Mohon tunggu...
Sari Novita
Sari Novita Mohon Tunggu... Penulis - Imajinasi dan Logika

Akun Kompasiana Pertama yg saya lupa password-nya dan Terverifikasi : http://www.kompasiana.com/sn web: www.sarinovita.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Artikel Utama

Afonso Cruz, Novelis yang Membuka Rahasianya

11 Oktober 2015   03:20 Diperbarui: 11 Oktober 2015   12:43 689
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Alfonso Cruz/ubudwritersfestival.com

Tujuan saya ‘menghadirkan’ Afonso Cruz untuk membuka mata bahwa orang yang memiliki lebih dari satu bakat dan talenta bukanlah orang yang tidak bisa fokus dan sulit untuk meraih sukses. Banyak bakat dan talenta, hinggap pada anak muda  dan masyarakat Indonesia di jaman sekarang. Memang perlu cara tepat untuk mengatasinya, yaitu bakat dan talenta yang diasah.

Afonso Cruz adalah salah contoh yang perlu dijadikan role model. Terlebih bakat seni dan menulis yang dicintainya merupakan ruang eksplorasi yang luas –  menghantarkan kebahagiaan dan memindahkan kerumitan hidup ke dalam keindahan.

Seni adalah imajinasi tanpa batas. Tidak berbeda dengan Sastra. Bagi seorang Afonso Cruz, seni tidak boleh dibatasi. Dia melakukan aktivitas  seni yang disukainya. Memiliki bakat dan talenta yang banyak tidak membuatnya kehilangan fokus dan impian. Malah, bukan bakat dan talenta, ada hal lebih utama untuk meraih impian, yaitu passion. Dengan passion, orang akan melakukan apa saja agar memenuhi kepuasan dan kenikmatan yang dicari. Orang akan rela belajar mati-matian, bahkan menghabiskan waktu yang menurutnya bermanfaat bagi masa depannya. Orang akan terus latihan dan latihan untuk mendapatkan hasil yang bagus. Dan membiarkan dirinya melakukan passion-nya secara rutin dan disiplin.

I guess that comes with practice -not talent - and practice comes with self-discipline or passion (the second, I believe, it's a much better way). Afonso Cruz.

Bakat dan talenta yang lebih dari satu justru bisa dijadikan tempat ekspresi. Menurutnya,  Everybody can express themselves in more than one way. Saat di situasi seperti itu, Afonso mengekspresikannya melalui bantuan kuas, ukulele, dan pena. Dan itu  seperti tertawa, bila menemukan hal lucu atau sedih saat merindukan seseorang. Dia juga bisa mengerjakan hal berbeda dalam sehari, karena dia suka atau harus melakukannya untuk menyelesaikan project.

Afonso pun mengakui bahwa seni adalah perjalanan. “My perspective: art will always be something that you can not confine into a definition.Saya setuju dengan pandangannya terhadap seni. Seni tidak  bisa divisualisasikan sebagai gelas, laut, awan, bumi, kuteks, atau apa pun. Seni tidak terbatas dan tak bisa diukur. Tidak heran dalam mengekspresikan perasaannya, Afonso tidak membatasi harus menggambar atau harus menulis. Dia melakukan hal yang ingin dilakukan dan yang dia sukai. Dan proses berseni itulah disebut perjalanan, karena seni tidak hanya sekedar berkarya, namun juga melibatkan pengalaman hidup dan ilmu pengetahuan secara teknis maupun non-teknis.

Afonso Cruz adalah seorang novelis berasal dari Portugis yang lahir di tahun 1971. Sangat menyukai lukisan “Chagall dan  Schiele” karya Paul Gauguin, pelukis Prancis beraliran post-impressionist yang namanya baru terkenal setelah ia meninggal dunia.  Paul Gauguin juga seorang penulis, pematung, dan pembuat keramik. Persis Afonso yang punya bakat dan talenta serta aktivitas seni lebih dari satu.

Selain penulis, Afonso juga seorang illustrator, sutradara film animasi, komposer, dan musisi (anggota band dari The Soaked Lamb). Prestasinya dalam menulis sangat mengesankan – dalam 7 tahun berkarir – telah menelurkan 20 novel – dan memenangkan Camilo Castelo Branco Grand Prize, European Union Prize for Literature, Best Portuguese Novel,  Best Novel of 2012 Publico Newspaper, Author Award in Literature 2014 Portuguese Society dan terpilih sebagai salah satu dari empatpuluh orang berbakat di  masa depan, koran Expresso, 2012.

“Kokoschka’s Doll” adalah novel Afonso Cruz yang mendapatkan penghargaan European Union Prize for Literature, dan di tahun yang sama,  Best Portuguese of the Year dari Majalah Lisbon dan Novel terbaik 2012 koran Publico. “Kokoschka’s Doll” merupakan simbol dan metafora yang bercerita tentang persahabatan dan fundamental identitas diri. Melibatkan unsur musik yang selalu hadir di novel ini, yaitu gitar dan chord – tentu sebagai simbol dan metafora – terhadap orang dikalahkan dan juga pengklasifikasian manusia.

Sedangkan “Jesus Christ Drank Beer” berkisah tentang seseorang yang bersedia menyerah untuk mengubah dirinya. Tentang kemampuan melawan dalam mengubah kehidupan. Gadis muda dalam novel ini berkeinginan memenuhi permintaan terakhir neneknya untuk pergi ke Tanah Surga. Namun, gadis itu tidak mampu membiayai perjalanan dan sang nenek secara fisik sudah tidak dapat melakukan perjalanan itu. Gadis muda itu memutuskan untuk mengelabui dan membawa sang nenek ke desa kecil, dengan bantuan penduduknya, menyamar sebagai  Jerusalem.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun