Mohon tunggu...
Deliana Setia
Deliana Setia Mohon Tunggu... karyawan swasta -

I'm just an ordinary person, living this beautiful life that God gave me www.kitadankota.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Menyusuri Jejak Soekarno di Ende

30 Juli 2014   02:09 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:54 439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pulau Flores, selain terkenal dengan alamnya yang cantik juga menyisakan wisata sejarah yang tidak kalah menarik. Sebagai salah satu kota kecil yang terletak di Pulau Flores, Kota Ende menyimpan wisata sejarah yang sayang untuk dilewatkan begitu saja. Tidak ada salahnya bila berkunjung ke Kota Ende, kita coba menyusuri jejak Soekarno di sana. Soekarno, presiden pertama Indonesia, sempat diasingkan oleh pemerintah Kolonial Belanda selama 4 tahun, yaitu dari tahun 1934 hingga tahun 1938, di Pulau Flores, tepatnya di Kota Ende. Soekarno diasingkan ke Ende dengan tujuan untuk mengisolasi Soekarno, menjauhkan beliau dari pergerakan dan kegiatan politiknya. Juga menjauhkannya dari rekan-rekan seperjuangannya yang ada di Pulau Jawa. Dengan mengasingkannya ke Pulau kecil nun jauh dari jangkauan, sepi, dan tanpa hiburan, Belanda berharap Soekarno putus harapan, terbatas gerakannya, dan berlanjut frustasi. Berhasilkah upaya yang dilakukan Belanda? Ternyata tidak sepenuhnya berhasil. Soekarno tetap dapat bersosialisasi dengan komunitas yang ada di Kota Ende. Soekarno masih dapat berdiskusi dan bercengkerama dengan komunitas yang ada di Gereja Katolik yang ada di Ende. Soekarno bahkan terbiasa untuk membaca buku-buku yang ada di perpustakaan gereja tidak jauh dari rumah pengasingannya. Mungkin ini pula yang mempengaruhi ideologi kebangsaan yang terlahir di sana. Interaksinya dengan para pemimpin Katolik turut mewarnai. Konon katanya, ideologi kebangsaan Pancasila terlahir saat Soekarno duduk merenung di sekitar pohon sukun berbatang lima. Soekarno mengalami perjalanan pemikiran yang sangat menentukan masa depan bangsa Indonesia. Melahirkan ideologi Pancasila. [caption id="attachment_2330" align="aligncenter" width="300" caption="Patung Soekarno di Ende"][/caption] [caption id="attachment_2333" align="aligncenter" width="214" caption="di depan patung Soekarno di Ende"]

[/caption] Yang patut sedikit disayangkan, ketika berkunjung ke sana, gambaran Soekarno tengah merenung di bawah naungan pohon sukun berbatang lima sudah sedikit mengalami “modifikasi”. Patung Soekarno sekarang digambarkan tengah duduk di bangku panjang yang berada di tengah kolam. Apakah kondisi riil dulu seperti itu? Ataukah untuk kepentingan simplifikasi? Sudahlah, tidak apa-apa. Itu sudah lebih mending bila dibandingkan dengan posisi patung sebelumnya yang dalam kondisi berdiri. Saat ini, patung Soekarno telah mengalami renovasi dan posisinya berubah, dari berdiri menjadi duduk di bangku panjang. Coba tanya ke seorang teman yang ada di sana, dengan santai dan sedikit bercanda, jawabnya, “Mungkin sudah cape berdiri….”. [caption id="attachment_2334" align="aligncenter" width="168" caption="Pohon sukun pemberi inspirasi Soekarno"]
Pohon sukun pemberi inspirasi Soekarno
Pohon sukun pemberi inspirasi Soekarno
[/caption] [caption id="attachment_2335" align="aligncenter" width="300" caption="Pohon sukun dan patung Soekarno"]
Pohon sukun dan patung Soekarno
Pohon sukun dan patung Soekarno
[/caption] Patung Soekarno beserta dengan pohon sukunnya terletak tidak jauh dari pantai. Pancasila terlahir saat Soekarno duduk di sekitar pohon sukun, sambil menghadap ke Laut Flores. Hingga saat ini, tak jauh dari Patung Soekarno yang tengah duduk sambil bertopang kaki, tumbuh pohon sukun berbatang lima. Pohon sukun sengaja ditanam di sana untuk menggantikan pohon sukun aslinya yang telah mati. [caption id="attachment_2336" align="aligncenter" width="300" caption="Lapangan di sekitar patung Soekarno dan pohon sukun"]
Lapangan di sekitar patung Soekarno dan pohon sukun
Lapangan di sekitar patung Soekarno dan pohon sukun
[/caption] [caption id="attachment_2337" align="aligncenter" width="300" caption="Para pendukung pasangan Jokowi-JK"]
Para pendukung pasangan Jokowi-JK
Para pendukung pasangan Jokowi-JK
[/caption] Di sekitar patung Soekarno dan pohon sukun, terdapat lapangan luas beserta tribun penonton. Terkadang, lokasi ini digunakan untuk olahraga atau juga untuk kepentingan kampanye, seperti saat kunjungan ke sana. Beberapa puluh simpatisan pasangan Jokowi – Jusuf Kala tengah berkampanye di sana. Sayang desain lapangan dan tribunnya secara keseluruhan tidak menyatu, tidak menggambarkan kekhasan Kota Ende. [caption id="attachment_2338" align="aligncenter" width="300" caption="Rumah pengasingan Soekarno di Ende"]
Rumah pengasingan Soekarno di Ende
Rumah pengasingan Soekarno di Ende
[/caption] [caption id="attachment_2339" align="aligncenter" width="300" caption="Rumah Pengasingan Soekarno di Ende"]
Rumah Pengasingan Soekarno di Ende
Rumah Pengasingan Soekarno di Ende
[/caption] Menyusur jejak Bung Karno tak berhenti di sana. Masih ada jejak peninggalan Soekarno lainnya di Kota Ende. Lokasinya tak jauh dari hotel tempat kami menginap. Berupa rumah pengasingan Bung Karno di Ende. Sebuah rumah sederhana tempat Bung Karno beserta istri dan mertuanya tinggal sewaktu di Ende. Rumahnya bercat putih dengan jendela dan pintu kayu warna kuning serta hiasan bergaris hijau. Rumahnya tidak terlalu besar dan halaman yang tidak terlalu luas. Namun secara keseluruhan, tampak asri dan masih menyisakan rimbunan pohon di samping rumah. Sayang, beberapa kali ke sana, rumah tersebut tampak sepi, tidak ada penjaganya. Menurut keterangan penduduk di sekitar sana, penjaganya bila di bulan puasa seperti ini datangnya jam 10.00 atau setelah jam 17.00 sore nanti. Tapi sayangnya, tetap tidak ada, sehingga tidak bisa melihat kondisi di dalam rumah. Soekarno meninggalkan Ende di tahun 1938. Paling tidak, telah 76 tahun berlalu dan jejak Soekarno masih dapat terekam di Kota Ende. Jejaknya masih terpelihara dengan baik. Semoga tetap terjaga. Rumah pengasingannya, pohon sukun, dan patung Bung Karno, mewarnai kekayaan sejarah Indonesia. Biarlah peninggalan tersebut sekaligus dapat menjadi objek wisata sejarah. Supaya generasi muda tidak melupakan sejarah perjuangan kemerdekaan yang dilakukan oleh tokoh-tokoh bangsa. Mungkin tidak semua orang tahu bahwa, di sebuah kota kecil bernama Ende, nun jauh di Flores sana, telah tergores sebuah cerita sejarah, tentang cikal bakal Pancasila. Sebuah ideologi bangsa yang hingga saat ini wajib kita jaga bersama. Salam. (Del)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun