Mohon tunggu...
Deliana Setia
Deliana Setia Mohon Tunggu... karyawan swasta -

I'm just an ordinary person, living this beautiful life that God gave me www.kitadankota.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Bekerja dengan Segenap Hati

19 Agustus 2014   13:56 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:10 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1408976973396222364

[caption id="attachment_320925" align="aligncenter" width="300" caption="Work with Heart. Sumber Gambar : http://www.technogym.com/UserFiles/Image/foto_heart.jpg"][/caption]

Sudah menjadi satu rutinitas yang selalu dilakukan sepulang tugas dari luar kota bila menggunakan moda pesawat. Buru-buru keluar sambil geret tas, mampir di toilet yang sama, lalu jalan cepat menuju ke tempat bus Damri mangkal. Jarang sekali mau berlama-lama nunggu bagasi. Apa juga yang mau dibawa dan dimasukkan bagasi? Oleh-oleh secukupnya saja. Diusahakan cukup dalam satu tas yang dibawa. Tujuannya hanya satu: Cepat Pulang. Supaya bisa cepat ketemu anak-anak. Emak-emak banget ya….? Tentunya kalau tidak ada tugas mendesak yang mengharuskan kembali ke kantor.

Mengapa pilihannya Bus Damri? Pastinya selain alasan ramah di kantong, juga karena alasan kemudahan. Maksudnya, mudah untuk dijemput di Gambir. Cukup dekat dari rumah di seputar Senen. Bukannya taksi lebih mudah? Selain relatif mahal, lama antrinya juga sama.

Ada satu hal yang selalu menarik perhatian di pangkalan Bus Damri, tepatnya pangkalan Bus Damri di Terminal 2 Bandara Soekarno-Hatta. Satu sosok yang kalau dari sisi tampilan, sangat biasa. Tidak terlalu menonjol dibandingkan rekan-rekan kerjanya yang lain. Sosok seorang Bapak dengan badan sedikit gemuk, cenderung gempal, namun tidak dapat dikatakan gemuk sekali. Kulitnya sawo matang hampir sama dengan orang Indonesia lainnya, bahkan mengarah ke gelap. Berambut hitam dengan kumis tidak terlalu tebal. Berseragam dan terkadang kemejanya hanya tinggal sebagian yang masuk ke celana panjangnya. Sebagian lagi dibiarkan terjuntai tidak rapi. Usianya saya duga ada di akhir 40-an. Tidak ada ciri khusus lainnya. Sangat Biasa.

Andai suami baca tulisan ini, pasti langsung tanya, “Lalu apanya yang menarik?” Untung dia sangat jarang baca tulisan saya. Mungkin juga hampir tidak pernah. “Mengapa Si Bapak sampai menarik perhatian?”. Dapat dipastikan karena gerak-geriknya, tingkah dan sikapnya. Setidaknya, menurut saya.

Si Bapak, sebut saja Pak Edi (bukan nama sebenarnya), hampir selalu dapat saya temui di pangkalan Bus Damri. Hilir mudik dengan penuh energi. Badan gempalnya seakan tidak menjadi penghalang gerak geriknya. Tubuhnya yang sedikit gemuk ternyata tidak membuatnya lembam dan lamban. Sangat energik dan sarat semangat. Sesekali dia bolak-balik membawa troli yang hampir selalu ditinggal sembarangan oleh penumpang yang menggunakan. Mengembalikannya pada tempatnya. Dia lakukan itu tanpa keluhan. Dia lakukan itu dengan riang. Tak jarang pula dia turut membantu penumpang yang terlihat kesulitan menaikkan barang bawaannya ke atas bus. Dari mulutnya senantiasa keluar teriakan ketika ada bus yang datang, sesuai dengan tujuan busnya, “Blok M ! Rawamangun! Bekasi! Kampung Rambutan!”.  Masih sempat pula dia menanyakan tujuan calon penumpang dengan ramah, “Mau naik bus jurusan apa Bu?” Setelah mendapatkan jawaban, dia langsung jawab, “Tunggu sebentar ya..”. Bila bus yang dimaksud datang, dia akan segera memberitahukannya. Mungkin terlintas di benak, “Ah, pasti dia melakukan itu karena berharap imbalan”. Atau, “Jelas saja dia sangat bersemangat, karena mengharapkan tip dari calon penumpang”. Saya rasa tidak. Saya perhatikan, dia tetap lakukan itu dengan riang hati. Atau mungkin juga ada yang sinis mengatakan, “Justru dengan adanya Pak Edi, penumpang tidak mandiri dan makin seenaknya”. Sah-sah saja.

Tugasnya memang cukup sederhana. Mungkin hampir semua orang mampu melakukannya jika mau. Tugasnya hanya membantu calon penumpang bus Damri. Memberitahukan bus yang datang. Walau di layar, sebenarnya kita juga dapat melihat bus jurusan mana yang akan masuk ke pangkalan Bus Damri di Terminal 2 dan kita cukup duduk di kursi-kursi yang telah disediakan sambil menanti busnya datang. Tapi untuk yang belum tahu atau belum terbiasa, keberadaan Pak Edi sangat membantu.

Ada beragam jenis pekerjaan di muka bumi ini. Ada pekerjaan yang dapat dilakukan dengan berbekal kepandaian dan pengetahuannya, ada pula yang dapat dilakukan lebih pada kemampuan tenaganya. Jenis pekerjaan yang dilakoni Pak Edi, tidak terlalu membutuhkan kepandaian atau keterampilan khusus. Yang membuat menarik adalah karena dia melakukannya dengan hati. Hati yang riang dan ikhlas. Setidaknya kita (atau saya) dapat belajar dari sosok Pak Edi. Dengan pekerjaan sederhananya, dia telah mengajarkan untuk bekerja dengan hati. Bekerja dengan sungguh-sungguh dan bersemangat. Dan terutama, bekerja dengan ikhlas. Itu tercermin dari obrolan singkat kami. Ketika ditanyakan perihal semangatnya, beliau katakan, “Ah, itu kan sudah menjadi tugas saya Bu…”. Jawaban yang sederhana dan bersahaja. Saya rasa, dia tidak hanya mengerjakannya karena tugas semata. Tapi juga dengan hati yang tulus dan ikhlas. Dengan segenap hati. Terus terang, terkagum.

Jenis pekerjaan, saya rasa tidak menjadi jaminan kepuasan dan kenikmatan dalam bekerja. Kenikmatan dan kepuasan dalam bekerja akan dapat diraih bila kita juga melibatkan hati dan pikiran. Bekerja dengan segenap hati, fokus, dan penuh totalitas. Selain agar dapat menikmati yang dikerjakan, tentunya juga agar mendapatkan hasil maksimal. Ketika bekerja dengan hati, kemauan semakin kuat, motivasi lebih terjaga, pikiran lebih fokus, dan ujungnya, semoga semakin produktif. Dorongan dari dalam hati dapat menggerakkan pikiran dan tindakan. Hati yang riang dan ikhlas di antaranya.

Selamat pagi. Semangat beraktivitas. Jalani apapun pekerjaan kita dengan hati riang dan ikhlas. Seperti ada tertulis: Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.  Salam. (Del)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun