Aku hidup di tengah keluarga yang penuh kasih sayang. Meski menjadi anak perempuan paling bontot, kehidupanku diwarnai dengan kebersamaan yang hangat bersama dua kakak laki-laki yang siap memanjakan.
Setiap langkahku diawasi oleh dua kakakku yang selalu setia menemaniku. Meski kadang kugapai dunia di luar bersama teman-teman, namun khawatir dari orang-orang di rumah selalu menghantui. Suatu hari, terjebak hujan saat keluar tanpa memberi kabar, membuat kakak-kakakku khawatir dan mencariku hingga sore.
Tak hanya itu, momen wisata bersama keluarga pun tak luput dari perlindungan kakak pertamaku. Di sebuah tempat wisata, kakakku memotretnya dengan caption yang membuat tawa, "momong". Seolah-olah, kata itu melekat pada diriku, menjadi julukan yang mengiringi setiap langkah kecilku.
Di kampus, ketika berdiskusi dengan teman-teman laki-laki, mereka tak ragu menyebutku "bocil" atau "anak kecil." Meski tak tahu pasti alasan di balik panggilan itu, kuputuskan untuk meresponnya dengan senyuman. Bagiku, itu bukanlah beban, melainkan keberuntungan memiliki privilage dan bantuan dari teman-teman yang selalu siap menemani dan mengobrol.
Dalam setiap lelucon dan panggilan unik, aku menemukan kebahagiaan dan dukungan dari lingkungan sekitarku. Seakan-akan, kecilnya tubuhku dan cara bicaraku seperti anak kecil, menjadi daya tarik tersendiri yang menghasilkan hubungan yang penuh kehangatan. HahahaÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H