Dari hulu ke hilir, komoditas kelapa mengalami kekusutan yang tak berbeda dengan komoditas lain. Padahal permintaan komoditas kelapa mengalami peningkatan di luar dan dalam negeri, sayangnya kita tidak bisa memenuhinya. Permasalahan lainnya: peralatan  dan produksi produk olahan masih terbatas, pengetahuan budidaya dan pemasaran yang minim, dan belum adanya komunitas/organisasi pelaku industry yang solid.
Beberapa produk turunan dari buah kelapa:
- Kesehatan. Sekitar 20 manfaat air kelapa hijau untuk kesehatan. Itu barunya airnya saja. Dagingnya dapat menurunkan kolesterol jahat [LDL] dengan meningkatkan kolesterol baik [HDL]. Â Lemak jenuh yang ada pada kelapa mudah dipecah/urai sehingga tidak memicul gejala kolesterol tinggi. Asam lemak rantai juga berfungsi sebagai anti-protozoa, antibakteri, anti-virus, antifungal, antioksidan, antiviral dan sebagainya. Buah kelapa juga baik untuk menjaga daya ingat dan diet. VCO juga sering digunakan sebagai dog treat.
- Kecantikan dan tubuh. Penyubur rambut, Â hair conditioner, hair tamer, toothpaste, moisturizer lotion/oil, cream shaving, deodorant, Â vitamin kulit, pencegah penuaan dini [bisa gunakan produk VCO-nya], dan lainnya.
- Kuliner. Cooking oil, santan, nasi lemak, bumbu rendang, gelendo [serundeng], klaapertaart, Â skim [nata de coco], pembuat alcohol [cuka], arang, dan minuman.
- Kerajinan tangan. Gelang, topi, kalung, topeng, tikar, tas,
- Mebel. Gazebo, lantai kayu, pilar, kerangka perahu, jembatan, dan sebagainya.
Melihat permasalahan yang terjadi, terlebih lagi hasil study American Heart Association bulan Juni 2017 bahwa kelapa dapat meningkatkan resiko penyakit jantung, menjadi pro dan kontra. Bahkan tidak sedikit masyarakat Amerika tidak setuju dan hasil penelitian itu membingungkan, beberapa mengatakan itu hanyalah politik. Mengutamakan masalah komoditas kelapa di Indonesia, tanaman ini sangat potensial, edukasi dan produktivitas produk turunan bisa meningkatkan kesejahteraan rakyat dan devisa bagi negara.
Hari Kelapa Dunia jatuh pada tanggal 2 September, untuk memperingatinya, Pemerintahan Daerah Propinsi Riau mendapatkan kesempat menggelar Festival Kelapa Internasional, 9 -11 September 2017, Â Indragiri, Tembilahan, Riau. Kawasan Indragiri merupakan area terbesar perkebunan kelapa di Indonesia dan sebesar 70% ekonominya bertumpu pada komoditas kelapa. Sering diungkapkan bahwa kawasan Indragiri sebagai hamparan kelapa dunia dan mempunyai tingkat kerapatan paling padat, setiap 1 kilometer bisa ditemukan bisa ditemukan rata-rata 4000 pohon kelapa [Sulawesi 2000, Jawa Timur 600 pohon].
Festival ini untuk membangkitkan kesadaran bahwa dari segi ekonomi saja dapat menggerakan ekonomi kerakyatan. Sekitar 429 hektar di hilir, 30%-nya merupakan kebun yang sudah rusak dan ini adalah ancaman nyata bahwa sector hulu di Indonesia sudah parah dan tingkat produktivitas rendah. Adanya festival Kelapa Internasional untuk bersama-sama menemukan dan kesepakatan menjalankan solusi, sekaligus membuka peluang investasi bagi pelaku dan masyarakat dunia.
Satu lagi yang optimis yang saya temukan di lapangan, Ardi M. Simpala, pendiri Sahabat Kelapa komunitas non-profit pemerhati dan pendukung pengembangan industry kelapa di Indonesia.
"Komoditas kelapa punya sejarah dalam perjalanan Bangsa Indonesia namun saat ini seperti terlupakan. Â Untuk menyelamatkan jejak-jejak masa lalu diperlukan penyesuaian kondisi saat ini, tidak saja niat besar dan keberanian bertindak tapi juga kerja sama antara para pelakunya."
Kita harus bangkitkan kesadaran manfaat dan peran kelapa dalam kehidupan kita sehari-hari karena sangat dekat dengan kehidupan kita, begitu lanjutnya.
Selamatkan Kelapa Indonesia, keluarkan "rayuannya" kembali yang bukan sekadar ilusi maupun delusi namun menjadi Nyata.Â