Bagaimana peristiwa yang pernah terjadi dapat dilihat dari pandangan Derrida? Derrida menekankan bahwa peristiwa yang pernah terjadi dalam sejarah tidak dapat dianggap sebagai suatu kenyataan yang menyudutkan atau mutlak, melainkan sebagai suatu konstruksi sosial dan budaya yang disusun oleh manusia sebagai makhluk sosial. Hal ini telah diutarakan oleh Derrida melalui konsep "deconstruction", yang dapat dipahami sebagai proses penghancuran konstruksi sosial dan budaya secara fundamental.
Dalam pandangannya, konstruksi sosial dan budaya yang ada adalah suatu sistem yang tidak dapat direduksi atau dijadikan standar yang absolut. Menurut Derrida, peristiwa yang pernah terjadi dalam sejarah dapat dipahami sebagai konstruksi sosial dan budaya yang menyiratkan banyak makna dan pertanyaan. Selain itu, setiap peristiwa yang terjadi dalam sejarah juga dapat dimengerti sebagai suatu sistem yang tidak boleh dijadikan acuan yang mutlak.
Nah, bicara tentang Jacques Derrida atau yang biasa disebut Derrida adalah seorang filsuf asal Prancis pada akhir abad ke-20 yang lahir pada tahun 1930 dan wafat pada tahun 2004. Dia terkenal dengan pandangan filsafatnya yang berpusat pada konsep "deconstruction," yang merupakan salah satu metode analitik dan kritik dalam filsafat kontemporer. Selain itu, ia terkenal karena pandangannya yang berpusat pada teks dan tanda dalam ilmu humaniora. Karyanya yang paling terkenal adalah "Structure, Sign, and Play in the Discourse of the Human Sciences". Pemikiran Derrida juga mempengaruhi cara kita memahami setiap keadaan yang terjadi di sekitar kita.
Dia adalah salah satu dari para tokoh penting post-strukturalis dan posmodernis. Ideologi Derrida yang menjadi ciri khas adalah pemikirannya mengenai dekonstruksi, konsep yang ia jadikan alat untuk memaknai dan memahami fenomena atau object. Derrida memandang bahwa konsep dekonstruksi berkaitan erat dengan peran bahasa dalam membentuk realita. Karena itu ia memperkenalkan konsep 'deconstructive linguistics', yang menekankan peranan bahasa dalam membentuk realita, dan juga konsep 'difference', yang merupakan istilah untuk menghindari kata 'differences'.
Derrida mengatakan bahwa apa yang terjadi pada masa lalu tidak hanya sebagai hal yang sudah lewat, tapi juga sebagai bagian dari proses yang berkelanjutan yang mempengaruhi hidup manusia hingga hari ini. Dari sudut pandangnya, perkara yang pernah terjadi seperti Perang Dunia II memiliki makna yang lebih kompleks dan luas, dan tidak terbatas. Disamping itu, kita dapat memperluas wawasan kita mengenai konsep 'deconstruction' dan 'difference', sehingga dapat meningkatkan kemampuan kita dalam memaknai dan memahami fenomena atau object yang terjadi di sekitar kita. Pada peristiwa lalu tidak hanya dapat dilihat dari sudut pandang secara lisan atau tulisan, tapi juga dari perspektif yang lebih luas dan kompleks, seperti dari pendekatan sejarah dan budaya.Â
Contoh dari peristiwa yang bisa dikaitkan dengan pandangan Derrida adalah Perang Dunia II. Perang ini bukan hanya sebuah perang yang telah usai, tapi juga mempengaruhi dunia dan kehidupan manusia secara besar-besaran hingga hari ini. Dari sudut pandang Derrida, Â insiden yang pernah terjadi seperti Perang Dunia II bukan hanya peran dari beberapa negara yang bertikai, melainkan juga merupakan bagian dari proses evolusi sosial dan budaya berkelanjutan yang mempengaruhi kehidupan manusia sampai sekarang.
Setelah berakhirnya perang, tidak hanya beberapa negara yang bertikai yang terdampak, tapi juga negara-negara lain yang tidak ikut campur langsung dalam perang, seperti Indonesia. Menurut pemahaman Derrida, perang ini mempengaruhi hubungan internasional, ekonomi, dan budaya dunia, termasuk Indonesia.Â
Contoh peristiwa lain yang dapat dibaca berdasarkan pandangan Derrida adalah peristiwa 11 September 2001. Peristiwa ini menjadi tanda dari pengalaman trauma, takut, dan kehilangan yang dirasakan oleh masyarakat dunia. Namun, Peristiwa 11 September juga dapat dibaca sebagai tanda dari bagaimana peristiwa-peristiwa sebelumnya yang melibatkan Amerika Serikat dan negara besar lainnya membentuk tanda yang melibatkan kesaksian dan pengalaman.
Dalam pandangannya, peristiwa-peristiwa yang terjadi adalah tanda-tanda yang tidak dapat diakses secara langsung. Kita harus membaca setiap insiden berdasarkan bagaimana tanda-tanda tersebut dikonstruksi dan dibentuk dalam konteks maupun latar belakang sosial dan sejarah yang lebih luas. Tidak seperti realitas yang dapat diamati secara langsung. Peristiwa tidak memiliki arti yang tetap dan mutlak, melainkan memiliki serangkaian makna yang terbentuk secara historis dan sosial. Penafsiran Derrida juga dapat diuji dengan kasus politik lainnya yang lebih baru. Sebagaimana setiap peristiwa menjadi tanda dari berbagai pengalaman yang mungkin sangat berbeda, tergantung dari perspektif dan latar belakang sosial dari masing-masing individu.
Oleh sebab itu, Derrida menekankan bahwa peristiwa yang pernah terjadi tidak bisa dilihat sebagai suatu kenyataan yang absolut atau final. Terlebih lagi dari konsep "deconstruction" yang memfasilitasi proses penghancuran konstruksi sosial dan budaya yang pernah terjadi dalam sejarah secara fundamental. Derrida meyakinkan bahwa proses "deconstruction" dapat membantu manusia untuk menguasai dan memahami sejarah dengan lebih objektif. Selain itu, proses "deconstruction" juga dapat membantu manusia untuk membangun ulang konstruksi sosial dan budaya yang lebih baik dan lebih berkelanjutan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H