Menyontek hampir menjadi buadaya di jengjang pendidikan di Indonesia, bahkan kata mencontek suadah dikenalsaat awal bangku sekolah dasar, hampir di setiap ulangan atau ujian akan diadakan, bisa dibilang pasti ada salah seorang murid yang melakukan hl tersebut. Memang kata menyontek sudah tidak asing lagi di telinga pelajar Indonesia. Biasanya menyontek menjadi latar belakar pelajar untuk mendapatkan nilai yang baik atau maksimal. Sebenarnyamenyontek adalah perilaku yang kurang baik untuk dilakukan, kegiatan itu timbul karena adanya rasa kurang percaya diri terhadap kemampuan diri sendiri.
Memang sangat sulit menghilangkan kegiatan contek-menyontek di pendidikan di Indonesia. Mungkin kebanyakan pelajar menganggap kegiatan menyontek merupakan hal yang lumra. Tetapi kegiatan ini bisa menjadi suatu yang buruk bagi masa depan diri sendiri, apalagi nantinya akan menjadi aset penerus bangsa Indonesia, dan ini juga bisa membuat citra yang buruk bagi bangsa Indonesia kedapannya.
Dalam konteks kehidupan bangsa saat ini, tidak jarang kita mendengar asumsi dari masyarakat yang menyatakan bahwa koruptor-koruptor besar, penipu-penipu ulung mungkin adalah penyontek-penyontek berat ketika mereka masih berada di bangku sekolah. Atau sebaliknya, mereka yang terbiasa "menyontek" di sekolah, memiliki potensi untuk menjadi koruptor, penipu, dan penjahat krah putih dalam masyarakat nanti.(wangsanjayas)
Saya pun tidak mempungkiri juga pernah melakukan kegiatan mencontek semasa saya duduk di bangku SD hingga bangku SMA,hal itu bermula dari saat saya kelas 6 SD waktu itu sedang diadakan UN, saat pelajaran IPAwali kleas say datang keruangan tes, denganberlagak memgajak bicara 2 guru yang saat itu sendang bertugas menjadi pengawas tes ke depan pintu kelas, dari belakang punggung 2 pengawas tersebut walikelas saya melontarkan pertanyaan "sing rak iso nomer piro?".Â
Lalu saya dan teman-teman saya saling tatap menatap merasa bingung. Lalu dengan santainya ada teman saya yang bisa di bilang dia merupakn murid yng cukup pintar membalas pertanyaan tersebut " nomer 24 sama 28 pak." Karena tidak ada teguran dari pengawas, akhirnya saya uga ikut ikutan. Sesi tanya jawab itu pun belangsung cukp lama sekitar 10 menit, tanpa ketahuan oleh 2 guru pengawas, pernah terlintas di pikiran saya apakah pada waktu itu memang ada kerjasama antara walikelas saya dan 2 guru pengawas tersebut, atau bahkan memang setiap tahun memnag terjadi kecuranagan seperti itu.
Mulai dari situlah saya sudah terbiasa dengan kegiatan contek menyontek, walau pun kadang kala say merasa takut untuk melakukan hal itu, dan menurut saya pasti hampir seluruh pelajar di Indonesia pernah melakukan kegiatan coontek menyontek. Karena selama saya sekolah dari SD sampai SMA hampir semua murid pernah melakukan tersebut saat mengerjakan tugas atau pun saat ulangan, dan itu dilakukan tidak hanya oleh pelajar yang malas, tetapi juga dilakukan oleh pelajar yang dikatakan cukup pintar seua melakukan kegiatan menyontek.
Dalam kegiatan contek menyontek yang selama saya lakukan ternyata terdapat beberapa simbol-simbol dalam komuikasi contohnya seperti
- Menggunakan jari tangan ebagai simbol jawaban misal, jari telunjuk menunjukan jawaban huruf A
- Garuk-garuk rambut, jika garuk kepala satu kali menunjukan jawaban huuf A dan seterusnya
- Garuk hidung, hampir sama dengan garuk-garuk hidung
Tidak hanya itu kegiatan menyontek saya pernah menyiapkannya secara matang. Jadi ,H-1 sebelum tanggal ujian malam harinya saya belajar dan apa yang say pelajari itu saya tulis di sebuah sobekan kertas kecil untuk saya bawa saat menghadapi ulangan.
Tapi sebenarnya kegiatan contek-menyontek hanya mempunyai sedikit manfaat melainkan sisi buruknya jauh lebih banyak. Positifnya kita tidak usah pikir lama-lama untuk mengerjakan soal, dan mungkin hasilnya akan lumayan bagus. Tapi negatifnya lama kelamaan kita tidk mempunyai rasa percaya diri terhadap hasil karya kita sendiri,kita terbiasa berbuat bohong atu rasa kejujuan akan menghilang, kita kan menjadi malas, hanya ingin mengerjakan dengan instan tanpa memikirkan prosesnya, dan bangsa Indonesia akan semakin terpuruk jika aset penerusnya melakukan semua hal tersebut. Jika kita tidak mau perlahan lahan menghapus kegitan menyontek dari pikiran kita dan kita tidak mau belajar dengan rajin, bangsa ini akan terus tertinggal dari segi pendidikan dari negara asing lainnya.
Memang kegiatan menyontek ini sudah ada sejak dulu, entah apakah ini penyakit menular yang terjadi hingga generasi ke generasi ?. Itu semua balik lagi terhadap diri sendiri apakah kita mau merubah pola pikr kita dalam kegiatan belajar, jangan meng halalkan segala cara yang tidak benar untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, lebih baik mendapatkan hasil yang memuaskan dengan cara yang benar pasti hasilnya akan  lebih membanggakan dari pada mendapatkan hasil yang bagus tapi dari hasil yang tidak benar.
Bangsa Indonesia tidak akan maju jika kita sebagai penerus bangsa ini masih membudayakan menyontek, bahkan menyontek bisa menjadi bibit-bibit seseorang menjadi koruptor karena sama-sama meng halalkan segala cara untuk mencapai sesuatu.