Pekerjaan telah mengantar saya menuju beberapa tempat di Indonesia. Puji syukur, beragam lokasi, tempat, adat istiadat, budaya, bahasa, dan beragam pengalaman turut mewarnai setiap perjalanan. Ada yang unik, indah, menyenangkan, menyebalkan, membuat miris, mengetuk hati, juga memasgulkan hati. Semuanya meninggalkan kesan. “Mana yang paling menarik? Perjalanan mana yang paling berkesan?” Terus terang, untuk menjawab pertanyaan tersebut, agak sulit. Ada beberapa perjalanan yang cukup membekas di hati ada pula yang hanya lewat begitu saja. Inilah salah satu yang masih membekas, sebuah perjalanan ke salah satu perbatasan Indonesia dengan Republic Demokratic Timor Leste (RDTL). [caption id="" align="aligncenter" width="390" caption="Salah satu gerbang perbatasan menuju Timor Leste"][/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="390" caption="Salah satu gerbang perbatasan Indonesia dan Timor Leste"]
[/caption] [caption id="attachment_1785" align="aligncenter" width="300" caption="Salah satu penanda perbatasan"]
[/caption] Timor Leste merupakan salah satu negara tetangga yang sempat menjadi salah satu provinsi di Indonesia. Timor Leste terletak di Pulau Timor, berbatasan darat dengan Timor Barat. Pada masa kolonial, Pulau Timor terbagi dua menjadi wilayah kekuasaan Portugis dan Belanda. Sebelah Timur merupakan kekuasaan Portugis dan sebelah Barat menjadi kekuasaan Belanda. Belanda dan Portugis tertarik dengan harum dan manisnya aroma kayu cendana, salah satu unggulan dari Pulau Timor. Pada akhirnya, Timor Leste berdiri menjadi negara sendiri, Republic Demokratic Timor Leste (RDTL). Ada hal yang membedakan antara wilayah perbatasan di Timor Leste dengan wilayah perbatasan lainnya di Indonesia. Jika kita pergi ke Entikong (Kalimantan Barat), salah satu wilayah perbatasan dengan Sarawak, Malaysia, kita akan dengan jelas menemukan perbedaannya. Perjalanan dari Pontianak ke Entikong melalui jalan yang bergelombang dengan lubang-lubang yang tidak membuat nyaman. Lain halnya dengan jika kita berkendara selepas urusan imigrasi di Entikong selesai. Perjalanan dari Entikong ke Kuching, Sarawak, sangat mulus. Ini menjadi salah satu indikator perbedaan. Perbedaan sarana dan prasarana turut mewarnai. [caption id="attachment_1781" align="aligncenter" width="300" caption="Kondisi jalan menuju perbatasan"]
[/caption] Perbedaan itu tidak kita temui di perbatasan dengan Timor Leste. Sarana dan prasarana yang terdapat di Timor Barat tidak kalah jika dibandingkan dengan di Timor Leste. Bahkan untuk beberapa hal, Timor Barat atau Nusa Tenggara Timur lebih baik. Perbatasan di Timor Leste berbeda dengan perbatasan wilayah lain di Indonesia. Kesamaan adat, kekerabatan yang ada, sangat mempengaruhi. Diberikan kelonggaran pemeriksaan dan kemudahan bagi warga yang hendak melintas keluar masuk wilayah Indonesia-Timor Leste. Pihak Indonesia dan Timor Leste seolah sepakat untuk tidak mempersulit warga yang ingin melakukan adat di wilayah tetangga, atau untuk melayat, menjenguk keluarga yang tengah berduka, atau untuk berbagai perayaan adat lainnya. Tidak ada pemeriksaan imigrasi yang rumit. Warga cukup menitipkan Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau identitas lainnya di gerbang pemeriksaan. [caption id="attachment_1784" align="aligncenter" width="300" caption="Kondisi lahan di salah satu wilayah perbatasan NTT-Timor Leste, masih hutan"]
[/caption] Walau hanya melalui prosedur sederhana seperti itu, masih saja banyak pelintas gelap. Sempat berbincang dengan salah satu petugas keamanan di sana dan menanyakan tentang keberadaan pelintas gelap. Pelintas gelap umumnya warga Timor Leste yang biasanya membeli barang-barang kebutuhan pokok di wilayah Indonesia untuk kemudian dijual di wilayah Timor Leste. Sempat terheran-heran melihat banyak warga yang membawa gula, makanan kecil, sabun, dan beberapa kebutuhan pokok lainnya. Ternyata, menurut informasi yang diperoleh, gula di Timor Leste harganya relatif jauh lebih mahal dibandingkan dengan di NTT sehingga banyak warga yang melintas untuk membeli gula di NTT dan dijual di Timor Leste. Petugas memberikan teropong sederhana, “Coba lihat orang-orang yang berjalan cepat di antara hutan-hutan di bawah sana. Itu yang sering disebut dengan istilah “tikus”, para pelintas gelap”. Tampak di antara jalan-jalan setapak, para pelintas gelap yang berjalan cepat membawa berbagai barang kebutuhan pokok yang sulit atau mahal didapat di Timor Leste untuk dijual di sana. Terlintas tanya, “Kok dibiarkan?” Petugas itu seperti tahu apa yang ada di benak, dia melanjutkan penjelasan, ”Sulit untuk mengejarnya, mereka sangat hapal medan, jika dikejar, akan masuk ke hutan-hutan, sangat gesit, pasukan kita terbatas. Ah, lagi pula, mereka masih sama kok, masih saudaranya Indonesia.” Petugas tadi seolah ingin memberikan pembenaran, bahwa mereka masih kerabatnya Indonesia. Kondisi minimnya pengamanan di wilayah perbatasan sepertinya sudah menjadi pemandangan biasa. Minimnya sarana pengamanan menjadikan kawasan perbatasan sering menimbulkan permasalahan, di antaranya perdagangan ilegal dan berbagai macam penyelundupan gelap. Perlu menjadi catatan penting, mungkin saat ini masih dalam skala kecil, namun jika pembiaran terus terjadi, bukannya hal yang mustahil jika skala penyelundupan ini akan semakin membesar dan menimbulkan permasalahan serius di kemudian hari. Diperlukan pengelolaan perdagangan lintas batas untuk memfasilitasi kebutuhan penduduk di wilayah perbatasan. Tujuannya untuk memudahkan lalu lintas orang dan barang serta mengurangi penyelundupan. Secara jujur, harus diakui, kondisi yang terjadi di kawasan perbatasan NTT-Timor Leste berbeda halnya dengan kondisi perbatasan di Entikong. Secara umum kondisi masyarakat Nusa Tenggara Timur relatif lebih baik dibandingkan masyarakat Timor Leste. Kawasan perbatasan di wilayah Nusa Tenggara Timur, khususnya di sepuluh kecamatan yang berbatasan langsung dengan Timor Leste masih relatif lebih maju dibandingkan dengan distrik-distrik yang ada di wilayah Timor Leste. (Del)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Sosbud Selengkapnya