Mohon tunggu...
Dela Tiara Putri
Dela Tiara Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hi, thank you for checking my profile. My name is Dela Tiara Putri, a science education student based in Ponorogo, Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Wedhus Gembel dan BBF

17 Maret 2023   16:25 Diperbarui: 17 Maret 2023   16:26 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pencemaran lingkungan dapat diartikan sebagai masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain ke dalam lingkungan. Indikator lingkungan tercemar di antaranya terjadi perubahan pH, perubahan fisik seperti perubahan bau dan warna, serta adanya mikroorganisme dengan jumlah yang tidak biasa. 

Sumber pencemar dikelompokkan menjadi dua, alami dan antropogenik. Secara alami berarti bersumber dari proses alam dan tidak dapat dikendalikan. Sedangkan secara antropogenik bersumber dari aktivitas manusia dan dapat dikendalikan. 

Jenis bahan pencemar ada yang pencemaran fisik, pencemaran kimiawi dan pencemaran hayati. 

  1. Pencemaran fisik disebabkan faktor fisik, misalnya polusi, termal, radiasi

  2. Pencemaran kimiawi dipengaruhi oleh zat kimia. Misalnya logam berat yang bersifat toksik: Pb, Hg, S, CO, dll

  3. Pencemaran hayati, disebabkan makhluk hidup. Misalnya bangkai, kotoran hewan, sampah organik.

Jenis pencemaran beranekaragam. Ada pencemaran udara, tanah, air, suara, visual, dan cahaya.

Berikut dua fenomena pencemaran lingkungan yang sering terjadi.

  1. Wedhus Gembel. 

Menurut Kementrian ESDM, wedhus gembel atau pyroclastic density flow adalah zat padat berbentuk debu vulkanik dengan ukuran mulai dari ash sampai lapili, dan gas (CO2, sulfur, fluor, H2S, uap air) yang bercampur dengan udara disertai suhu panas. Dampaknya pada manusia bisa terjadi keracunan, kerusakan paru-paru oleh gas, luka bakar serius. Dampak sistemik lingkungan di antaranya lahan kritis, gas asam ikut menyumbangkan hujan asam. 

  1. Penggunaan BBF industri

Bahan Bakar Fosil yang teroksidasi menyumbangkan belerang dioksida (SO2) yang dilepas ke udara. Oksida sulfur (SOx) itu selanjutnya berubah menjadi asam sulfat. Pembakaran BBF, juga menyumbang gas NOx yang akan berdampak pada gas rumah kaca. Sulfur oksida dan nitrogen oksida juga akan terdeposit pada lingkungan baik secara deposit basah ataupun kering.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun