Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, memiliki warisan budaya yang kaya dengan konsep Tilu Pilar Budaya: Ngaos, Mamaos, dan Maenpo. Ngaos mencerminkan kebiasaan membaca kitab suci, Mamaos adalah seni vokal Sunda yang estetis, dan Maenpo merupakan seni bela diri dengan nilai filosofi mendalam. Namun, globalisasi dan modernisasi mengancam kelestariannya, dengan generasi muda semakin jauh dari akar budaya mereka.Upaya pelestarian dilakukan melalui pendidikan formal dan informal, seperti memasukkan materi budaya dalam kurikulum sekolah serta pelatihan di komunitas seni dan pesantren. Selain itu, kegiatan masyarakat seperti kajian keagamaan dan pelatihan seni turut menjaga regenerasi budaya.
Di era digital, inovasi menjadi kunci pelestarian. Digitalisasi seni budaya melalui media sosial memungkinkan akses luas bagi generasi muda. Kolaborasi dengan seniman kontemporer membuat seni tradisional lebih relevan, misalnya dengan memadukan Mamaos dengan alat musik modern atau mengadaptasi Maenpo ke dalam seni pertunjukan. Pariwisata budaya, seperti di Desa Budaya Pandanwangi, juga berperan dalam menjaga warisan budaya sambil memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat.Namun, tantangan masih ada, terutama kurangnya sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan pelaku budaya, serta rendahnya minat generasi muda terhadap budaya lokal. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan kreatif, seperti digitalisasi, inovasi seni, dan edukasi yang lebih menarik agar seni dan budaya Cianjur tetap hidup dan berkembang di tengah perubahan zaman.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI