Struktur modal merupakan komposisi dari modal permanen suatu perusahaan yang berasal dari utang jangka panjang dan modal sendiri. Pentingnya mencapai struktur modal yang optimal tidak hanya untuk memastikan kelangsungan operasional perusahaan tetapi juga untuk memaksimalkan nilai perusahaan telah menjadi fokus utama dalam literatur keuangan. Di antara berbagai teori yang membahas komposisi struktur modal yang efektif, salah satunya adalah Teori Pecking Order yang dikembangkan oleh Myers dan Majluf pada tahun 1984.
Struktur modal adalah jumlah modal permanent perusahaan yang bersumber dari utang jangka panjang dan modal sendiri. Agar suatu perusahaan dapat mencapai struktur modal yang optimal guna memaksimalkan nilai perusahaan maka perusahaan harus dapat membiayai dan menjalankan kegiatan perusahaan dengan baik.
Ada beberapa teori yang membahas komposisi struktur modal yang baik, salah satunya yaitu teori Pecking Order. Teori Pecking Order dalam struktur modal adalah salah satu teori struktur modal yang paling berpengaruh (Bundala, 2012). Teori yang dikembangkan oleh Myers dan Majluf pada tahun 1984 (dalam SEN dan Eda, 2008) ini menjelaskan urutan prioritas para manajer dalam menentukan sumber pendanaannya. Preferensi manajer dinyatakan dalam urutan sumber pendanaan yang dimulai dari pendanaan internal sebagai sumber utama. Pilihan prioritas berikutnya adalah hutang, dan yang terakhir berupa penerbitan saham. Hal yang menarik dari pecking order theory ini tidak ada struktur modal yang optimal, namun memiliki susan hierarki pendanaan.
Keputusan-keputusan mendasar yang biasa diambil sebuah perusahaan dalam bidang keuangan biasanya terdiri dari dua bagian, yaitu investment decision dan financing decision. Financing decision adalah keputusan yang dibuat perusahaan dalam mendapatkan pendanaannya (Husnan, 1998). Keputusan pendanaan sangat erat hubungannya dengan struktur modal yang bakal terbentuk, yang pada akhirnya akan mempengaruhi biaya modal yang merupakan bagian terpenting dalam pembentukan nilai perusahaan (Jumono et al, 2013). Ada dua sumber dana bagi perusahaan, yaitu sumber internal dan sumber eksternal.
Teori ini menyatakan bahwa perusahaan memprioritaskan sumber-sumber pendanaan dari pembiayaan internal untuk ekuitas sesuai dengan prinsip usaha minimal, atau paling tidak resistensi, memilih untuk meningkatkan ekuitas melalui penjualan saham baru sebagai pembiayaan terakhir. Penerbitan saham baru menduduki urutan terakhir, sebab penerbitan saham baru merupakan tanda atau sinyal bagi pemegang saham dan calon investor tentang kondisi perusahaan saat sekarang dan prospek mendatang yang kurang baik.
 Dalam konteks pendanaan untuk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), konsep hirarki pendanaan berdasarkan Pecking Order Theory dan teori Myers-Majluf (1984) tetap relevan, meskipun dengan penyesuaian tertentu untuk skala dan karakteristik UMKM. Berikut adalah penjelasan untuk masing-masing pendekatan pendanaan:
- Internal Financing (Pendanaan Internal):
- Definisi: Pendanaan internal untuk UMKM dapat mencakup penggunaan dana dari kegiatan operasional dan laba yang ditahan. Ini bisa berasal dari penjualan produk atau layanan, modal yang disimpan, atau keuntungan yang diperoleh dari operasi harian.
- Penerapan dalam Konteks UMKM: UMKM sering mengandalkan pendanaan internal karena akses terbatas terhadap pasar modal dan pinjaman bank. Pendanaan internal dianggap lebih mudah diakses dan kurang berisiko karena tidak memerlukan pembayaran bunga atau dividen kepada investor eksternal.
- Keuntungan menggunakan pendanaan internal adalah biaya yang rendah dan fleksibilitas yang lebih besar dalam penggunaannya. UMKM tidak perlu membayar bunga atau dividen kepada investor eksternal, sehingga meningkatkan likuiditas dan mengurangi risiko keuangan.
- Debt Financing (Pendanaan Utang):
- Definisi: Pendanaan utang untuk UMKM mencakup penggunaan pinjaman dari bank atau lembaga keuangan lainnya. Pinjaman ini dapat digunakan untuk modal kerja, perluasan usaha, atau investasi dalam peralatan atau teknologi baru.
- Penerapan dalam Konteks UMKM: UMKM yang lebih mapan atau dengan rencana pertumbuhan yang jelas mungkin memilih pendanaan utang untuk memperoleh dana tambahan. Ini karena biaya pinjaman sering kali lebih rendah daripada biaya emisi saham baru, dan UMKM dapat menggunakan aset atau jaminan untuk mendapatkan pinjaman dengan suku bunga yang lebih rendah.
- Pendanaan utang umumnya lebih mudah diakses oleh UMKM dibandingkan dengan pendanaan ekuitas, terutama jika UMKM memiliki riwayat kredit yang baik dan mampu memberikan jaminan atau kolateral untuk pinjaman tersebut. Kelebihannya adalah suku bunga yang lebih rendah daripada biaya ekuitas, serta tidak ada dilusi kepemilikan.
