Mohon tunggu...
Delia 99
Delia 99 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Hobby menulis di dunia online sejak 2008

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Doktrin buat Menghalangi Akal, Doktrin tentang Tuhan

24 Juni 2023   00:05 Diperbarui: 24 Juni 2023   00:09 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : istockphoto.com

Doktrin buat Menghalangi Akal

" Jangan pikirkan Tuhan, sebab akalmu tidak hendak mampu menjangkaunya." Itu salah satu ajaran fundamental tentang agama. Jika orang berpikir mengenai

doktrin tentang Tuhan, dia tentu hendak menciptakan kekacauan, inkonsistensi, paradoks, serta sejenisnya. Buat membungkam benak lanjutan, dikeluarkanlah doktrin itu. Orang diyakinkan kalau Tuhan itu sangat hebat, sehingga ide manusia tidak dapat menjangkaunya. Itu dicoba sembari meyakinkan kalau ide manusia itu terbatas.

Tidak cuma terbatas, ide pula dicitrakan selaku representasi nafsu. Jika ide menganjurkan kesimpulan yang berlawanan dengan doktrin agama, hingga ide dituduh menuruti hawa nafsu. Orang diyakinkan kalau dia hendak jadi kurang baik jika memperturutkan ide.

Tetapi bukankah agama pula menyuruh orang berpikir serta mengenakan ide? Betul. Tetapi dibatasi dalam koridor yang sudah diresmikan. Pola pikirnya digiring cocok doktrin agama. Ide cuma boleh dipakai sepanjang hasilnya memantapkan isi doktrin.

Ide yang dipimpin doktrin banyak mengabaikan kenyataan. Fakta- fakta diberi arti cocok arahan doktrin. Ini membuat orang jadi terbiasa memanipulasi ide mereka sendiri. Kala ide memperkenalkan gagasan yang berlawanan dengan doktrin, manipulasi itu menghapusnya.

Terdapat kalanya produk doktrin itu bawa orang pada sikap yang mengusik orang lain. Wajarnya, orang hendak terusik pikirannya. Dia hendak menolak. Tetapi doktrin mendorongnya buat mengabaikan benak itu, setelah itu mengubahnya dengan gagasan yang membuat orang itu patuh. Proses seperti itu yang membuat orang- orang melaksanakan hal- hal yang di luar nalar.

Contoh sederhananya, orang yang mengusik ibadah orang lain. Secara nalar dia dapat berpikir kalau mengusik orang lain itu bukan perihal yang baik. Dengan nalar wajar, dia sendiri tentu tidak suka jika diganggu. Sepatutnya dia tidak mengusik ataupun membatasi ibadah orang.

Tetapi doktrin yang dia anut mengarahkan kalau ibadah yang dicoba orang itu tidak disukai oleh Tuhan. Nalar berbasis doktrinnya bawa dia pada gagasan kalau ibadah orang itu salah, serta oleh sebab itu wajib dihentikan. Hingga dia mengabaikan akalnya sendiri, serta memilah buat menjajaki gagasan yang dipimpin oleh doktrin tadi.

Walaupun sangat nyata kalau aplikasi dari gagasan tadi kurang baik, orang senantiasa percaya kalau dia lagi melaksanakan kebaikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun