Mohon tunggu...
Deliana Donata
Deliana Donata Mohon Tunggu... Wiraswasta - Student at the Law Faculty of Atma Jaya Catholic University Indonesia

Traveling, Reading

Selanjutnya

Tutup

Diary

Krisis Paruh Baya (Midlife Crisis) Usia 40 Tahunan

1 Februari 2024   15:12 Diperbarui: 1 Februari 2024   17:30 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku tidak menyangka ada dalam fase midlife crisis dalam perjalanan hidupku. Secara keseluruhan aku menjalani hidup dengan baik dan semestinya, aku memiliki keluarga,  memiliki banyak teman dan melakukan banyak aktivitas setiap hari. Awalnya memutuskan untuk kembali kuliah jurusan S1 Hukum di Unika Atmajaya karena aku merasa bahwa masih banyak waktu luang sehingga aku hrs memaksimalkan waktu yang ada supaya lebih "berguna" menjadi manusia. Walau sebelumnya aku sudah lulus S1 dari FEB USU pada thn 2004 yang lalu, dengan penuh pertimbangan yg matang aku lebih memilih utk belajar s1 Hukum daripada melanjutkan ke jenjang magister.  Awalnya menjalani perkuliahan pada tahun 2022 aku merasa sangat bahagia karena bertemu dengan anak-anak baru dan usia mereka yang masih relatif sangat muda.  Aku mengalami sedikit kesusahan utk menyesuaikan diri dengan gaya anak muda dan cara berkomunikasi dengan mereka dan juga kesulitan menemukan teman yang cocok, dan akhirnya pada semester 3 aku menemukannya, walau hanya 2 orang karena kebetulan yg dua org ini adalah seusiaku. 

Sejak semester tiga tepatnya Agustus 2023, aku mengalami kesulitan untuk konsentrasi dalam mengikuti perkuliahan, aku menjadi tidak focus terhadap apa yang sedang disampaikan oleh dosen, namun aku berusaha keras untuk tetap focus, walau pada akhirnya gagal juga. Jika malam tiba aku mengalami kesulitan untuk tidur dan moodku menjadi sangat swing, cepat berubah. Ada kondisi aku bisa menjadi pemarah dan tiba-tiba menjadi sedih dan tiba-tiba berubah menjadi sangat senang. Aku menjadi orang yang tidak terkendalikan secara emosional. Aku menemukan beberapa orang yang membuat aku menjadi sangat senang yang seharusnya kuhindari, dan menghindari orang yang kuanggap menjadi masalah padahal seharusnya tidak untuk aku hindari. Aku menjadi sangat brutal secara emosional. 

Aku sangat menyadari bahwa ada yang berbeda dengan diriku. Aku menghabiskan banyak waktu bersama dengan orang lain, dengan harapan aku sejenak melupakan kesedihanku. Namun ketika aku kembali ke rumah aku menjadi pemurung dan pemarah. Aku menjadi sangat sulit diajak berbicara, dan aku menjadi orang sangat pintar memberikan kritikan pedas terhadap orang lain. Di sisi lain, dalam kesendirian dan keheninganku aku merasa bahwa aku keterlaluan namun aku tidak ada niat untuk mengubah, bahkan merasa aku pantas untuk melakukan apapun sesuai dengan kemauanku. Aku merasa bahwa aku berhak untuk bahagia, sehingga orang lain tidak boleh melarangku melakukan apapun. 

Kondisi mental yang semakin rapuh, perasaan khawatir dan takut dengan kenyataan bahwa hidup bahwa sudah semakin mendekati masa tua, dan apakah aku akan bs menjalani dan mengejar cita-citaku nanti. Aku semakin takut utk sakit dan akhirnya menjadi paranoit. Aku sangat takut dengan kematian, namun disatu sisi dalam posisi desperate aku menjadi tidak takut untuk mati.Aku berpikir kemungkinan pekerjaan kantor dan study yang dilakukan secara bersamaan yg membuat aku kurang berkonsentrasi. Namun setelah aku menyerahkan seluruh pekerjaanku kepada orang lain, dan aku hanya focus untuk kuliah ternyata aku tidak bisa focus juga, malah melenceng semakin salah jalur. 

Aku merasa kehilangan tujuan hidup, aku merasa hidupku tidak bahagia, aku tidak puas dengan kehidupan yang kujalani, seolah-olah aku tidak punya makna hidup. Aku merasa frustrasi dengan perubahan tanggung jawab dan peranku yang sudah tidak lagi ada di kantor walau secara dejure aku masih pimpinan dan pemilik prsh.  Kehidupan pernikahan yang sangat membosankan, dan pengen hidup sendiri. Berulangkali memikirkan tentang makna hidup yang sedang aku jalani dan juga memikirkan tentang kematian. Perubahan suasana hati, seperti mudah tersinggung, marah, atau sedih, yang dapat memengaruhi hubungan dengan orang sekitar yang sangat tidak terkontrol. Aku tidak mampu memusatkan fokus dan konsentrasi saat kuliah dan aku menjadi sangat pelupa. Aku kehilangan minat pada hobiku yaitu menjahit pakaian, tidak melakukan aktivitas memasak dan bersih-bersih rumah semuanya kuserahkan kepada ART. Aku menjadi tidak peduli terhadap apapun. Tiba-tiba dengan nekat aku memotong rambutku dengan sangat pendek ketika aku merasa benci thdp seseorang dan merasa khawatir tentang penampilan diri dan terus memikirkan bagaimana pandangan orang terhadapnya. Padahal biasanya aku adalah orang yang sangat cuek dan tidak peduli.

Dua hari yang lalu aku merasa bahwa semakin hari aku semakin tidak beres sehingga aku berusaha mencari-cari artikel bagaimana menghadapi kehidupan diusia 40 tahun-an dan aku menemukan artikel tentang midlife crisis di usia40-an pada perempuan. Setelah aku membacanya aku berada pada kesimpulan bahwa aku berada di fase itu. Aku mencoba menghubungi seorang teman lama yang seorang psikolog dan aku menceritakannya dan ternyata pendapatnya adalah sama. Aku harus berusaha keluar dari zona ini, aku hrs menerima kondisi ini dengan baik. 

Kesulitan yang aku hadapi dan juga  dihadapi banyak perempuan di usia paruh baya adalah menyeimbangkan tantangan hidup mulai dari sisi keuangan, kesehatan, hubungan, karier, dan sebagainya. Perubahan ini tidak semata-mata faktor eksternal namun  perubahan secara biologis dan transisi menopause bagi perempuan. Secara sadar ini bukan hal yang dibuat-buat tapi semacam ada dorongan yang tidak bs ditahan, tidak bisa dikontrol. Semacam ketika mengalami masa pre mensturasi semuanya menjadi swing. Kemungkinan pengaruh perubahan hormon, atau ketidakstabilan hormon sehingga mengalami pola perubahan perilaku, kualitas hidup, dan kestabilan secara emosional. Aku merasa masa-masa ini adalah badai yang paling sempurna secara mental buatku dan aku berharap bisa melewatinya dengan baik. Aku harap perempuan-perempuan diluar sana pun bs melewatinya dengan baik, sehingga kita menemukan kebahagiaan dalam diri kita sendiri. Aku harus mengumpulkan seluruh energi dan semangat yang ada dalam diriku. Aku pasti bisa.  hey kamu perempuan yang mengalami nasib yang sama denganku, yuk,.... mari sama-sama bangkit

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun