Salah satu hal yang perlu ditingkatkan dalam dunia Pendidikan Indonesia adalah kemampuan literasi siswa. Hal ini terbukti dengan perolehan PISA Indonesia yang terbilang sangat rendah jika dibandingkan dengan negara-negara lain. PISA merupakan sistem ujian yang diinisasi oleh Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD), untuk mengevaluasi sistem pendidikan dari 72 negara di seluruh dunia yang dilaksanakan setiap tiga tahun sekali untuk siswa berusia 15 tahun yang dipilih secara acak. Tes yang diberikan terdiri dari tiga kompetensi dasar yaitu membaca, matematika dan sains. Laporan PISA akhir tahun 2019 menunjukan skor membaca Indonesia ada di peringkat 72 dari 77 negara, skor matematika ada di peringkat 72 dari 78 negara, dan skor sains ada di peringkat 70 dari 78 negara. Tiga skor untuk aspek membaca, matematika, dan sains ini mengalami menurun dari tes PISA tahun 2015. Hasil perolehan skor Indonesia pada tahun 2015 sendiri untuk skor membaca Indonesia ada di peringkat 65, matematika peringkat 66, dan sains peringkat 64.
Kenyataan yang harus dihadapi Indonesia ini diperparah dengan adanya pandemi yang sudah berlangsung selama setahun terakhir. Meskipun begitu, kegiatan pendidikan di Indonesia harus tetap berjalan dalam keadaan apapun. Berbagai kebijakan dikeluarkan oleh pemerintah untuk tetap menjamin terselenggaranya kegiatan pendidikan salah satu nya penerapan sistem pendidikan secara online atau sistem dalam jaringan (daring). Semua tenaga pendidik mau tidak mau harus bisa menyesuaikan diri dan merancang pembelajaran yang interaktif dan efektif bagi siswa di masa pandemi yang serba terbatas ini.
Pembelajaran daring (online) atau Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) membatasi adanya kontak fisik antara guru dan siswa atau pertemuan secara tatap muka yang biasanya dilakukan di sekolah, sebagai ganti nya, guru dan siswa kini hanya bisa berinteraksi menggunakan berbagai media digital seperti aplikasi google meet, aplikasi zoom, google classroom, youtube, televisi, maupun media sosial whatsapp. Penggunaan media menjadi aspek yang sangat penting untuk diperhatikan dalam melaksanakan pembelajaran jarak jauh.
Salah satu kemampuan literasi yang perlu ditingkatkan oleh siswa adalah literasi sains. Literasi Sains (Scientific Literacy) adalah kemampuan dalam mengidentifikasi, memahami dan memaknai isu-isu terkait sains yang diperlukan seseorang untuk mengambil keputusan berdasarkan bukti-bukti saintifik. Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan literasi sains siswa di masa pandemi adalah dengan mengoptimalkan media pembelajaran yang digunakan khususnya dalam mata pelajaran yang berkaitan dengan sains.
Untuk menghindari kejenuhan siswa dalam pembelajaran jarak jauh, penggunaan media yang beragam bisa diterapkan oleh tenaga pendidik untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Untuk penyampaian materi misalnya, salah satu media yang bisa digunakan adalah dengan membuat video pembelajaran. Kelebihan membuat video pembelajaran dibandingkan mengajar dengan metode ceramah adalah kita bisa memasukan animasi-animasi atau ilustrasi-ilustrasi menarik yang menggambarkan fenomena sains yang sedang kita diajarkan. Dengan begitu, siswa akan lebih mudah memahami materi pembelajaran.
Ada berbagai aplikasi yang bisa digunakan untuk membuat video pembelajaran. Salah satu yang paling praktis adalah dengan menggunakan aplikasi power point. Aplikasi ini tentu sudah diketahui secara umum oleh tenaga pendidik dan sudah sering digunakan untuk membuat slide presentasi. Selain fungsi tersebut, aplikasi ini ternyata juga bisa digunakan untuk membuat video pembelajaran. Langkah-langkah membuat video pembelajaran dengan aplikasi power point yaitu, 1) menyiapkan materi, 2) menyiapkan animasi-animasi atau ilustrasi yang berkaitan dengan materi, 3) memasukan materi serta gambar yang dibutuhkan kedalam slide power point, 4) mengkreasikan bagaimana materi dan gambar tersebut muncul atau bergerak dalam slide dengan menambahkan fitur animation, 5) membuat video pembelajaran dengan fitur record slide show, 6) menyimpan hasil power point dengan format video.
Video yang telah dibuat bisa langsung dikirimkan kepada siswa saat proses pembelajaran melalui media komunikasi digital seperti WhatsApp grup atau guru bisa mengupload video tersebut ke platform YouTube atau GDrive terlebih dahulu kemudian membagikan link nya kepada siswa. Proses pembelajaran dengan video ini bisa dikreasikan dengan pemberian kuis secara online untuk menguji pemahaman siswa setelah menonton video. Ada berbagai platform pembuat kuis gratis untuk pembelajaran online seperti Quizizz, Kahoot!, Quiz Maker, Frybox, Google Forms, dan lain sebagainya. Proses pembelajaran dengan video juga bisa dikreasikan dengan aplikasi zoom atau google meet dimana guru bisa berinteraksi dengan siswa secara daring untuk menguatkan kembali pemahaman siswa setelah menonton video.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H