[caption id="" align="aligncenter" width="624" caption="-Ilustrasi, Chairul Tanjung resmi menggantikan posisi Hatta Rajasa sebagai Menteri Perekonomian. (KOMPAS.com/Orin Sebastian)"][/caption] Belakangan, menjelang pesta pemilihan Presiden, bising terdengar gaung “Koalisi Tanpa Syarat” atau Kerjasama Tanpa Syarat”. Para politisi dan jajaran elit politik, seakan berlomba untuk mengedepankan pelajaran demokrasi pada khalayak masyarakat tentang etika berpolitik tanpa transaksi. Benarkah? Seriuskah? Atau hanya lip service? Rasanya gaung kasak kusuk transaksional masih terdengar. Prasyarat koalisi masih tetap memiliki embel-embel. Bahkan secara terang-terangan, ada partai politik yang mengajukan beberapa nama untuk calon wakil presiden maupun calon menteri. Walau tetap dibalut dengan kata-kata, “hanya usulan, semua terserah Calon Presiden dan partai pengusungnya” Mari kita lupakan sejenak hiruk pikuk pemilihan presiden dan politik transaksional terselubung di dalamnya. Prabowo telah menjatuhkan pilihannya pada Hatta Rajasa dan Hatta pun telah mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Menteri Koordinator Bidang Perekonomian. Kita tengok pengganti Hatta Rajasa, Chairul Tanjung (CT). Presiden SBY telah resmi mengangkat Chairul Tanjung sebagai Menteri Koordinator Perekonomian. Serah terima jabatan pun telah resmi dilaksanakan Senin, 19 Mei 2014. Mungkin sudah banyak yang mengenal sosok Chairul Tanjung. Beliau merupakan pemilik CT Corp yang menguasai berbagai lini bisnis terutama tiga perusahaan sub holding: Mega Corp, Trans Corp, dan CT Global Resources mulai dari layanan finansial, media, ritel, gaya hidup, hiburan, hingga sumber daya alam. Yang menarik adalah fakta bahwa Chairul Tanjung tidak memiliki perilaku seperti sebagian elit lainnya yang berlomba masuk ke dalam jajaran menteri. Bahkan Chairul Tanjung sempat dua kali menolak tawaran SBY untuk menjadi menteri. Pada saat peluncuran otobiografi Chairul Tanjung Si Anak Singkong, 30/6/2012, SBY sempat mengungkapkan telah dua kali menawarkan posisi menteri dalam Kabinet Indonesia Bersatu dan keduanya ditolak oleh Chairul Tanjung. SBY telah menawarkan posisi menteri pada tahun 2004 maupun tahun 2009. Jawabannya sama, ditolak. SBY sangat menghormati dan menerima sikap Bos CT Corp yang mengungkapkan alasannya, “Kalau saya masuk di eksekutif, nanti takut ada conlict of interest”. Akhirnya Chairul Tanjung menerima tawaran untuk menempati posisi ketua Komite Ekonomi Nasional (KEN), sebuah komite mitra pemerintah di luar lingkup eksekutif. Pertanyaannya tentu, “Mengapa sekarang Chairul Tanjung menerima tawaran sebagai Menko Perekonomian yang hanya tinggal lima bulan saja?”. Alasannya, tawaran tersebut sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya dan hanya lima bulan. Katanya, “Cuma lima bulan, habis itu saya gak mau lagi jadi menteri”. Pengalaman dalam KEN turut mewarnai. Chairul Tanjung murni orang swasta, yang tidak terbiasa dengan segala tetek bengek prosedur birokrasi, menyukai hal yang praktis dan terlihat pintas. Beliau tidak berkeberatan mengeluarkan uang pribadi untuk tugas yang kini diembannya. Chairul Tanjung masih ingin diijinkan untuk tetap menggunakan pesawat dan mobil pribadinya dalam menjalankan tugasnya. Tentunya dengan biaya pribadi. Chairul Tanjung sudah mulai bergerak dan menggebrak. Beliau berkehendak pembangunan gedung Kementerian dan pembelian kendaraan dinas dihapus. Persiapan pembangunan Jembatan Selat Sunda (JSS) mulai dilirik dan menjadi perhatian. Chairul Tanjung akan undang Freport dan Newmont terkait soal renegosiasi kontrak karya. Beliau berharap, dalam 5 bulan ke depan, masalah renegosiasi tambang dapat diselesaikan. Harapan sudah ditumpukan pada pundaknya. Para menteri di bawah lingkup koordinasinya langsung dikumpulkan dan segera digelar rapat koordinasi. Chairul Tanjung sudah melontarkan janji untuk mengakselerasi penyelesaian segala permasalahan dan hambatan di tataran kebijakan antarmenteri ekonomi saat ini. Beliau memiliki impian dan ambisi untuk merancang fondasi ekonomi yang kuat bagi pemerintahan selanjutnya. Cita-cita mulia. Bisakah terwujud dalam jangka waktu lima bulan? Semoga terwujud. Kita tunggu. Indonesia sangat membutuhkan orang-orang dengan integritas tinggi dan bakti murni pada negeri. (Del) Sumber : - Chairul Tanjung Tolak Jadi Menteri di Pemerintah Mendatang - CT akan Undang Freeport dan Newmont Soal Renegosiasi Kontrak - Chairul Tanjung 2 kali Tolak Tawaran SBY Jadi Menteri Bidang Ekonomi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H