- Equity Financing (Pendanaan Ekuitas):
- Definisi: Pendanaan ekuitas untuk UMKM melibatkan penjualan saham atau kepemilikan perusahaan kepada investor eksternal. Investor ini bisa berupa venture capital, private equity, atau investor individu yang tertarik dengan potensi pertumbuhan perusahaan.
- Penerapan dalam Konteks UMKM: Pendanaan ekuitas sering kali merupakan pilihan terakhir bagi UMKM, karena dapat mengakibatkan dilusi kepemilikan bagi pendiri atau pemilik asli. Namun, untuk UMKM yang mengalami pertumbuhan yang pesat atau membutuhkan modal besar untuk ekspansi, pendanaan ekuitas dapat memberikan akses ke sumber daya dan pengalaman manajerial tambahan.
Namun, pendanaan ekuitas juga memiliki beberapa pertimbangan:
- Dilusi Kepemilikan: Penjualan saham dapat mengurangi kepemilikan dan kendali yang dimiliki oleh pendiri atau pemilik asli UMKM.
- Biaya dan Kompleksitas: Proses pendanaan ekuitas dapat memakan waktu dan biaya, serta memerlukan perjanjian yang rumit dengan investor.
Implikasi dari Pecking Order Theory dan Teori Myers-Majluf pada UMKM:
- Pecking Order Theory
 UMKM cenderung mengandalkan pendanaan internal dan kemudian pendanaan utang sebelum mempertimbangkan pendanaan ekuitas. Ini karena biaya dan kompleksitas pendanaan ekuitas dapat menjadi hambatan bagi UMKM yang kecil atau baru berkembang.
- Teori Myers-Majluf
Asimetri informasi antara UMKM dan investor eksternal dapat membuat pendanaan ekuitas lebih sulit. Investor mungkin lebih berhati-hati dalam memilih UMKM yang akan didanai, sementara UMKM perlu mempertimbangkan bagaimana pendanaan ekuitas akan mempengaruhi kontrol dan kepentingan jangka panjang mereka dalam perusahaan.
Dalam kesimpulannya, UMKM sering memilih pendanaan internal dan pendanaan utang sebagai opsi utama, dengan pendanaan ekuitas menjadi opsi terakhir karena implikasi dilusi kepemilikan dan tantangan asimetri informasi.
Apa kaitannya pecking order theory dengan pendanaan umkm?
Konsep-konsep dalam teori ini dapat diterapkan dengan penyesuaian pada skala UMKM. Berikut adalah beberapa kaitannya:
- Pilihan Pendanaan Prioritas
Pecking Order Theory menyatakan bahwa perusahaan cenderung memiliki urutan preferensi dalam memilih sumber dana untuk mendanai investasinya. Urutan ini biasanya dimulai dengan menggunakan dana internal (laba ditahan atau modal sendiri), kemudian beralih ke utang (pinjaman), dan baru terakhir mempertimbangkan pendanaan ekuitas (penjualan saham).Â
Bagi UMKM, prinsip ini sering kali berlaku karena UMKM biasanya memiliki akses yang terbatas terhadap pasar modal dan lebih mengandalkan pendanaan internal (seperti laba ditahan) atau pinjaman dari bank atau lembaga keuangan untuk mendukung kegiatan operasional dan pertumbuhan mereka. Ini karena pendanaan ekuitas sering kali lebih rumit dan memerlukan persetujuan investor eksternal yang lebih teliti.
- Biaya dan Sinyal Pasar
UMKM sering memilih pendanaan internal dan utang karena biaya pendanaan eksternal (seperti biaya bunga atau persentase kepemilikan yang harus diserahkan kepada investor) dapat lebih tinggi atau lebih berisiko bagi perusahaan kecil dengan margin keuntungan yang lebih tipis. Selain itu, pendanaan ekuitas dapat memberikan sinyal negatif kepada pasar tentang kebutuhan perusahaan untuk modal tambahan atau potensi risiko keuangan.
3. Fleksibilitas dan Kemandirian
UMKM cenderung mengutamakan fleksibilitas dan kemandirian dalam pengelolaan keuangan mereka. Pendanaan internal memberikan kontrol yang lebih besar terhadap arus kas dan keputusan investasi, sementara pendanaan utang memungkinkan perusahaan untuk mendapatkan akses cepat terhadap modal tambahan tanpa harus menyerahkan kendali atau kepemilikan.
4. Asimetri Informasi dan Pendanaan Ekuitas
Teori Myers-Majluf, yang terkait dengan asimetri informasi antara manajemen perusahaan dan investor eksternal, juga memiliki implikasi untuk UMKM. Perusahaan kecil sering kali menghadapi tantangan dalam menyediakan informasi yang cukup dan dapat dipercaya kepada investor potensial, yang dapat membuat pendanaan ekuitas menjadi lebih sulit atau mahal untuk diperoleh.
Dengan memahami prinsip-prinsip Pecking Order Theory, UMKM dapat membuat keputusan yang lebih cerdas dan strategis tentang cara mendanai operasional dan ekspansi mereka. Mereka dapat mengoptimalkan penggunaan sumber dana internal, mengevaluasi opsi utang yang sesuai dengan profil risiko mereka, dan hanya mempertimbangkan pendanaan ekuitas ketika memang diperlukan untuk memfasilitasi pertumbuhan yang lebih cepat atau pengembangan strategis lainnya.