Sawit ibarat selebriti yang terus diperbincangkan tanpa menunggu matahari bersinar maupun terbenam. Kehidupannya berada pada situasi yang dilema. Ada petani yang telah meraih kesuksesan, ada pula yang bertanya, "Bagaimana cara agar bisa sejahtera sedangkan lahan sawit kami tidak lebih dari 1 hektar dan berada di kawasan hutan lindung?"
Itu baru dari sisi petani sawit, belum lagi kelompok masyarakat yang menentang karena belum mengenal betul tanaman yang monokultur ini. Monokultur tapi bisa menjadi tanaman heterogen.
Selasa, 7 Juni 2022, Wiwik Safitri, pada webinar "Dampak Positif Program PSR, Sarpras, Pendanaan & Pengembangan SDM Bagi Petani Sawit",menerangkan bahwa sawit adalah tanaman yang berfungsi sebagai penyangga kehidupan, sumber plasma nutfah (yang kaya keanekaan ragam hayati), dan komponen penting dalam perubahan iklim, juga sumber penyedia ruang.
Amankah Sawit Tumbuh di Kawasan Hutan Lindung?
Sejak dulu, Sawit banyak tumbuh di Kawasan hutan, bahkan pengkategorian tersebut sudah ada semenjak era kolonial. Sedangkan penetapan Kawasan hutan lindung, Pemerintah Indonesia sudah melakukannya sejak tahun 1967.
"Yang menjadi permasalahan itu, sawit ditanam secara masif di Indonesia, mempengaruhi ekosistem hutan. Jika dibandingkan dengan semak belukar yang tua pun berbeda, dia heterogen," ucap Wiwik Safitri, perwakilan dari Direktorat Perhimpunan dan Penggunaan Kawasan Hutan, Kementerian KLHK.
Di dunia pun, sawit merupakan tanaman rentan hama, tingkat erosi dan daya serap yang tinggi. Namun, hal tersebut punya solusinya, yakni dengan menanam tumbuhan kayu atau buah-buahan, seperti ubi, semangka. Sehingga, sawit tak lagi monokultur, tapi sudah menjadi heterogen. Keanekaragaman hayati pun bisa terjaga. Bahkan jika ditanami tumbuhan kayu atau buah-buahan yang bernilai tinggi, petani bisa mendapatkan penghasilan selama sawitnya replanting. Dan, pada bulan ke-22, sudah bisa menjual TBS.
Selama ini, tidak banyak masyarakat luas yang mengetahui perihal tersebut. Presiden Jokowi pun sudah mengeluarkan Inpres NO. 8, Tahun 2018, bertujuan untuk melakukan monotarium sawit. Yaitu membenahi produksi sawit, bagaimana bisa optimal tanpa membuka lagi lahan yang menghilangkan flora dan fauna Indonesia.
Tanaman sawit yang telah menjadi heterogen, bagus buat kekuatan tanah, aman dari segi pelestarian ekosistem. Tanaman kayu dan sifat heterogen bisa jadi tempat persinggahan hewan lain.