponen, yaitu:
a) Lingkungan Pengendalian (Control Environment)
Lingkungan pengendalian adalah seperangkat standar, proses, dan struktur yang memberikan dasar untuk melaksanakan pengendalian internal di seluruh organisasi. Lingkungan pengendalian terdiri dari struktur orgaisasi, komitmen terhadap integritas dan nilai-nilai etika, komitmen terhadap kompetensi, peraturan dan kode etik karyawan, dan metode penetapan tanggung jawab dan wewenang, serta kebijakan dan praktik untuk mengelola sumber daya manusia.
b) Penilaian Resiko(Risk Assesment)
Setiap entitas menghadapi berbagai risiko dari sumber eksternal maupun internal. Risiko didefinisikan sebagai kemungkinan suatu peristiwa akan terjadi dan mempengaruhi pencapaian tujuan. Penilaian risiko melibatkan proses yang dinamis dan berulang untuk mengidentifikasi dan menilai risiko terhadap pencapaian tujuan. Risiko terhadap pencapaian tujuan dianggap relatif atau tergantung pada toleransi risiko yang ditetapkan entitas. Dengan demikian, penilaian risiko (Risk Assessment) membentuk dasar untuk menentukan bagaimana resiko akan dikelola. Penilaian Risiko (Risk Assessment) terdiri dari:
- Personil baru yang memiliki pemahaman berbeda atau tidak memadahi atas pengendalian internal
- Sistem informasi dan teknologi yang baru atau yang diperbaharui dan mempengaruhi pemrosesan transaksi
- Produk dan aktivitas baru yang tidak dimengerti oleh karyawan akan menimbulkan resiko terganggunya proses bisnis perusahaan
- Bencana alam atau kerusuhan politik, seperti kebakaran, banjir, gempa bumi, tsunami, angina rebut, perang, atau kerusuhan massa