Di sebuah desa kecil di pinggiran kota, Desa Kleleng, terdapat mushola yang telah mengalami renovasi besar-besaran. Mushola ini diberi nama "Mushola al-Ikhlas". Dahulu, ketika masih dalam kondisi tua dan sempit, jumlah jamaah yang datang untuk beribadah seringkali hanya berjumlah kurang dari sepuluh orang. Namun, setelah direnovasi, mushola itu berubah menjadi tempat yang ramai dengan jamaah yang datang berbondong-bondong.
Kini, saat aku dan ayahku datang ke mushola, kami seringkali harus bersabar mencari tempat yang cukup luas untuk sholat, terutama untuk tempat sholat putri yang kadang tidak muat lagi. Namun, hal itu tidak mengurangi semangat kami untuk beribadah. Bahkan, banyak pemuda-pemudi yang kini lebih bersemangat untuk melakukan ibadah di mushola tersebut.
Bangunan mushola yang baru direnovasi sangatlah indah, dilengkapi dengan berbagai perlengkapan ibadah seperti mukena, sajadah, al-Qur'an, dan buku keagamaan. Yang membuatku kagum adalah adanya dispenser minuman yang dilengkapi dengan berbagai pilihan minuman seperti kopi jahe. Airnya diambil langsung dari sumber mata air Trongol, dan disalurkan ke dispenser sehingga siapa pun yang ingin minum tinggal mengambil.
Selain kenyamanan tempat ibadah, pemandangan luar mushola juga menakjubkan dengan sawah dan perkebunan yang asri. Kedatangan jamaah-jamaah ke mushola ini juga telah mempererat silaturahmi antar sesama warga. Bahkan, orang-orang yang jarang beribadah di mushola tersebut kini juga mulai datang untuk ikut sholat berjamaah.
Dengan segala perubahan dan peningkatan ini, aku merasa sangat bersyukur bisa ikut beribadah di mushola yang menjadi pusat kegiatan keagamaan dan sosial di desa kami.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H