Pasti sering melihat anak-anak yang suka berteriak, marah, usil, mem-bully, membolos, bertengkar, sulit konsentrasi, tidak disiplin, bahkan yang penyendiri. Jika kita membiarkan berlarut-larut, perilaku tersebut bisa berdampak pada masa depannya. Menariknya, perilaku negatif tersebut, termasuk kekerasan dan penyalahangunaan zat, bisa dicegah melalui sebuah permainan. Pernah dengar The Good Behavior Game?
Bermain merupakan aktvitas yang disenangi anak-anak, tak terkecuali orang dewasa. The Good Behavior Game (GBG) merupakan permainan yang melibatkan anak-anak dan guru, dan dilakukan di sekolah, khususnya di ruang kelas.
Lebih jelasnya, The Good Behavior Game adalah pendekatan berbasis bukti mengenai pembelajaran aturan sosial melalui penghargaan positif, kerja, dan perilaku sosial anak atau murid. Dalam penerapannya, aturan (rules) dan penghargaan (rewards) dibuat oleh guru dan murid secara bersama-sama. Termasuk menentukan pelanggaran yang bisa menimbulkan terganggunya grup dan kohesi sosial. Malah, bila siswa belum paham mengenai rules-nya, guru sebaiknya memberikan contohnya.
 "Untuk mengurangi perilaku negatif anak yang bisa berdampak panjang, diperlukan strategi yang efektif," ujar Prof. Dr. Clemens Hillebrand, University of Oldenburg, Germany, saat memberikan pelatihan GBG kepada guru Nanyang School BSD dan konselor adiksi Kapeta serta BNN, 13---14 Desember 2018, Nanyang School BSD.
Strategi efektif yang bagaimana?
Strategi yang menyertakan Classroom management. Yang tetap mengaplikasikan aturan, penghargaan, dan pelanggaran. Ketiganya menekankan "kerja sama" antara guru dan siswa atau cooperative learning. Sebab, kerja sama adalah kunci dari GBG.
Kerja sama bukan kosakata asing bagi kita, tapi apakah kita pernah benar-benar menerapkannya pada anak? GBG dirancang untuk melatih emosional sosial pada anak, juga guru sebagai pengganti orang tua di sekolah. Interaksi menjadi medium kerja sama yang otomatis melatih emosional anak. Setelah melewati masa kanak-kanak, mereka akan berhadapan dengan masyarakat luas saat remaja maupun dewasa nanti.
GBG memperlakukan ruang kelas sebagai komunitas---guru dan teman sekelas merupakan bagian komunitas atau masyarakat. Interaksi anak terhadap teman sekelas dan gurunya, menentukan peluang dan keberhasilannya di lingkup yang lebih besar. Â Tidak dipungkiri, banyak anak-anak memiliki kemampuan berinteraksi dan berperilaku baik, karena mempelajarinya dari sekolah.
"Measures to create an effective school ecology, an effective learning environment"- (Kounin, 2006,S.148)