Mohon tunggu...
Delal Em
Delal Em Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

'Simple-important' writer, pemerhati pendidikan, politik n 'Kurdi culture'.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Hari Perempuan Sedunia, 'Penyetaraan Gender' Perlukah?

8 Maret 2013   12:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:07 735
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13627540042032200920

[caption id="attachment_231529" align="aligncenter" width="300" caption="doc.google"][/caption]

Berhubung hari ini adalah hari perempuan sedunia yang di cetus-kan oleh PBB, saya sebagai seorang perempuan cukup merasa dihargai dengan adanya peringatan hari ini, namun bagi saya pribadi tak perlu mengharapkan hal-hal yang berlebihan dari peringatan hari ini apalagi tentang  'penyetaraan gender', apa penyetaraan gender ini sudah pasti bentuk penghargaan terhadap perempuan? , menurut saya 'belum tentu'.

Kepedulian dunia terhadap perempuan mengenai beberapa hal seperti; banyaknya kasus pelecehan terhadap perempuan, kekerasan terhadap perempuan, apalagi menyangkut persoalan tenaga kerja wanita di dalam maupun luar negeri, beberapa hal ini memang cukup memprihatinkan, namun mengenai penyetaraan gender tidak kalah memprihatinkan. Bukankah antara hak atau kewajiban laki-laki dan perempuan itu sudah ada aturannya dalam agama ? mengapa harus ada penyetaraan ?. Tanyangan media telivisi saat ini sudah banyak yang menganut keyakinan 'penyetaraan gender' terutama tanyangan-tanyangan barat . Contohnya; seringnya film-film termasuk film cartoon yang menayangkan lakon seorang ayah memasak untuk menyiapkan sarapan pagi di dapur, sementara  seorang ibu bersiap pergi ke kantor dan mengantar anak-anak ke sekolah . Sekilas dalam film cartoon buatan barat sebenarnya tidak begitu buruk, bahkan banyak manfaat bagi anak-anak yang bisa diperoleh, film-film tersebut  hanya sekilas dari sekian banyak contoh penyetaraan gender yang diperkenalkan kepada kita melalui media-media. Tinggal bagaimana kita memfasilitasi diri dengan ilmu serta mem-filter hal-hal yang kiranya dapat memberi dampak buruk. Sebenarnya tak ada perbedaan derajat antara laki-laki dan perempuan jika kita memahami dan mengamalkan dengan baik tentang bagaimana posisi kedua belah pihak, melainkan hanya perbedaan jenis dan status. Misalnya: jika dalam sebuah keluarga laki-laki atau suami harus bekerja di di luar rumah, maka perempuan atau istri juga harus bekerja di dalam rumah sebagaimana pekerjaan yang memang harus dikerjakan perempuan; jika suami memperoleh gaji setiap bulan, maka gaji itu digunakan untuk kebutuhan istri dan keluarga; jika suami membeli bahan makanan, maka istri yang akan memasaknya. Jadi meskipun antara laki-laki dan perempuan ada perbedaan biologis dan status, namus secara total derajat keduanya sama, jadi untuk apa ada 'penyetaraan gender' ? Sebagai perempuan baik sebagai istri maupun anak, kita memang harus menghargai laki-laki baik itu suami atau kakak laki-laki sebagai pemimpin dalam keluarga kita, menyiapkan makanan dan pakaiannya, memberi perhatian dan mendengar serta mematuhi nasehatnya, dan sebaliknya laki-laki juga harus menghargai perempuan dan melindungi mereka, menghargai dan mau menerima pendapat perempuan,  laki-laki harus bekerja untuk istri, anak-anak ataupun adik perempuannya, tidak membiarkan perempuan dalam keluarganya bekerja di luar rumah apalagi diluar negeri, jika seorang laki-laki melakukan itu, maka itulah penghargaan terbesar yang diberikan kepada perempuan dalam keluarganya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun