Kesimpulan
Generasi strawberry lahir antara tahun 1996-2012 dan dikenal sebagai generasi yang mudah menyerah, individualis, dan malas. Mereka terbiasa dengan teknologi dan memiliki potensi kreatif dan inovatif. Dalam dunia kerja, generasi ini membutuhkan variasi dalam pekerjaan, pendekatan komunikasi yang berbeda, dan kegiatan yang memotivasi. Human Resource Development (HRD) dihadapkan pada tugas berat untuk mengelola karyawan generasi strawberry agar tetap produktif dan puas bekerja. Tantangan dalam mengelola Generasi Strawberry meliputi kebutuhan akan solusi yang tepat terkait 'Turn Over Karyawan', yaitu banyaknya resign dari generasi ini akibat beban kerja yang tinggi. Namun, dengan strategi manajemen talenta yang baik, organisasi dapat memaksimalkan potensi generasi strawberry untuk masa depan. Dibangunnya lingkungan kerja yang nyaman dan kondusif akan menarik generasi strawberry. Ini dapat dicapai dengan memberikan ruang eksplorasi ide, budaya kerja kolaboratif, pengaturan kerja yang fleksibel, serta fasilitas dan program pelatihan yang memadahi. Komunikasi yang terbuka dan transparan akan membuat generasi strawberry merasa nyaman dan mengerti tujuan perusahaan. Sementara itu, menghargai dan mengakui pencapaian karyawan akan meningkatkan loyalitas generasi strawberry terhadap perusahaan.
Generasi strawberry memiliki karakteristik digital yang kreatif dan inovatif namun memerlukan pendekatan yang berbeda dalam manajemen di tempat kerja. HRD perlu mempertimbangkan solusi-solusi yang sesuai untuk mengelola generasi ini demi memaksimalkan potensi mereka dalam lingkungan kerja yang kondusif dan nyaman secara keseluruhan. Semua upaya ini bertujuan untuk menciptakan relasi yang positif antara perusahaan dan generasi strawberry untuk meningkatkan produktivitas serta kepuasan kerja di kalangan mereka.
Dela Riskiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H