Berapa banyak biaya yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan untuk manajemen quality control? Mengacu pada prinsip yang berlaku umum, biaya kualitas sebaiknya kurang dari 2,5 persen. Hal tersebut berlaku untuk sektor manufaktur, otomotif, kosmetik, elektronik, food and beverage, dan masih banyak lagi. Bila terjadi kesalahan atau ketidaktelitian dalam quality control, perusahaan tidak hanya akan mengalami kerugian material, akan tetapi juga kehilangan kepercayaan pelanggan. Penggunaan teknologi Artificial Intelligence (AI) dapat menjadi solusi  di kasus ini.Â
Dikutip dari release Asosiasi Gaikindo (Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia), Â Andhik Yudhi, IT General Manager pada PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), mengungkapkan kini AI telah digunakan dalam inspeksi kualitas komponen camshaft. Camshaft sendiri merupakan komponen penting di dalam mesin mobil yang berfungsi mengatur bukaan valve. Di sini, AI digunakan untuk mengecek apakah ada defect maupun crack yang ukurannya berkisar di kisaran mikrometer pada camshaft.Â
Konsep dasar dari adanya AI dengan kamera ini dapat "melihat" crack atau defect pada barang produksi. Didukung dengan data visual, solusi ini dapat bekerja layaknya tenaga ahli quality control, sehingga dapat memutuskan apakah produk tersebut memenuhi syarat atau tidak.Â
Perusahaan asal Yogyakarta, Widya Robotics, telah mengembangkan teknologi AI dalam menganalisa data visual sebagai solusi quality control industri. Perusahaan ini memanfaatkan kamera CCTV, smartphone, dan berbagai jenis kamera lainnya sebagai media pengumpulan data. Data-data yang didapat sendiri berupa data visual. Kemudian data-data ini akan menjadi acuan bagi AI untuk memproses parameter yang dibutuhkan. AI yang kini dikembangkan oleh Widya Robotics ini disebut sebagai Vision Intelligence atau VI.
Pengembangan teknologi ini memanfaatkan AI Engine and Training Service yang ditujukan untuk mendukung efisiensi industri dan perusahaan. Dalam hal quality control, VI dapat mendeteksi parameter-parameter khusus yang bisa dideteksi secara visual, contohnya pengecekan barang defect dan crack detection pada produksi barang tertentu.
Dengan data yang dikumpulkan sampai saat ini, AI ini sudah digunakan di beberapa sektor industri di Indonesia, seperti otomotif, konstruksi, agrikultur, dan manufaktur. Selain quality control, AI milik Widya Robotics ini juga bisa digunakan untuk pengenalan wajah, presensi, penghitungan jumlah kendaraan, objek dan manusia, penghitungan kelapa sawit, dan pembaca plat nomor.
Tri Yunianta selaku VP of Technology Officer dari Widya Robotics mengungkapkan bahwa kini Widya Robotics telah menciptakan alat quality control untuk mengecek minor crack suku cadang kendaraan. Untuk saat ini, sektor usaha yang sudah menggunakan layanan produk AI sebagai solusi quality control dari Widya Robotics yaitu pada sektor otomotif dan manufaktur.
"AI dapat mendeteksi minor crack pada spare part kendaraan yang diproduksi. Sebelum masuk ke pasar, spare part akan melewati pemindaian dengan VI lewat kamera yang disediakan. Jika crack tidak terdeteksi, maka barang siap dipasarkan ke konsumen."
AI mampu untuk mendeteksi penyakit dan hama pada tanaman. Pengelola penyakit dan tanaman akan lebih cepat dalam perawatan tanaman. Kesuksesan pertanian akan meningkat serta memangkas waktu dan biaya. Dengan kualitas yang terjamin, pelaku usaha maupun industri dapat menghindari kerugian akibat hama maupun penyakit tanaman lainnya.
Masih banyak yang bisa dilakukan oleh teknologi kecerdasan ini untuk mendeteksi hal yang belum pernah di training oleh AI sebelumnya. Karena sifat Vision Intelligence ini sangat fleksibel dan customizable, maka Widya Robotics juga menyediakan layanan kustomisasi kecerdasan buatan sesuai kebutuhan industri client-nya. Teknologi ini dapat meningkatkan efisiensi, efektifitas, dan produktifitas berbagai jenis Industri.