Mudik akan terasa lebih bermakna jika kita juga menikmatinya untuk berlibur. Pilihan destinasi wisata pada musim mudik Lebaran tahun 2013 jatuh ke Pangandaran. Menikmati indahnya Pantai Pangandaran bukan kali yang pertama. Namun wisata Pantai Pangandaran kali ini kami tujukan pula untuk menikmati dan mengeksplorasi Cagar Alam Pangandaran. [caption id="" align="aligncenter" width="390" caption="Anak-anak dan Pemandu Wisata di Cagar Alam Pangandaran."][/caption] Cagar Alam Pangandaran terdapat di dalam Kawasan Wisata Pantai Pananjung. Untuk mencapai Cagar Alam Pangandaran dapat dilakukan dengan dua cara. Yang pertama melalui pintu masuk Cagar Alam dan yang kedua melalui arah laut dengan menggunakan perahu-perahu yang banyak ditawarkan di sepanjang Pantai Pananjung – Pangandaran. Jika mencapainya melalui arah laut, kita langsung diarahkan menuju hamparan pasir putih pantai atau dibelokkan terlebih dahulu untuk menikmati indahnya karang laut dan ikan-ikan di laut dangkal. Karena kami sudah pernah mencobanya dari arah laut, sekarang waktunya untuk menggapainya dari arah darat. Melalui pintu masuk Cagar Alam Pangandaran. [caption id="" align="aligncenter" width="234" caption="Sang Pemandu Wisata di Cagar Alam Pangandaran"]
[/caption] Memasuki Cagar Alam Pangandaran hanya diperlukan untuk membayar tiket masuk yang relatif murah. Hanya Rp. 7.000,00 saja per orang. Namun di pintu masuk kami ditawari untuk dipandu oleh pemandu wisata. Tarifnya Rp. 150.000,00. Ok lah, kami terima. Demi untuk memberikan penjelasan dan panduan bagi anak-anak tentang Cagar Alam Pangandaran. Agar informasinya lebih akurat. Dan petualangan pun dimulai. Suasana Cagar Alam Pangandaran masih sepi. Sedikit sekali pengunjung yang datang, karena memang musim Libur Lebaran belum tiba. Bulan Ramadhan belum usai. Umat muslim masih berpuasa. Namun, kami sengaja menikmati liburan lebih awal. Supaya liburan lebih tenang, tidak hiruk pikuk. Pengunjung masih dapat dihitung dengan jari. Suasana teduhnya alam langsung terasa. Semilir angin yang menyeruak dari sela-sela dedaunan sungguh terasa manis. Tidak terlalu menerpa, cukup semilir saja. Waktu menunjukkan pukul 2 siang. Matahari cukup terik di luar, namun tidak terasa di dalam Cagar Alam karena terhalang oleh rapatnya aneka pepohonan. Anak-anak langsung berhambur memasuki area Cagar Alam. Pemandu bertanya, “ Apa anak-anak sudah terbiasa berjalan jauh? Sanggup melalui rintangan dalam hutan?”. “Tenang Pak, anak-anak pasti sanggup. Yang patut diragukan justru mamanya”. Mari lanjutkan. [caption id="" align="aligncenter" width="390" caption="Situs peninggalan bersejarah"]
[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="390" caption="Situs Peninggalan Bersejarah di Cagar Alam Pangandaran. Sayang tidak terawat dengan baik"]
[/caption] Perhentian pertama dilakukan tepat di area situs peninggalan, berupa makam leluhur. Pemandu dengan fasih bercerita tentang situs tersebut. Anak-anak menyimak sebentar, namun pandangan tergoda oleh munculnya rusa dari balik semak, dari balik perdu dan pepohonan. Tidak hanya satu, ada tiga sekaligus. Anak-anak teralih perhatiannya. “Ssstt jangan berisik, pelan-pelan, supaya rusanya tidak kabur”. Pemandu mencoba memperingatkan. Anak-anak berjalan mengendap-endap, pelan-pelan, dan akhirnya rusa pun terekam kamera. [caption id="" align="aligncenter" width="390" caption="Rusa yang Muncul dari Semak dan Pepohonan"]
[/caption] Pemandu menghentikan kembali perjalanan, “Lihat ke atas, ada lutung di atas pohon”. Semua mendongak, menuju ke arah yang ditunjuk pemandu. Pohon yang ditunjuk sangat tinggi. Dan memang pohon-pohon di sana tinggi-tinggi. Benar, ada lutung yang tengah bergelantungan di pohon. Si kecil teriak, “Iya, itu lutungnya”. Lutung adalah hewan sejenis monyet yang berbulu hitam dengan ekor panjang. Perjalanan berlanjut. Kami diajak untuk memasuki beragam gua yang ada di sana. Salah satunya adalah Gua Keramat/Gua Parat. Konon katanya, Gua Keramat merupakan tempat untuk bersemedi keluarga Pangeran dari Mesir, yaitu Pangeran Maja Agung, Pangeran Sumenda, Pangeran Kasepuhan (Syech Ahmad), dan Pangeran Kanoman (Syech Mohammad). Pangeran Maja Agung adalah ayah dari Syech Ahmad dan Syech Mohammad, sedangkan Pangeran Sumenda adalah kakak dari Pangeran Maja Agung. Syech Ahmad dan Syech Mohammad ditugaskan oleh sang ayah untuk menyebarkan agama Islam hingga tanah Jawa, dan tiba di Pangandaran. Tiada kabar dari kedua putranya membuat Pangeran Maja Agung menugaskan Pangeran Sumenda untuk mencarinya. Ternyata mereka berada di Gua Parat. Di depan gua terdapat gua petilasan (bukan kuburan) dari Syech Ahmad dan Syech Mohammad yang dibuat penduduk yang pernah menerima ajarannya dengan tujuan untuk mengenang kedua panutannya yang kepergiannya tidak diketahui. [caption id="" align="aligncenter" width="281" caption="Penampakan batu yang menyerupi pocong"]
[/caption] Di dalam salah satu gua, kita dapat melihat salah satu keajaiban alam. Terdapat batu yang menyerupai wujud pocong, yang bila kita perhatikan lebih seksama, di pundaknya juga terdapat 3 makhluk kecil. Ada pula batu yang menyerupai kelamin wanita dan laki-laki. Bahkan batu yang menyerupai kelamin laki-laki, masih hidup. Jangan salah sangka, yang dimaksud dengan masih hidup di sini bukan berarti bisa berjalan-jalan dan bergerak-gerak. Tapi mengandung arti, masih memungkinkan untuk terus berkembang, menjadi besar. Ada pula yang disebut Gua Panggung. Menurut cerita, gua ini merupakan tempat Embah Jaga Lautan, yang merupakan anak angkat dari Nyi Roro Kidul. Konon, Embah Jaga Lautan ditugasi untuk menjaga lautan di daerah Jawa Barat secara khusus dan menjaga pantai Nusantara secara umum. [caption id="" align="aligncenter" width="390" caption="Makam Embah Jaga Lautan di Cagar Alam Pangandaran"]
[/caption] Embah Jaga Lautan mempunyai istri tujuh orang yang hidupnya selalu bertengkar satu sama lainnya. Namun setelah mendapat petunjuk dari Nyi Roro Kidul untuk makan ikan hasil tangkapannya, ke tujuh istrinya hidup rukun. Pada suatu hari, Embah Jaga Lautan memberitahu para istrinya bahwa dirinya akan melakukan semedi yang lama. Merasa penasaran karena ditinggal dalam waktu yang lama, para istrinya menengok ke tempat semedi suaminya, namun sudah tidak ada. Untuk mengenangnya, mereka membuat makam sebagai tanda setia pada suaminya. [caption id="" align="aligncenter" width="390" caption="Pantai di Ujung Gua, di Cagar Alam Pangandaran"]
[/caption] Terdapat juga gua miring. Perlu upaya memiringkan badan untuk melaluinya, namun di ujung gua nampak keindahan yang nyata. Di ujung gua terlihat cahaya terang. Pantai pasir putih. Anak-anak berlarian semangat. Eksplorasi alam terus dilakukan. Ada yang berusaha mencari kerang, berjalan-jalan di atas pasir putih, mencari kepiting, atau sekedar mendongakkan kepala menanti tetesan air jatuh langsung ke mulut. Langsung menikmati air tetesan dari batu-batu karang. Betapa indahnya. Betapa segarnya. Ada pula Gua Jepang. Gua Jepang sengaja dipahat oleh para pekerja Romusha atas suruhan tentara Jepang. Sengaja dibuat sebagai benteng pertahanan. Namun jangan terkecoh. Gua Jepang memang sengaja dibuat untuk mengecoh musuh, untuk menipu penyerang. Umumnya pengunjung akan memasuki gua yang pintu masuknya terlihat langsung dari luar dan cukup lebar. Jangan tertipu. Itu justru jebakan bagi musuh. Ketika musuh memasuki gua yang ternyata hanya sepanjang beberapa meter saja dan buntu, musuh segera berbalik ke luar. Justru di sanalah kesempatan bagi tentara Jepang untuk menyerangnya dari arah atas gua. Pintu gua sebenarnya ada di samping kanannya, memutar dan mengarah ke atas dan berujung di bagian atas gua jebakan. Di dalam gua yang sebenarnya ada beberapa ruang tempat pertemuan, tempat tahanan, dan ruang yang konon dulu dipergunakan untuk ruang penyiksaan bagi tawanan perang. [caption id="attachment_503" align="aligncenter" width="300" caption="Kadal yang banyak ditemui di Cagar Alam Pangandaran"]
[/caption] [caption id="attachment_504" align="aligncenter" width="300" caption="Kelelawar di Cagar Alam Pangandaran"]
[/caption] [caption id="attachment_501" align="aligncenter" width="300" caption="Tanaman penyebab gatal di kulit"]
[/caption] Petualangan di hutan Cagar Alam Pangandaran masih berlanjut. Anak-anak asyik mengeksplorasi keindahan hutan dan pantai pasir putih Pangandaran. Binatang lainnya pun bergantian muncul. Ada beberapa kadal yang sempat menampakkan diri. Rusa yang malu-malu rusa menampakkan tanduk indahnya, juga beberapa kera yang berusaha menarik perhatian. Pemandu pun tidak lupa memberikan penjelasan tentang sejenis tumbuhan yang tampaknya biasa namun ternyata luar biasa dampaknya. Tanaman ini tidak terlalu tinggi, pendek malah. Nampak seperti tanaman liar lainnya. Namun harap berhati-hati, jika terkena kulit dan digaruk, gatalnya akan terasa dari dalam, gatal dan panas. Sampai ke dada. Jika digaruk akan semakin gatal. Berhati-hatilah. Anak-anak senang, anak-anak puas. Perjalanan wisata di Cagar Alam Pangandaran menyisakan kenangan yang tak terlupakan. Acara berikut adalah berenang di pantai sebelum dilanjutkan dengan berenang di kolam renang hotel. Benar-benar liburan yang menyenangkan. Energi anak-anak seakan tiada habisnya. (Del)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Travel Story Selengkapnya