Mohon tunggu...
Deliana Setia
Deliana Setia Mohon Tunggu... karyawan swasta -

I'm just an ordinary person, living this beautiful life that God gave me www.kitadankota.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Outbond Holic Ancol: Serasa Outbond Milik Pribadi

18 Juni 2013   01:24 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:51 1164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak usah mengingkari kenyataan dan memungkiri realita. Harus diakui. Hari baik sangat mudah diidentifikasi. Ditemukenali. Dengan kasat mata dapat dicari dan dinanti. Hari baik tidak perlu hitungan yang jelimet, yang ruwet, dan yang membuat pusing sembilan keliling. Hari baik adalah…. HARI LIBUR. Cukup lihat kalender, cari tanggal yang berwarna merah. Itulah hari baik. Namun perlu dicatat, walaupun ada hari baik, tidak ada satupun hari yang buruk. Ingat itu. Camkan. Resapi. Hayati. Supaya semangat tetap terjaga. Hari libur tentunya sangat dinanti, ditunggu, dan diharap. Entah oleh orang tua, apalagi anak-anak. Tibalah saat yang dinanti. Hari baik mampir juga. Walau hanya sehari. Namun tetap harus diapresiasi. Dimanfaatkan. Diberdayagunakan. Agar memiliki arti. Memberi kesan. Menggoreskan kenangan. Tanggal 6 Juni 2013 termasuk salah satu hari baik, karena berwarna merah. Anak-anak tidak menuntut hal yang berlebih. Cukup sederhana dan masih wajar untuk direalisasikan. Diwujudnyatakan. Dikabulkan. Anak-anak hanya meminta untuk bersepeda. Ancol jadi pilihan. Ini bukan kali pertama bersepeda di Ancol. Ecopark Ancol memang memiliki daya tarik tersendiri bagi anak-anak. So, Let’s go. Empat sepeda termuat di mobil. Sengaja memboyong sepeda sendiri supaya lebih puas. Usai keliling-keliling dan pusing-pusing di Ecopark dengan sepeda, anak-anak melihat arena outbond. Letaknya masih satu area. Di Ecopark juga. Begitu melihat ada arena outbond, kedua anak kompak berseru, “MAU….!!!”. Ya sudah. Tidak perlu semboyan Tut Wuri Handayani, karena tanpa dorongan dari belakang pun anak-anak sudah berkehendak. Ini bukan kali pertama bagi mereka ikut outbond. Sudah berkali-kali, tapi dengan teman-teman sekolahnya. Tidak bersama kami. Niat awal untuk bersepeda ternyata mendapatkan bonus. Outbond. Baru tahu kalau ternyata Ancol juga punya outbond. Namanya Outbond Holic Ancol. Mungkin sudah lama juga, hanya kami baru menyadarinya. Baguslah. Supaya kita tidak perlu jauh-jauh kalau hanya untuk outbond. Ancol juga bisa memenuhi. Dekat dengan rumah di Senen. Tidak seperti sebelumnya yang harus keluar kota demi memuaskan hasrat beroutbond ria. Kesan pertama ketika memasuki area outbond adalah kesan teduh, adem, sejuk, nyaman, karena banyak pohon besar dan rindang. Salut. Bravo. Layak dapat acungan jempol. Coba tidak hanya di Ancol saja teduh ini terasa. Jakarta pasti jauh lebih nyaman. Lebih livable. Lebih layak huni. Walau tidak cukup hanya itu saja indikatornya. Namun timbul pertanyaan-pertanyaan susulan, “Kok sepi ya…? Sudah bukakah…? Atau libur juga..? Kok hanya ada beberapa penjaga saja…? Kemana pengunjung lainnya…?”. Anak-anak sudah membulatkan tekad, untuk tetap meneruskan keinginan. Ayo kita tanyakan. “Bisakah kita main?”. Ternyata jawabannya boleh. Hanya memang kebetulan kita datang terlampau pagi, jadi masih sepi. [caption id="attachment_102" align="aligncenter" width="300" caption="....dan petualangan akan segera dimulai...."][/caption]

Dua tiket seharga Rp. 80.000,- per anak telah digenggam. Anak-anak dengan semangat dan tanpa ragu langsung menghampiri penjaga. Geli sendiri. Mereka hanya berdua, namun digerumuti, dikerubungi banyak petugas atau pendamping, atau pemandu. Entah apalah sebutannya. Mungkin inilah keberuntungan kami karena datang kepagian. Dilayani secara berjamaah. Bersama-sama.

Peralatan dan pengaman langsung dipasang. Keramahan pemandu langsung terasa. Dengan ramah mereka menyapa anak-anak. Mencoba lebih akrab. Walau yang harus dilayani hanya dua anak saja. Mungkin itulah pelayanan standar yang harus mereka terapkan. Harus diapresiasi. Diberikan penghargaan. Diucapkan terima kasih. Dan itu dengan tulus telah anak-anak lakukan. [caption id="attachment_103" align="aligncenter" width="300" caption="Titian tambang. Meniti di atas tambang"]

[/caption]

Petualangan dimulai. Penjelasan dari petugas pemandu telah disampaikan dengan baik kepada anak-anak. Anak-anak telah mengerti dan memahami. Sederhana kok. Mudah dilakukan. Mungkin juga karena ini bukan kali yang pertama bagi mereka. Walau bukan di Ancol. Tapi kurang lebih sama.

Area outbond anak-anak berbeda dengan area outbond untuk dewasa dan ternyata memiliki sesuatu yang menurut saya baik. Tali pengaman untuk anak-anak tidak perlu dilepas walaupun berganti-ganti rintangan. Tali pengaman tersebut tetap mengikuti sang anak. Kembali apresiasi kami haturkan. Walau hanya berdua, tetap dilayani, ditemani, dan dipandu. Bahkan sepertinya kami mendapatkan pendampingan spesial, karena dari awal hingga akhir permainan, masing-masing anak ditemani oleh satu orang pemandu. Bahkan terkadang lebih. Sekali lagi ini mungkin hari keberuntungan kami, karena masih sepi, masih pagi. Sehingga serasa outbond milik pribadi. Kami, orangtuanya, tidak perlu terlalu mengawasi. Kami bisa lebih fokus untuk mengambil foto. Mengabadikan momen. Membingkai kenangan. Untuk dibawa pulang. Permainannya sendiri kalau tidak salah terdiri dari empat jalur, mungkin berdasarkan tingkat kesulitan. Yang jelas ada jalur kuning, jalur hijau, jalur biru, dan jalur merah. Masing-masing jalur terdiri dari beberapa jenis permainan/rintangan. [caption id="attachment_104" align="aligncenter" width="300" caption="Titian pipa. Meniti di atas gelondongan yang mirip pipa... :-)"]

[/caption] [caption id="attachment_105" align="aligncenter" width="300" caption="Halang Palang. Perlu merunduk atau melangkah tinggi untuk melewatinya."]
halang palang
halang palang
[/caption] [caption id="attachment_106" align="aligncenter" width="300" caption="Titian Kayu. Meniti di atas balok-balok kayu"]
titian kayu
titian kayu
[/caption]

Saya tidak paham nama-nama permainannya. Dengan istilah sendiri, saya namai sendiri. Ada titian tambang. Maksudnya sang anak diberikan rintangan di atas titian tambang. Ada titian kayu. Maksudnya, sang anak wajib melampaui rintangan dan menitinya hingga garis akhir, di atas titian balok-balok kayu. Ada halang palang. Ini istilah sendiri. Maksudnya sang anak harus melalui palang-palang yang ditata secara diagonal sehingga perlu acara merunduk ataupun melangkah untuk melewatinya. Banyak pula jenis-jenis permainan lainnya. Misal jembatan goyang (shaking bridge) atau ada pula jalur yang memungkinkan sang anak untuk bertingkah seperti seekor monyet (monkey track), atau ada juga dinding yang harus dipanjat (climbing wall). Tidak ketinggalan jejaring laba-laba yang siap untuk dilalui serta yang paling asyik menurut mereka adalah flying fox nya. Di setiap zona pasti ada flying fox nya dengan jenis dan ketinggian yang berbeda.

[caption id="attachment_107" align="aligncenter" width="168" caption="...dan meluncurlah dengan flying fox..."]

[/caption] Tak terasa empat jalur telah terselesaikan semua. Semua pasti ada akhir. Semburat kepuasan terlihat di rona wajah anak-anak. Perjalanan harus berlanjut. Tapi kenangan tetap membekas. Meninggalkan kesan. Menorehkan jejak. Yang pasti tidak akan terlupakan oleh anak-anak. Di pintu gerbang terlihat serombongan anak-anak usia TK dan SD beserta orang tuanya masing-masing. Entah rombongan dari mana. Jumlahnya lumayan banyak. Ada sekitar 50 anak. Sekali lagi kami bersyukur. Kami beruntung datang lebih pagi sehingga tidak perlu antri. Mendapatkan pelayanan prima. Serasa outbond milik pribadi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun